Bola made in Majalengka ini, lanjut Irwan, sudah mendapat lisensi FIFA. Artinya, bola ini memiliki standar baku yang ditetapkan. Sebagai informasi, FIFA menetapkan tujuh tes untuk mengetahui kelayakan bola resmi.
Pertama adalah circumference, yaitu menguji kesempurnaan lingkaran bola. Kedua adalah sphericity, untuk menguji stabilitas bola di udara. Ketiga adalah rebound, menguji pantulan bola. Keempat adalah water absorption, menguji tingkat ketahanan bola terhadap air.
Kelima adalah weight, menguji berat bola. Keenam adalah loss of pressure, menguji apakah bola kehilangan udara selama permainan atau tidak. Ketujuh adalah shape and size retention, menguji apakah berat dan ukuran bola berubah atau tidak selama permainan.
“Hanya kualitas kami satu-satunya di Indonesia yang punya standar FIFA. Kalau bola sudah punya standard approve atau inspect itu sudah bisa dipakai. Jadi pemain tidak boleh menolak,” kata Irwan, yang juga Ketua Umum Asosiasi Industri Olahraga Nasional Indonesia (Asioni).
Di Brasil 2014, Sinjaraga Santika Sport kembali mengirimkan bola produksinya. Namun bukan untuk pertandingan resmi, melainkan acara-acara pendukung seperti sponsor, cinderamata, dan lain sebagainya.
“Kami mengirim 1 juta bola ke Brasil untuk kegiatan sponsor. Satu sponsor bisa memesan 25-50 ribu,” kata Irwan.
Selain Piala Dunia, bola buatan Sinjaraga Santika Sport juga dipakai di Piala Eropa. “Larisnya dua tahun sekali. Kalau tahun genap itu ramai,” ujar Irwan.
2. Sepatu Bola