Perjuangan Ratusan Murid SD Belajar Dalam Kepungan Bau 

Ratusan murid SD itu terpaksa menjalankan aktifitas belajarnya dalam kepungan bau busuk yang sangat menyengat hidung

Sejumlah siswa tutup hidung saat belajar.

MAKASSAR– Kehidupan dunia pendidikan di Indonesia masih sangat miris. Seperti yang dialami ratusan murid Sekolah Dasar (SD) Pertiwi Nusantara yang berlokasi di Kelurahan Kapasa Raya, Kecamatan Bhiringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Ratusan murid SD itu terpaksa menjalankan aktifitas belajarnya dalam kepungan bau busuk yang sangat menyengat hidung. Hal itu disebabkan lokasi sekolah yang berada dalam kawasan tempat pembuangan limbah industri PT. Kawasan Industri Makassar (Kima) Persero.

“Sudah jadi pemandangan setiap hari dimana murid murid disini belajar sambil menutup hidung dan mulut. Karena di sebelah sekolah ini kan jalur kanal pembuangan limbah PT Kima Persero ,”Kata Andi Hermawati, salah seorang guru di Sekolah Dasar (SD) Pertiwi saat ditemui di sela-sela istirahat usai mengajar, Kamis 3 Agustus 2017.

Menurut bu Andi sapaan akrab Andi Hermawati itu bahwa bau busuk mirip bau bangkai hewan itu sesekali tercium lebih menyengat dalam waktu tertentu yakni pada pagi dan siang hari. Apalagi lanjut dia ketika angin berhembus kencang dari arah kanal pembuangan.

“Kalau sudah kencang angin, duh baunya lebih menyengat,” ucapnya.

Selain murid SD, di sekolah swasta yang dinaungi oleh YPPI-IIPI Pusat Makassar itu juga terdapat siswa setingkat KB, TK, SMP dan SMK yang kesemuanya itu terancam terganggu kesehatannya dari bau menyengat limbah pembuangan ratusan perusahan yang ada dibawah naungan PT Kima Persero.

“Ini kan Yayasan, jadi tidak hanya ada SD saja, tapi ada juga Kelompok Bermain (KB), TK, SMP dan SMK. Untuk SD siswanya kurang lebih ada 218 siswa,” terang Sitti Maryati Rasjid, Ketua Yayasan Harian YPPI-IIPI Pusat Makassar.

Apa yang dialami murid SD Pertiwi juga di rasakan warga yang bermukim di sepanjang kanal pembuangan milik PT Kima itu. Dimana bau busuk di nilai sudah jadi hal biasa dan menjadi konsumsi hidung mereka setiap hari.

“Bau sih iya, tapi sudah biasa karena tiap kita cium baunya, mau protes juga sama siapa?,” ungkap Zainuddin salah seorang warga yang bermukim di sekitar kanal pembuangan limbah tersebut.

Ditemui terpisah, Kepala Divisi Pengelolaan Limbah, Jumriani, mengatakan limbah yang pembuangan berbau menyengat itu adalah limbah organik jadi tidak berbahaya.

“Itu kan limbah cair organik, tidak berbahaya hanya berbau. Limbah cair organik itu buangan dari perusahaan udang dan ikan segar yang ada di Kawasan Industri Makassar,” ucap Jumriani.

Ia bahkan membantah bahwa limbah yang dibuang oleh PT Kima itu berbau busuk, karena pihaknya telah mengelola limbah itu sesuai standar dari Kementrian Kesehatan.

“Kita sudah kelola limbah itu sesuai standar Kementerian Kesehatan, tiap bulan kita uji laboraturium kok,” jelasnya.

Bagi Jumriani, Sangat tidak adil jika kanal itu berbau kemudian kesalahan seluruhnya dilimpahkan ke PT Kima. Karena menurutnya yang seharusnya hanya menjadi jalur pembuangan limbah PT Kima itu kini telah bercampur dengan limbah warga, termasuk dari pasar, terminal dan warga.

“Kanal itu memang benar milik PT Kima, jadi seharusnya hanya menyalurkan limbah PT Kima, tapi faktanya sekarang limbah masyarakat, pasar, terminal kan juga dibuang kesitu. Jadi tidak adil rasanya jika kami yang disalahkan,” tegasnya.

Ia menambahkan jika ada warga yang tinggal disekitar kanal mengeluh, pihaknya meminta kejelasan berapa jarak rumah warga itu dari PT Kima. Menurut Jumriani, tanah di kanan dan kiri kanal pembuangan itu adalah milik PT Kima.

“Warga mana yang mengeluh?, jangan-jangan mereka yang tinggal di pinggir kanal. Jadi perlu diketahui tanah di samping kanal itu minimal 8 meter dari kanal adalah milik PT Kima, faktanya sekarang banyak warga yang menyerobot tanah itu padahal PT Kima sengaja membeli tanah tersebut agar warga tak ada yang tinggal dan bermukim dekat dari Kanal, sekarang malah ada yang sudah bangun rumah batu dan sekolah, mau digusur bisa jadi masalah panjang,” ujarnya.

Penulis: Andika