Waspada, Serangan Jantung Dapat Dipicu Oleh Patah Hati

Ilustrasi serangan jantung/ INT

SULSELESKPRES.COM – Kondisi psikologis seseorang saat menghadapi patah hati, memang sangat rentan dengan berbagai kemungkinan buruk untuk psikis maupun kesehatan fisik sendiri.

Salah satu hal yang dilewati nyaris semua orang adalah patah hati. Tekana emosional ini, ternyata memiliki satu dampak buruk yang berhubungan dengan organ vital kita, yakni Jantung.

Takotsubo cardiomyopathy atau sindrom patah hati ini umumnya dipicu oleh pengalaman traumatis antara lain putus dengan pasangan. Dalam kondisi yang parah, otot jantung menjadi lemah dan tidak lagi berfungsi dengan baik.

Bila penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kerusakan yang terjadi hanya bersifat sementara, hal tersebut kini dibantah oleh para ilmuwan di University of Aberdeen. Mereka menemukan fakta bahwa efeknya dapat bersifat permanen, seperti serangan jantung.

Dalam studi yang didanai oleh British Heart Foundation (BHF), tim dokter memeriksa 37 pasien Takostubo selama sekitar 2 tahun dengan menggunakan pemindaian ultrasound dan MRI.

Pemuan yang dipresentasikan di American Heart Association Scientific Sessions di California, dilansir dari The Independent via kompas.com, mengungkapkan bahwa para partisipan memiliki kerusakan yang tidak dapat diobati pada jaringan otot jantung, karena berkurangnya elastisitas. Kurangnya elastisitas ini membuat jantung tidak berdetak secara maksimal.

Studi lain yang dilakukan oleh Harvard Medical Schoolmenyebutkan, lebih dari 90 persen pasien kasusTakotsubo yang dilaporkan adalah wanita berusia antara 58 dan 75 tahun.

“Takotsubo adalah penyakit yang dapat menyerang orang sehat dengan efek merusak,” jelas Profesor Jeremy Pearson, associate medical director di BHF.

“Kami pernah mengira dampak dari penyakit yang mengancam jiwa ini bersifat sementara, tapi sekarang kami melihat bahwa efeknya terus mempengaruhi orang selama sisa hidup mereka,” tambahnya.

Pearson menambahkan bahwa saat ini tidak ada perawatan jangka panjang untuk pasien “patah hati” ini karena petugas medis sebelumnya mengira semua penderita akan sembuh total.

“Penelitian baru ini menunjukkan ada efek jangka panjang pada kesehatan jantung, dan menyarankan agar kita merawat pasien dengan cara yang serupa dengan orang yang berisiko mengalami gagal jantung,” pungkasnya.