SULSELEKSPRES.COM – Beberapa orang bertanya-tanya mengenai evektivitas vaksin saat mengalami keterlambatan dosis ke-2.
Dilansir dari halodoc.com, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan jarak antara 8-12 minggu antara dosis pertama dan dosis kedua untuk vaksin Astrazeneca. Namun, sebuah studi terbaru dari Universitas Oxford di Inggris memberikan kepastian bahwa dosis kedua vaksin tetap sangat efektif, bahkan setelah jeda hingga 45 minggu. Bahkan, ditemukan respons imun yang lebih baik pada sukarelawan setelah penundaan yang lama, dibandingkan respons setelah interval yang direkomendasikan.
Penelitian juga menemukan bahwa penundaan yang lama mungkin bermanfaat menghasilkan lebih banyak antibodi terhadap virus SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, dan respons imun seluler jadi meningkat.
“Seseorang mendapatkan induksi antibodi yang sangat kuat dengan interval yang sangat panjang ini, dan itu jadi kabar baik bagi negara-negara di mana pasokan vaksin yang mungkin terbatas dalam jangka pendek,” kata Prof. Teresa Lambe, Ph.D salah satu peneliti studi dari Universitas Oxford.
Teresa juga menambahkan, bahwa itulah yang diharapkan dari vaksin. Jika setelah seseorang mendapatkan dosis pertama, tubuh membutuhkan banyak waktu untuk merespons imun menjadi matang. Tubuh juga cenderung melihat respons yang sedikit lebih baik di kemudian hari.
Sementara itu melansir dari Medical News Today,ada trade-off (tarik ulur) antara risiko infeksi karena kekebalan yang terus menurun setelah dosis pertama, dan kekebalan yang akhirnya lebih kuat setelah dosis kedua yang tertunda. Namun, belum diketahui secara pasti berapa lama penundaan yang aman dengan perlindungan yang masih baik. Namun, yang pasti itu bisa lebih dari 3 bulan.
Sementara itu, dilansir dari situs resmi Kenenkes, Juru bicara vaksinasi Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan meskipun pemerintah terus mempercepat pelaksanaan vaksinasi, namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi tantangan di tengah jalan, misalnya terkait dengan ketersediaan vaksin. Ada beberapa daerah yang terlambat menerima vaksin untuk penyuntikan dosis kedua.
”Keterlambatan penyuntikan vaksin dosis kedua selama masih dalam interval yang direkomendasikan para ahli, masih aman dan tidak akan mengurangi efektivitas vaksin pertama sehingga antibodi kita masih dapat terbentuk dengan optimal melawan virus COVID-19,” katanya.
Untuk vaksin Sinovac, jarak penyuntikan dosis 1 ke dosis kedua adalah 28 hari, sementara vaksin AstraZeneca 2 sampai 3 bulan. Sementara bagi penyintas dapat divaksin setelah 3 bulan dinyatakan sembuh.
Untuk penyintas yang sudah mendapatkan vaksin dosis 1 sebelum dinyatakan positif, maka bisa melanjutkan vaksinasi dosis kedua setelah sembuh 3 bulan. Tidak perlu mengulang.
Pemerintah telah mendistribusikan 86.253.981 dosis vaksin dan 67.884.947 dosis telah digunakan di 34 provinsi.
Vaksinasi merupakan upaya tambahan untuk melindungi seseorang dari potensi penularan COVID-19, sehingga protokol kesehatan mutlak tetap dilakukan untuk memberikan perlindungan yang optimal.