Mutiara Ramadhan (3):

(Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar)
Suatu ketika di bulan Suci Ramadhan beberapa tahun yang lalu, saya berbincang dengan seorang kawan mengenai sahur. Kawan itu menyatakan bahwa dia jarang sahur meskipun tetap berpuasa. “Saya kuat berpuasa walaupun tidak sahur,” katanya. “Lagi pula, kalau harus bangun sahur, waktu tidur kita semakin sedikit,” lanjutnya. Saya menyimak dengan saksama perkataan kawan saya yang tampaknya kurang suka makan sahur, sambil menganggukkan kepala.
“Tapi kawan, makan sahur itu banyak berkahnya, lho. Bukan semata-mata agar kita kuat dalam berpuasa,” kataku. Kawan saya itu kemudian terdiam. Mungkin dia tersentak dengan kata “berkah” yang saya ucapkan.
Keutamaan dan Keberkahan Sahur
Sahur merupakan salah satu sunnah dalam ibadah puasa yang memiliki banyak keberkahan dan keutamaan. Rasulullah saw., sangat menganjurkan umatnya untuk makan sahur, bahkan meskipun hanya dengan seteguk air.
“Bersahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada keberkahan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keberkahan sahur yang dimaksud dalam hadis tersebut mencakup kekuatan fisik untuk berpuasa, semangat dalam beribadah, serta keberkahan spiritual karena mengikuti sunnah Rasulullah saw.
Keberkahan sahur membantu mengurangi rasa lapar selama berpuasa. Berbeda dengan hari-hari biasa, ketika kita terlambat makan siang, rasa lapar begitu terasa, meskipun sebelumnya sudah sarapan dan ngemil. Namun, saat berpuasa yang didahului dengan sahur, kita tidak merasakan lapar yang berlebihan hingga tiba waktu berbuka.
Selain keberkahan, Allah dan malaikat-Nya juga memberikan rahmat kepada orang yang bersahur:
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (mendoakan) kepada orang-orang yang makan sahur.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).
Sungguh luar biasa. Orang yang bersahur mendapat shalawat dari Allah swt., yang berarti rahmat dan keberkahan dari Allah, serta doa kebaikan dari para malaikat.
Orang yang bersahur juga lebih mudah melaksanakan Shalat Subuh. Sebab, ia bangun sebelum fajar, sehingga lebih siap untuk melaksanakan Shalat Subuh dan ibadah lainnya. Tanpa sahur, bisa jadi seseorang justru terbangun saat matahari telah terbit. Padahal, sebagai seorang muslim, seharusnya kita selalu menjaga agar dapat melaksanakan Shalat Subuh tepat waktu.
Waktu Sahur yang Dianjurkan
Waktu sahur dimulai dari tengah malam hingga sebelum fajar, tetapi yang paling utama adalah mendekati waktu fajar. Hal ini dapat dipahami dari hadis Rasulullah saw. yang disampaikan oleh Anas bin Malik:
“Kami makan sahur bersama Nabi, lalu beliau berdiri untuk shalat.” Aku (Anas) bertanya, “Berapa lama jarak antara sahur dan iqamah (shalat Subuh)?” Zaid menjawab, “Kira-kira 50 ayat (dibaca dengan tartil).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Waktu yang diperlukan untuk membaca 50 ayat sekitar 10–15 menit. Itulah waktu terbaik untuk menyelesaikan sahur. Artinya, 10–15 menit sebelum Sholat Subuh sudah harus selesai makan sahur. Waktu tersebut dapat dimanfaatkan untuk bersih-bersih dan bersiap melaksanakan Shalat Subuh.
Selain waktu makan sahur, yang juga perlu diperhatikan adalah makanan yang dikonsumsi. Nabi saw. menganjurkan untuk mengonsumsi kurma:
“Sebaik-baik sahur seorang mukmin adalah kurma.” (HR. Abu Dawud).
Menu makan sahur sebaiknya bergizi dan memberi energi tahan lama, seperti karbohidrat kompleks (nasi merah, roti gandum), protein (telur, daging, ikan), buah-buahan dan sayuran, serta air putih yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
Mengingat banyaknya keberkahan dan manfaat makan sahur, setiap umat Islam yang menjalankan ibadah Puasa Ramadhan sebaiknya memperhatikan kegiatan ini, mulai dari waktunya hingga menu makanan yang dikonsumsi. Karena, di setiap suapan ada berkah di dalamnya. Dengan demikian, ibadah Puasa Ramadhan menjadi lebih berkualitas dan penuh keberkahan. Wallahu a’lam. [*]