Penulis Negeri 5 Menara Tebar Virus Menulis di Diplomat Muda

Penulis Novel Best Seller Negeri 5 Menara memberikan materi penulisaan kepada para diplomat muda/ KEMLU.GO.ID

JAKARTA, SULSELEKSPRES.COM – Penulis buku best seller Negeri 5 Menara, Ahmad Fuadi, menebar virus menulis di kalangan diplomat muda di Kementerian Luar Negeri (Kemendagri), Kami (1/3/2018).

Menurut lelaki yang lebih dekenal dengan nama A.Fuadi itu, menulis tidak segampang yang dikira, namun tidak pula sesulit yang dibayangkan. Apabila ada tekad yang kuat untuk menuangkan suatu pengalaman atau imajinasi dalam bentuk tulisan, tidak ada suatu halangan yang bisa menahan.

“Cobalah mulai menulis dengan membentuk kalimat dari beberapa kata secara acak. Sehari satu kalimat atau satu paragraf. Yang penting memulai,” kata Fuadi, dilansir dari situs resmi kementerian luar negeri, Sabru (3/3/2018).

Dari hasil latihan tersebut, ternyata banyak peserta Sesdilu yang mampu merangkai kata menjadi kalimat dan bahkan paragraf yang lengkap.

“Para peserta diklat rupanya mempunyai potensi yang besar untuk menjadi penulis novel,“ tambah Fuadi lagi.

Dalam sesi berikutnya, Fuadi memberikan teknik menulis fiksi yang lebih luas lagi, seperti membuat plot cerita dan penokohan.

Para peserta Sedilu Angkatan ke-60 sangat antusias mengikuti sesi yang diberikan Fuadi. Pengalaman penempatan di luar negeri, misalnya, dirasakan merupakan harta karun yang bisa dibagikan kepada publik melalui penulisan ala fiktif.

“Materi pagi ini menarik banget. Ternyata kita semua bisa menulis secara bagus kalau ngerti teknik dan tipsnya,“ ujar Lisa, salah satu peserta Sesdilu.

Dalam beberapa kesempatan, peserta bahkan sampai menangis terharu membacakan cerita yang mereka tulis sendiri. Ada juga tepuk tangan riuh saat cerita-cerita unik dibacakan. Semua tampak menikmati diklat.

“Tulisan yang berdasarkan pengalaman atau kenangan pribadi memang dapat membawa kita terbawa perasaan. Mainkan “rasa” karena itu yang menyentuh,” ujar Fuadi.

Ahmad Fuadi juga membagikan tips agar tulisan “dilirik” oleh penerbit. Dikatakan, penerbit selalu mencari sesuatu yang baru dan diperkirakan akan dilahap publik.

“Novel pertama saya adalah bercerita tentang lingkungan pesantren yang jarang diekspose. Apabila ada dari salah satu peserta Sesdilu ke-60 menulis novel mengenai kehidupan diplomat, pasti penerbit akan tertarik menerbitkannya,“ tandas Fuadi.