26 C
Makassar
Tuesday, April 1, 2025
HomeMutiara HikmahAIR MATA DI UJUNG RAMADHAN, KESEMPATAN YANG HAMPIR PERGI

AIR MATA DI UJUNG RAMADHAN, KESEMPATAN YANG HAMPIR PERGI

- Advertisement -

Mutiara Ramadhan (28):

Oleh Hadi Daeng Mapuna

(Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar)

Ketika Ramadhan hampir berakhir, seorang mukmin pasti merasakan kesedihan mendalam. Apalagi jika amal ibadah yang dilakukan selama Ramadhan terasa masih sangat kurang. Sementara Ramadhan yang penuh berkah, ampunan, dan limpahan pahala sudah bergegas pergi.

Penyesalan memang selalu datang di belakang. Namun, dalam konteks Ramadhan, masih ada sedikit kesempatan yang tersisa. Jika kita merasa belum maksimal di Ramadhan ini, masih ada kesempatan di hari-hari terakhir ini untuk memperbaiki diri. Penyesalan tanpa aksi tidak akan mengubah apa pun. Yang penting adalah bagaimana kita memanfaatkan waktu yang tersisa untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya amalan itu dinilai dari akhirnya.” (HR. Bukhari)

Jika kita merasa Ramadhan kita belum maksimal, mari kita perbaiki di penghujungnya. Jangan sampai kita menjadi orang yang merugi, seperti yang disebut dalam hadits:

“Celaka seseorang yang mendapati Ramadhan, namun dosanya tidak diampuni.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Mengapa Kita Menangis di Akhir Ramadhan?

Ada dua jenis air mata yang menetes di penghujung Ramadhan. Pertama, air mata harapan. Kita menangis karena kita berharap agar amal ibadah kita diterima oleh Allah dan diberi kesempatan bertemu dengan Ramadhan berikutnya dalam keadaan lebih baik. Kita terharu karena diberi kesempatan untuk beribadah dalam Ramadhan ini.

Kedua, air mata penyesalan. Kita menangis karena kita menyesal telah menyia-nyiakan banyak kesempatan beribadah. Mungkin shalat malam belum maksimal, sedekah belum optimal, atau tilawah Qur’an masih kurang. Kita baru sadar setelah Ramadhan bergegas untuk pergi.

Apa yang Bisa Kita Lakukan di Sisa Waktu Ini?

Ramadhan adalah tamu agung yang datang hanya sekali dalam setahun. Allah telah membuka pintu rahmat, pintu surga, dan menutup pintu neraka di bulan ini. Sayangnya, banyak di antara kita yang baru menyadari betapa berharganya Ramadhan ketika ia hendak pergi.

Namun demikian, kita tidak perlu larut dalam penyesalan. Kita harus memanfaatkan sisa waktu yang ada. Kita harus memperbanyak istighfar dan taubat, karena Ramadhan adalah momentum terbaik untuk kembali kepada Allah. Kita juga harus memaksimalkan ibadah malam, terutama shalat tahajud dan witir, dengan harapan mendapatkan malam Lailatul Qadar.

Selain itu, kita perbanyak sedekah dan menghidupkan momen akhir Ramadhan dengan doa dan munajat. Kita memohon kepada Allah agar menerima amal kita dan memberi kesempatan bertemu Ramadhan berikutnya.

Banyak orang shalih terdahulu yang sangat bersedih saat Ramadhan akan berakhir. Mereka menangis bukan hanya karena kehilangan suasana ibadah yang khusyuk, tetapi juga karena takut amal mereka tidak diterima.

Disebutkan bahwa para sahabat menangis di penghujung Ramadhan karena mereka tidak tahu apakah amal mereka diterima atau tidak. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu sering berdoa:
“Seandainya aku tahu bahwa satu sujudku diterima oleh Allah, itu lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya.”

Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya Allah menjadikan Ramadhan sebagai perlombaan bagi hamba-hamba-Nya dalam ketaatan. Sebagian menang dan sebagian gagal. Sungguh, sangat mengherankan orang yang tertawa dan bersuka cita di hari ketika orang-orang yang taat sedang menangis karena Ramadhan akan pergi.”

Tidak ada yang tahu apakah kita masih diberi umur untuk bertemu Ramadhan tahun depan. Karena itu, di penghujung Ramadhan ini, mari kita perbanyak doa agar Allah menerima amal kita. Berdoa agar kita diberi umur panjang sehingga dapat bertemu Ramadhan berikutnya.

Rasulullah saw mengajarkan doa berikut untuk memohon keberkahan umur:
“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Sya’ban, dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)

Semoga kita termasuk orang-orang yang menangis di akhir Ramadhan bukan hanya karena penyesalan, tetapi juga karena harapan dan cinta kepada Allah. Wallahu a’lam. [*]

spot_img
spot_img

Headline

spot_img