JAKARTA, SULSELEKSPRES.COM – Presiden Jokowi, menyebutkan diplomasi perdamaian yang dilakukan Indonesia mendapatkan apresiasi dari para pemimpin dunia.
Hal itu disampaikan Jokowi saat membuka Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI dengan Kementerian Luar Negeri (Raker Keppri), di Jakarta, Senin (12/2/2018). Jokowi menyebutkan negara- negara yang mengakui hal tersebut yakni Presiden Palestina, Presiden Iran, dan Presiden Afghanistan.
Indonesia juga terus membantu upaya perdamaian dan pembangunan bagi negara-negara yang membutuhkan bantuan seperti Palestina, Afghanistan, Myanmar, dan Bangladesh, demi menunaikan amanah konstitusi yang diemban.
“Saya minta Menlu dan seluruh kepala perwakilan melanjutkan kontribusi Indonesia untuk perdamaian dan kemanusiaan,” kata Presiden Jokowi, dilansir dari situs reesmi kementerian luar negeri.
Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar yang moderat dan majemuk, sekaligus negara terbesar ketiga di dunia, Presiden mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menjadi bagian dari solusi permasalahan global.
Di hadapan para kepala perwakilan RI, Presiden Jokowi memberikan arahan mengenai pentingnya para diplomat menghadapi tantangan-tantangan diplomasi masa kini.
Tantangan-tantangan tersebut meliputi konflik dan perang, krisis kemanusiaan, terorisme, kejahatan lintas batas termasuk perdagangan orang, dan narkoba. Tantangan ini bukan hanya dihadapi oleh Indonesia, namun juga seluruh dunia.
Selain itu, Presiden juga menggarisbawahi mengenai persaingan ekonomi yang semakin tajam. Hal ini menyebabkan semua negara ingin menjadi pemenang.
“Masyarakat Indonesia mengharapkan para diplomatnya dapat menjadi diplomat yang mampu memperjuangkan kepentingan Indonesia, oleh karena itu pendekatan baru diplomasi kita harus terus disesuaikan sesuai tantangan zaman yang ada. Diplomasi yang cepat, responsif, dan tanggap,” ujar Presiden Jokowi.
Presiden juga mengingatkan bahwa Indonesia sebagai anggota G20 sudah saatnya tidak lagi menerima bantuan, namun memberikan bantuan kepada negara-negara yang membutuhkan bantuan Indonesia, seperti negara-negara di Pasifik.
Selain diplomasi perdamaian, diplomasi ekonomi juga menjadi sorotan bagi Presiden Jokowi. Kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah peningkatan investasi dan peningkatan ekspor. Terkait hal tersebut, Presiden mengungkapkan bahwa Indonesia harus lebih serius menggarap pasar-pasar non-tradisional seperti negara-negara Asia Selatan dan Afrika.
“Pakistan misalnya, jumlah penduduknya banyak, potensinya besar sekali, jangan dipandang sebelah mata potensi ini,” Presiden menegaskan.