MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Profesor Musafir Pababari angkat bicara terkait pernyataannya tentang menerima paham Syiah, Komunis ataupun Ateis di UIN Alauddin yang berujung menjadi polemik.
Prof Musafir meceritakan kronologi kejadian yang bermula pada tanggal 26 Desember lalu, pihak UIN Alauddin menerima dua orang dari Iran yang mengisi seminar di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, kemudian 27 Desember ikut menghadiri peringatan Maulid di Fakultas Adab dan Humaniorah.
Pada waktu bersamaan dengan peringatan Maulid tersebut, Said Samad bersama temannya datang kelokasi dan meminta masuk kesana, hanya saja dari pihak panitia melarang karena kegiatan tersebut bersifat akademik.
“Said Samad datang tidak diundang, jadi diberitahu, ini murni kegiatan akademik kampus. lantas mereka kecewa,” jelas Prof Musafir kepada awak media, Selasa (2/1/2018).
Lalu kemudian, Lanjut Prof Musafir, mereka ke Rektorat dan diterima langsung olehnya. Said Samad dan rekannya menyampaikan kekecewaannya ada orang Iran yang bermashab Syiah datang ke UIN. Selain itu, meminta agar pihak UIN Alauddin menolak orang-orang syiah masuk ke UIN.
“Jadi saya katakan jangankan orang-orang Syiah yang datang ke UIN, orang-orang yang namanya humanisme berpaham ateistik, dan berpaham komunis pun, orang-orangnya akan saya terima,” tanggap Prof Musafir yang diminta menolak Syiah.
Prof Musafir menilai, perkataan itulah yang dipelintir, dikatakan kalau ia menerima paham Syiah, Ateis, Komunis.
“Ini yang saya terima bukan pahamnya tapi orang-orangnya, yang saya maksud seperti guru-guru besar dari Univeristas lain yang datang dari Jerman, Iran, Inggris untuk melakukan kunjungan akademik kesini,” terangnya.
Kemudian, Ia menjelaskan bahwa kampus yang dipimpinnya memiliki otonomi kampus, Academic freedom yang berarti kebebasan ilmiah.
“Saya sampaikan perguruan tinggi punya otonomi akademic, misalnya UIN yang Islamic Studys,” jelasnya.
Menurut Prof Musafir, Ini yang kemudian Ustd Said Samad yang diketahui merupakan salah satu Pimpinan Muhammadiyah Makassar, merasa tidak puas dengan apa yang dikatakannya, “Muncullah di online itu, saya katanya menerima Syiah, Komunis dan sebagainya,” sesalnya.