SULSELEKSPRES.COM – Tak ada nama tenar sebagai warisan dibalik nama besar Muhammad Fauzi yang membuatnya duduk sebagai wakil rakyat.
Bang Fauzi, begitu dia disapa, tidak berasal dari keluarga pejabat, tokoh kenamaan, atau keturunan orang kaya. Dia membangun sendiri namanya dengan kerja keras, kesabaran, serta pengabdian tiada henti hingga mendapat kepercayaan sebagai penyambung lidah rakyat di DPR RI.
Ditengah perkampungan padat penduduk Senin malam, 6 September 1968 silam, Muhammad Fauzi lahir di Kelurahan Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Fauzi kecil bersama 7 saudaranya saat itu merasakan kerasnya hidup ditengah-tengah masyarakat yang tersisih moderenisasi dan tergusur urbanisasi.
“Jika ditelisik ke belakang, siapa sih saya ini? Tidak lahir dari keluarga hebat, kemampuan pun terbatas.” begitu Bang Fauzi mengisahkan hidupnya seperti dilansir dari catatan pribadi yang dia tulis.
Fauzi tak ragu, bahkan dengan bangga bertutur soal kesederhanaan hidup keluarganya. Dia tak memiliki banyak momen indah bersama ayah yang merupakan mantan seorang anggota Polisi.
Dia berhenti merasakan kehangatan sentuhan ayah saat dirinya masih berusia 10 tahun. Ibunya kemudian mengambil alih peran dengan menjadi ibu sekaligus ayah sejak saat itu.
“Saya bersaudara dibesarkan dari sentuhan kasih yang tidak terbatas seorang Ibu. Ibu membesarkan kami bermodal peninggalan ayah. Beliau seorang Ibu rumah tangga yang paripurna.” ujarnya.
Berjuang untuk Desa di Parlemen
Muhammad Fauzi bukanlah sosok politisi bermodal janji dengan segudang retorika. Dalam forum rapat di DPR RI, Bang Fauzi selalu tampil bersahaja namun penyampaian argumentasinya to the poin.
Pendapatnya tak banyak dibumbui kalimat bersayap, dia akan langsung secara terbuka menyampaikan keluhan serta aspirasi masyarakat yang diwakilinya.

Selama di parlemen, Fauzi banyak berbicara soal pembangunan di desa-desa. Sebagai anak kampung, Muhammad Fauzi begitu memahami kehidupan masyarakat desa.
Kepedulian inilah salah satu alasan dirinya memilih tergabung dalam Komisi V DPR RI. Dia ingin menjadi bagian dari perjuangan mengangkat kehidupan masyarakat di desa.
Baginya, pembangunan di desa menentukan taraf hidup masyarakat. Membangun desa dengan baik akan membuat kepentingan masyarakat bisa terakomodir dengan baik pula.
“Desa merupakan pemerintahan struktural paling bawah melalui proses pemilihan langsung. Dari sisi kepentingan masyarakat, desa sangat strategis karena paling sering berinteraksi dengan masyarakat,” kata dia.
Pemerintahan desa dianggapnya paling memahami masyarakat. Untuk itu, Fauzi dalam setiap kesempatan selalu menyampaikan soal begitu pentingnya pembangunan infrastruktur desa.
“Membangun desa perlu pelan-pelan. Perlu partisipasi semua pihak, khususnya masyarakat desa,” harapnya.
Masyarakat Pemegang Saham
Selama menjabat, Muhammad Fauzi selalu mengedepankan kepentingan masyarakat yang berada di Daerah Pemilihannya (Dapil).
Baginya, masyarakat yang berada di Dapil Sulsel III adalah pemegang saham. Pemegang saham yang memberi amanah dan kepercayaan kepadanya.
Soal kinerja selama menjabat, Fauzi meminta untuk menanyakan apa yang sudah dia lakukan kepada masyarakat.
“Amanah harus dipertanggungjawabkan,” katanya.
Program aspirasi dia salurkan pada semua kabupaten/kota yang dia wakilkan. Beberapa program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat desa seperti bedah rumah, irigasi, rusunawa, hingga pembangunan jembatan gantung.
Agama sebagai Penyokong
Perjalan hidup hingga perjuangan Muhammad Fauzi tidaklah mudah. Namun dalam setiap rintangan, dia menjadikan agama sebagai penyokong semangatnya.
Melibatkan agama dalam keseharian merupakan hasil didikan ketat ibunya. Fauzi dibesarkan oleh seorang ibu yang begitu mengedepankan pendidikan agama.
Ibu yang dia sangat hormati akan sangat marah jika mendapati anak-anaknya tidak melaksanakan kewajiban agama.
“Agama menjadi salah satu titik berat pendidikan Ibu. Dia akan marah besar jika anaknya tak shalat, mengaji atau bolos sekolah.” pungkasnya.
Kepedulian Fauzi dalam bidang agama juga dia buktikan dengan aktif melibatkan diri dalam banyak kegiatan hingga kepengurusan organisasi keagamaan. Dia tercatat sebagai Wakil Ketua Nahdatul Ulama (NU) Luwu Utara, dan Presidium MW KAHMI Sulsel.
(M. Yusdin)