Begini Isi Khutbah Aziz Qahhar Mudzakkar di Parepare

MAKASSAR – Anggota DPD RI, Dr. Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar mengingatkan pentingnya mengamalkan nilai-nilai tauhid di jalan Allah. Khususnya dalam hal memperjuangkan ajaran-ajaran Islam. Modal kepemimpinan pun harus dimiliki.

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia’. Dia (Ibrahim) berkata, ‘Dan juga dari anak cucuku?’. Allah berfirman, (‘Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku untuk orang-orang yang zalim”.(QS. al-Baqarah (2): 124)

Dengan perjuangan nilai-nilai tauhid, Aziz menuturkan, Nabi Ibrahim lulus secara sempurna dari semua ujian atau cobaan dalam perjuangan tersebut. Maka Ibrahim ‘alaihissalām dikukuhkan oleh Allah sebagai pemimpin terhadap seluruh manusia.

Dalam hal ini, secara khusus adalah kepemimpinan nubuwwah atau kepemimpinan berbasis wahyu. Semua nabi dan rasul setelah Nabi Ibrahim ‘alaihissalām adalah anak keturunannya. Sebagaian besar nabi dan rasul tersebut dari keturunan putranya Ishaq ‘alaihissalām. Satu-satunya nabi dari keturunan Nabi Ismail ‘alaihissalām adalah nabi terakhir Muhammad,”urai Aziz saat memberikan Khutbah Idul Adha di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, Jumat (1/9).

Sekaitan hal tersebut, makna tentang kepemimpinan Ia jabarkan. Pertama, bahwa para pemimpin seharusnya adalah orang-orang yang telah teruji dalam berbagai perjuangan dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran.

“Kepemimpinan semestinya tidak menjadi milik dari mereka yang tidak memiliki sepak terjang dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan. Para calon pemimpin yang ditempa dengan pengalaman dan teruji idealismenya dalam berjuang, akan memiliki kematangan mental dan keteguhan prinsip dalam menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan yang dihadapi dalam tugas-tugas kepemimpinannya,” jelasnya.

Tugas utama kepemimpinan, lanjut Bakal Calon Wakil Gubernur Sulsel 2018 itu menjelaskan, yakni senantiasa mengarahkan masyarakat ke jalan yang benar, menegakkan keadilan, melakukan kebaikan dan menghindarkan kejahatan. Tugas dan fungsi tersebut, lanjutnya, maka seorang pemimpin seharusnya adalah orang-orang telah tercerahkan terlebih dahulu.

Mereka semestinya menjadi orang-orang terdepan dan teladan dalam kebaikan. Pepatah Arab mengatakan, “Jika anda tidak memiliki, maka anda tidak dapat memberi,” tambahnya.

“Mana mungkin dapat menyebarkan kebaikan kepada rakyat jika sang pemimpin sendiri bukan orang yang tercerahkan dalam kebenaran dan moralitas. Mana mungkin para pemimpin bisa mengurus masyarakat dan bangsanya dengan baik jika ia sendiri cacat moral atau sering terlibat dalam kejahatan dan kemungkaran,” ujarnya.