MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Nama Andi Saiful Haq tercantum sebagai salah satu Juru Bicara (Jubir) Presiden Joki Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019 mendatang.
Saiful mendapat kepercayaan dan amanah untuk menjadi ‘mulut’ pasangan Calon Presiden Jokowi-KH Ma’ruf Amin. Menyampaikan capaiaan keberhasilan, sekaligus menangkis serangan lawan politik terhadap Jokowi-Ma’ruf.
Baca:
Putra Asal Sulsel Ini Ditunjuk Jadi Jubir Jokowi-Ma’ruf
Saiful diketahui sebagai salah seorang pria yang berasal dari Kota Kalong, julukan Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Hanya saja, selama ini menjadi perantau di tanah Betawi.
Banyak dikenal sebagai aktivis HAM, bergabung di Partai Nasdem, sebelum akhirnya berlabuh dan menjadi caleg Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Pemilu mendatang.
Baca: Ali Mochtar Ngabalin Titip Salam Khusus untuk Politisi PKS Tamsil Linrung
“Saya akan total dukung pasangan Jokowi-Ma’ruf untuk menang secara nasional dan di Sulsel khususnya,” ujar pria kelahiran Soppeng, 12 Mei 1975 itu di Makassar, (13/8/2018).
Beberapa catatan yang akan dilakukannya sebagai Jubir disebut ada pada soalan menyampaikan prestasi Presiden Jokowi selama menjabat.
“Banyak hal, mulai dari prestasi dan capaian Pak Jokowi sebagai petahana dan juga kemungkinan isu yang harus diantisipasi sebagai serangan. Termasuk didalamnya mengenai fitnah dan hoax yang kini masih santer beredar di publik,” katanya.
Baca: Begini Tanggapan Komandan SYL Pasca Jokowi Pilih KH Ma’ruf Amin Sebagai Cawapres
Saiful bergabung sebagai jubir bersama beberapa nama tenar lainnya. Sebut saja, Budiman Sudjatmiko, Rieke Diah Pitaloka, Farhat Abbas, hingga Adian Napitupulu.
Andi Saiful Haq kini terdaftar sebagai Caleg DPR RI PSI untuk Dapil Sulsel 1. Dia sendiri mengaku sangat optimis bisa bersaing dan terpilih menjadi wakil Sulsel di Dapilnya.
Diketahui, Kabupaten Soppeng yang menjadi tanah kelahiran Saiful di Sulawesi Selatan, dikenal sebagai kota kelelawar atau Kalong. Daerah ini dijaga ribuan hewan kelelawar yang oleh warga setempat disebut Kalong.
Keberadaan Kalong ini yang bergelantungan dipohon meski siang hari diyakini masyarakat sebagai sesuatu yang sakral dan mengandung nilai mistis.