Mutiara Ramadhan (25):
Oleh Hadi Daeng Mapuna
(Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar)
Ibarat sebuah perjalanan, tinggal beberapa langkah lagi Ramadhan akan berakhir. Seiring dengan itu, perjuangan dalam menjalani ujian fisik dan mental selama Ramadhan juga mendekati garis finis. Namun, pertanyaan penting yang perlu kita renungkan: Sudahkah kita benar-benar mencapai kemenangan setelah hampir sebulan menjalani ibadah puasa? Dan, kemenangan seperti apa yang sejatinya kita raih?
Sering kali kita mendengar bahwa setelah menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan, kita akan meraih kemenangan di hari raya Idul Fitri. Itulah sebabnya Idul Fitri disebut juga sebagai hari kemenangan, yakni kemenangan seseorang yang telah berjuang meraih derajat takwa sebagai tujuan akhir dari ibadah puasa. Namun, kemenangan dalam Islam tidak hanya bersifat lahiriah, tetapi juga mencakup kemenangan spiritual, yaitu kemenangan hati dan jiwa.
Kemenangan spiritual tercermin dari tiga indikator utama yang menandakan keberhasilan seseorang dalam memanfaatkan Ramadhan sebagai bulan pembinaan diri:
Pertama, Ketenangan Hati dan Kejernihan Jiwa
Seseorang yang benar-benar menjalani Ramadhan dengan baik akan merasakan kelembutan hati dan kedamaian batin yang lebih besar daripada sebelumnya. Setelah sebulan berpuasa dan banyak beribadah, hati terasa lebih tenteram. Muncul rasa ikhlas, rendah hati, dan kesadaran akan pentingnya takwa.
Sepanjang Ramadhan, kita menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu. Ini bukan sekadar latihan fisik, tetapi juga cara untuk membersihkan hati dari kebiasaan buruk seperti marah, iri, dan dendam. Dengan banyaknya ibadah (shalat, dzikir, membaca Al-Qur’an), hati semakin bercahaya dan lebih mudah menerima kebaikan.
Allah swt berfirman:
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Rasulullah saw bersabda:
“Ketahuilah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Bukhari & Muslim)
Kedua, Kedisiplinan dalam Ibadah dan Konsistensi Amal
Salah satu tanda kemenangan spiritual adalah ketika kebiasaan baik yang terbentuk selama Ramadhan tetap berlanjut setelahnya. Jika setelah Ramadhan kita tetap rajin beribadah, menjaga shalat tepat waktu, serta memperbanyak dzikir dan membaca Al-Qur’an, maka ini adalah bukti nyata keberhasilan kita dalam menjalani Ramadhan.
Rasulullah saw bersabda:
“Amal yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari & Muslim)
Kemenangan spiritual bukan hanya tentang bagaimana kita mengisi Ramadhan, tetapi sejauh mana kita bisa mempertahankan kebiasaan baik itu setelah Ramadhan berlalu. Konsistensi dalam beribadah mencerminkan bahwa hati kita telah terdidik untuk mencintai kebaikan.
Ketiga, Kepedulian, Kedermawanan, dan Empati terhadap Sesama
Ramadhan mengajarkan kita untuk lebih peduli, dermawan, dan memiliki empati yang lebih dalam terhadap sesama. Jika setelah Ramadhan kita masih memiliki semangat berbagi dan menolong orang lain, maka itu adalah tanda kemenangan spiritual.
Puasa membentuk karakter peduli dan kasih sayang. Zakat fitrah di akhir Ramadhan adalah simbol bahwa ibadah tidak hanya bersifat vertikal (hubungan dengan Allah), tetapi juga horizontal (hubungan dengan manusia).
Rasulullah saw bersabda:
“Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Thabrani)
Seorang Muslim yang telah menang secara spiritual akan terus menjadi pribadi yang dermawan, rendah hati, dan peduli terhadap sesama, bukan hanya di bulan Ramadhan, tetapi sepanjang hidupnya.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarah serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran: 133-134)
Ayat ini menekankan bahwa ciri utama orang yang bertakwa—yang telah sukses melewati Ramadhan dengan kemenangan—adalah mereka yang dermawan, sabar, dan pemaaf.
Kemenangan Sejati Adalah Keselamatan di Akhirat
Kemenangan sejati dalam kehidupan seorang mukmin bukan hanya kemenangan spiritual di dunia, tetapi juga kemenangan sejati berupa keselamatan di akhirat.
“Dan barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh, ia telah memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imran: 185)
Ramadhan adalah madrasah kehidupan, tempat kita mengasah kesabaran, kedisiplinan, dan ketakwaan. Jika kita berhasil menjaga semangat Ramadhan setelah bulan suci ini berlalu, maka itulah kemenangan sejati yang akan mengantarkan kita kepada keberkahan dunia dan keselamatan akhirat. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita bagian dari hamba-hamba-Nya yang menang. Wallahu a’lam.[*]