Mutiara Ramadhan (15):
Oleh Hadi Daeng Mapuna
(Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar)
Pernahkah Anda merasa pikiran begitu penuh, hati terasa gelisah, dan kebahagiaan seolah menjauh? Dalam hiruk-pikuk kehidupan, kita sering lupa bahwa kebahagiaan sejati bukan berasal dari materi, melainkan dari ketenangan jiwa. Salah satu cara terbaik untuk mencapainya adalah melalui puasa.
Puasa yang dilakukan di dalam bulan Ramadhan bukan sekadar menahan lapar, tetapi juga kesempatan untuk membersihkan pikiran dan hati. Puasa mengajarkan seseorang untuk mengendalikan emosi dan menjernihkan pikiran. Puasa melatih kontrol emosi dan meningkatkan ketahanan mental.
Puasa bukan hanya tentang menahan lapar, tetapi juga tentang melatih kesabaran dan pengendalian diri. Rasulullah saw. bersabda:
“Puasa adalah perisai. Jika salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, maka janganlah berkata kotor dan bertindak bodoh. Jika ada orang yang mencacinya atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia mengatakan: ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis yang lain, Rasulullah saw. bersabda:
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya segala urusannya adalah kebaikan. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesulitan, ia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR. Muslim)
Sikap syukur dan sabar dalam puasa berdampak positif pada mental seseorang. Puasa membantu mengurangi stres dan kecemasan melalui peningkatan ketakwaan dan kesabaran.
Puasa sebagai Detox Pikiran dan Emosi
Setiap manusia menginginkan kebahagiaan sejati, kebahagiaan lahir bathin. Berbagai upaya dilakukan demi mencapai kondisi tersebut. Namun, sering kali pencarian kebahagiaan justru menambah beban pikiran dan membuat emosi semakin tidak terkendali.
Puasa sebagai detox pikiran dan emosi bermakna bahwa puasa membuat kita mampu untuk menahan diri dari pikiran negatif, seperti kekhawatiran berlebihan, stres, dan prasangka buruk. Dengan lebih banyak berzikir, berdoa, dan membaca Al-Qur’an di saat puasa, pikiran yang semula penuh beban menjadi lebih jernih.
Puasa juga membantu kita mengendalikan emosi, terutama amarah dan kesedihan yang tidak terkendali serta mengajarkan kita untuk tidak reaktif terhadap provokasi.
Rasulullah saw. bersabda: “Jika seseorang mencelamu atau mengajak bertengkar, katakanlah: ‘Aku sedang berpuasa.’” (HR. Bukhari & Muslim)
Puasa merupakan media untuk mendetoksifikasi pikiran dan emosi. Puasa adalah latihan yang efektif untuk mengendalikan diri dari hawa nafsu dan keinginan duniawi. Dengan berpuasa, kita belajar untuk menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa.
Selain kesehatan fisik, puasa juga memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan jiwa. Puasa dapat membantu mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Puasa juga dapat meningkatkan rasa syukur, sabar, dan empati.
Dengan puasa, kita dilatih untuk lebih fokus pada kehidupan spiritual daripada kesenangan sesaat. Dengan menjauh dari distraksi duniawi dan memperbanyak ibadah, kita memperoleh ketenangan dan kebahagiaan sejati.
Puasa meningkatkan produksi serotonin dan dopamin secara alami, yang berperan dalam menciptakan perasaan bahagia dan damai.
Saat kita menahan lapar, kita lebih memahami penderitaan mereka yang kurang mampu, sehingga hati menjadi lebih lembut dan penuh syukur. Ini memberikan efek terapi jiwa, karena orang yang bersyukur lebih cenderung memiliki kesehatan mental yang baik.
Saat berpuasa, tubuh mengalami perubahan yang menyebabkan peningkatan pelepasan hormon endorfin, yang dikenal sebagai “hormon kebahagiaan”. Hormon ini dapat meredakan stres, mengurangi rasa sakit, dan meningkatkan perasaan bahagia.
Puasa adalah kesempatan istimewa untuk mendetoksifikasi jiwa, membebaskan diri dari beban pikiran, dan meraih kebahagiaan sejati. Mari kita jalani puasa dengan penuh kesadaran agar tidak hanya menjadi ibadah fisik, tetapi juga terapi batin yang mendekatkan kita kepada Allah. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang mendapatkan ampunan dan ketenangan hakiki. Wallahu a’lam.[*]