25 C
Makassar
Monday, December 16, 2024
HomeMetropolisAliansi Masyarakat Makassar Peduli Covid-19 Desak Evaluasi Program Penanganan Pandemi di Makassar

Aliansi Masyarakat Makassar Peduli Covid-19 Desak Evaluasi Program Penanganan Pandemi di Makassar

- Advertisement -

 

SULSELEKSPRES.COM – Peningkatan kasus harian Covid-19 di Makassar yang pada tanggal 12 Juli telah mencapai 799 kasus (rilis data terbaru 4 juli 2021), kegiatan Satgas Detektor yang mendatangi rumah warga untuk melakukan screening kesehatan pada tanggal 10 dan 11 Juli 2021 menuai resistensi yang luas di tengah masyarakat.

Hal tersebut diungkapkan inisiator Aliansi Masyarakat Makassar Peduli Covid-19 , Lily Yulianti Farid, yang juga Direktur Makassar International Writers Festival.

“Sebagai bagian dari program pengendalian pandemi dengan nama Makassar Recover, kami yakin bahwa Pemerintah Kota Makassar memiliki niat baik untuk melindungi warga. Namun
melihat perkembangan di lapangan, terdapat sejumlah hal yang layak dikritisi lebih jauh bila keinginan melindungi warga dapat terlaksana dengan efektif. Menurut kami, resistensi yang meluas, baik yang disuarakan langsung di media sosial serta yang diberitakan oleh media massa, mencerminkan kegagalan Pemerintah Kota Makassar dalam mengomunikasikan program kesehatan masyarakat secara terpadu dan menyeluruh, sekaligus menjadi bukti kian diabaikannya keterlibatan berbagai lapisan masyarakat dalam penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan publik, khususnya terkait pandemi,” papar Lily, dilansir dari rilis resminya.

Selain itu, kunjungan dari rumah ke rumah yang berlangsung selama dua hari ini menimbulkan keresahan karena berpotensi memicu penularan di tengah pembatasan pergerakan (mobilitas) warga serta kontra-produktif terhadap upaya mengembalikan kepercayaan masyarakat terkait pengendalian
pandemi.

Poin-poin desakan kepada Pemerintah Kota Makassar terkait program Makassar
Recover, yakni:

1. Menghentikan metodologi kunjungan rumah ke rumah yang dilakukan Satgas Detektor karena tidak merupakan metodologi yang evidence-based dalam pengendalian pandemi, serta berpotensi menjadi sumber penularan baru di tengah semakin meningkatnya kasus positif Covid di Makassar. Diterjunkannya
10.000 relawan Satgas Detektor dengan program yang disuarakan dengan narasi “Misi Kemanusiaan”, “Inovatif”, “Screening, dan Monitoring Kesehatan
Masyarakat Dalam Skala Besar” justru menimbulkan kebingungan,
mempertebal ketidakpercayaan terhadap pemerintah.

“Berdasarkan konsultasi kami dengan pakar epidemiologi, visitasi dari rumah ke rumah seperti ini sangat tidak dianjurkan di tengah meluasnya pandemi. Selain itu, buruknya komunikasi ke tingkat warga; rawannya pemantauan otorisasi dan standarisasi penggunaan alat screening, serta tidak adanya jaminan terhadap kapasitas
relawan yang dilatih secara kilat, menimbulkan resistensi yang luas,” ujar Lily.

2. Segera memperbaiki sistem tracing terhadap kasus positif dengan memperkuat sistem kesehatan yang menyeluruh serta
memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada untuk mendukung testing dan tracing yang sesuai dengan standar penanganan yang profesional
yang diakui oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO. Sebagai contoh, memberikan akses kepada puskesmas-puskesmas sebagai pusat pemeriksaan (PCR test-center), serta mengintensifkan deteksi kasus baru dengan melakukan tes PCR di puskesmas terhadap semua yang bergejala atau kontak erat minimal 2000-3000 orang tes PCR per hari.

3. Perlunya ada fasilitas isolasi terpusat untuk memastikan isolasi terlaksana-dengan baik sehingga masa isolasi pasien dapat efektif mendorong pemutusan
penularan.

4. Mempercepat cakupan vaksinasi di Makassar dari 30% menjadi >85 sebagai-upaya perlindungan masyarakat terhadap Covid-19.

5. Memberikan kesempatan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk terlibat
dalam perumusan dan pelaporan pelaksanaan kebijakan-kebijakan
penanganan Covid-19 di masyarakat.

6. Perlunya koordinasi antara Pemkot Makassar, Pemprov Sulsel, Rumah Sakit, dan-Satgas Covid untuk mengupayakan pengendalian penyebaran pandemi supaya beban rumah-rumah sakit dapat dikurangi. Salah satunya, melalui sentralisasi isolasi kasus pasien Covid-19 yang bergejala ringan atau sedang.

7. Segera membenahi jalur informasi dan komunikasi yang terpercaya, yang menjadi rujukan dan acuan warga dalam menghadapi pandemi.

8. Tidak mendesain program pengendalian pandemi yang tidak berlandaskan sains, buru-buru dan gegabah, tidak tepat sasaran, yang pada akhirnya kian merugikan masyarakat dan membawa dampak ekonomi dan kesehatan yang lebih buruk, serta berkoordinasi erat dengan organisasi/pakar kesehatan dan
pengendalian wabah yang berkompeten dan independen, termasuk dengan Satgas Nasional.
Tentang Inisiatif dan Seruan Bersama Ini Seruan bersama ini hadir setelah sejumlah wakil kelompok masyarakat dan
mahasiswa berkumpul dan berbagi keresahan setelah memantau dari dekat jalannya

Program Covid Detektor serta rangkaian seremonial peluncuran Makassar Recovery yang mengumpulkan massa dalam jumlah yang sangat besar, di tengah upaya masyarakat untuk saling menjaga, memutus penyebaran dan mengurangi mobilitas.

“Kami menilai narasi yang dibangun dan model peluncuran program yang mengumpulkan massa serta kegiatan Covid Detektor yang secara serempak
mengunjungi rumah-rumah warga, justru memperkuat stigma, kian mempertebal ketidakpercayaan masyarakat terhadap upaya-upaya penanganan pandemi, membuka lebar potensi penularan serta menimbulkan keresahan,” ujar Lily.

Sekadar diketahui, aliansi ini diinisiasi oleh Nur Isdah Idris (dosen Hubungan Internasional Unhas) dan Lily Yulianti Farid (Pendiri dan Direktur Rumata’ Artspace/Makassar International Writers Festival) yang
mengadakan diskusi bersama pakar kesehatan masyarakat selama dua hari berturut-turut (11 dan 12 Juli, 2021).

spot_img
spot_img

Headline

spot_img