25 C
Makassar
Tuesday, April 1, 2025
HomeMutiara HikmahIDUL FITRI BUKAN AKHIR, TETAPI AWAL PERJALANAN BARU

IDUL FITRI BUKAN AKHIR, TETAPI AWAL PERJALANAN BARU

- Advertisement -

Mutiara Ramadhan (30):

Oleh Hadi Daeng Mapuna
(Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar)

Seiring dengan berakhirnya Ramadhan, tak ada kata yang paling patut kita ucapkan selain ucapan syukur kepada Allah. Sebab, atas anugerah, berkah dan Rahmat-Nya, kita dapat mengakhiri Ramadhan dengan penuh kebahagiaan. Selanjutnya kita merayakan hari kemenangan, Idul Fitri, dalam suasana riang gembira bersama keluarga, sanak saudara dan handai taulan.

Idul Fitri dan Makna Kemenangan

Idul Fitri sering dipahami sebagai akhir dari perjuangan Ramadhan, padahal sejatinya adalah awal perjalanan baru dalam kehidupan seorang Muslim. Kemenangan sejati di Idul Fitri bukan hanya soal menyelesaikan puasa, tetapi bagaimana mempertahankan semangat dan nilai-nilai Ramadhan setelahnya.

Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari & Muslim).

Idul Fitri adalah Momentum Evaluasi dan Refleksi atas perjalanan bersama Ramadhan. Idul Fitri adalah saat yang tepat untuk bertanya pada diri sendiri, apakah Ramadhan telah benar-benar mengubah diri kita? Apakah kebiasaan baik yang kita lakukan di bulan suci ini akan tetap bertahan?

Pertanyaan reflektif ini perlu diajukan untuk mengukur sejauh mana dampak Ramadhan terhadap sikap dan perilaku keseharian kita. Sebab jika tidak, maka itu berarti bahwa kita gagal dalam meraih kemenangan. Demikian juga mengenai keberlanjutan kebiasaan-kebiasaan baik dalam bulan Ramadhan. Sejatinya, seseorang yang meraih kemenangan dalam bulan Ramadhan, akan meneruskan kebiasaan-kebiasaan baik yang telah dibangun selama Ramadhan. Tidak justeru kembali kepada keadaan sebelum Ramadhan.

Allah swt mengingatkan dalam Surat An-Nahl ayat 92.

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali”. (QS. An-Nahl: 92)

Lebih jauh Al-Qur’an menegaskan bahwa orang yang sukses setelah Ramadhan adalah mereka yang benar-benar menjaga ketakwaan.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali Imran: 102).

Konsistensi dalam Ibadah Pasca Ramadhan

Ramadhan adalah bulan latihan, bukan tujuan akhir. Keberhasilan seseorang setelah Ramadhan ditentukan oleh konsistensinya dalam beribadah. Apapun dan bagaimana pun keadaannya, ibadah menjadi prioritasnya. Tidak peduli apakah itu sedikit atau banyak atau apakah itu kecil atau besar. Semuanya akan tetap bernilai sebagai wujud konsistensi dalam beribadah.

Rasulullah saw bersabda:
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari & Muslim).

Kebiasaan-kebiasaan baik yang perlu dilanjutkan dalam bulan-bulan setelah Ramadhan, antara lain; Shalat berjamaah, membaca dan menghayati Al-Quran, Puasa sunnah sebagai bentuk ketekunan (Syawal, Senin-Kamis, Ayyamul Bidh), serta terus bersedekah, khususnya kepada orang-orang yang kurang mampu.

Para sahabat Nabi saw tetap bersemangat dalam ibadah setelah Ramadhan, karena mereka memahami bahwa kehidupan ini adalah perjalanan menuju Allah.

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu keyakinan (kematian).” (QS. Al-Hijr: 99).

Idul Fitri seharusnya menjadi momentum untuk melanjutkan perjuangan dalam menjalani kehidupan yang lebih baik. Jangan biarkan semangat ibadah hanya bertahan di bulan Ramadhan. Kemenangan sejati bukan hanya di hari raya, tetapi di sepanjang perjalanan hidup menuju ridha Allah. Dengan demikian, Idul Fitri bukan akhir, tetapi awal perjalanan baruWallahu a’lam.[*]

spot_img
spot_img

Headline

spot_img