SULSELEKSPRES.COM – Beberapa orang yang ingin menjalani diet mencoba berbagai macam cara. beberapa tahun belakangan, Diet OCD sempat menjadi trend.
Pada dasarnya merupakan variasi dari metode diet puasa (intermittent fasting) yang menekankan sistem pengaturan waktu makan — kapan Anda boleh makan dan kapan harus berhenti makan alias “puasa”. Biasanya metode ini menganjurkan untuk puasa makan selama 16 jam, namun waktunya dapat Anda tentukan sendiri.
Dilansir dari hellosehat.com, Diet OCD menekankan pada pembatasan asupan makanan. Tingkat metabolisme memengaruhi seberapa cepat tubuh Anda membakar kalori yang didapat dari makanan.
Jika asupan makanan sudah sedikit, metabolisme Anda akan berjalan lambat sehingga tubuh akan mengolah kalori dari makanan juga lebih lambat dari biasanya untuk menyimpan cadangan energi. Hal ini pada akhirnya membuat tubuh lebih banyak menyimpan kalori, menyebabkan berat badan Anda naik.
Selain itu, asupan kalori yang sangat rendah dapat membuat tubuh kehilangan banyak massa otot. Massa otot yang sedikit membuat tubuh hanya membakar sedikit kalori yang masuk. Akibatnya, tubuh akan menyimpan kelebihan kalori yang masuk dalam bentuk lemak.
Jadi, orang yang diet hanya membatasi asupan makannya, sebenarnya ia kehilangan massa otot bukan massa lemak dalam tubuh. Padahal, yang sebaiknya dikurangi saat diet penurunan berat badan adalah massa lemak. Ini bisa terjadi karena pembatasan asupan makan tidak dibarengi dengan olahraga.
Siapa saja yang tidak boleh melakukan diet OCD?
Sebelum mencoba diet ini, lebih baik bicarakan dengan dokter atau ahli gizi. Anda perlu memastikan bahwa Anda makan makanan yang tepat pada saat melakukan diet dan puasa ini, guna mencegah malnutrisi tubuh.
Anda juga perlu memastikan tidak ada riwayat masalah kesehatan yang melarag Anda berpuasa, contohnya jika Anda punya penyakit maag. Anda tidak dianjurkan juga melakukan diet ini jika Anda sedang hamil, menyusui, atau berusia di bawah 20 tahun.