Cacat Etika, Atribut Bakal Calon Dipaku di Pohon

Salah satu atribut bakal calon yang tertancap di pohon.

MAKASSAR – Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Sulsel pada 2018 mendatang, searah pula dengan maraknya pemasangan atribut partai di sejumlah titik sebagai sarana untuk memperkenalkan bakal calon yang maju.

Namun, sayang pemasangan sejumlah atribut bakal calon yang dilakukan oleh tim pemenangannya itu, terkadang tak sejalan dengan aturan yang diberlakukan oleh pemerintah dengan memaku atribut di sejumlah pohon.

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan (Sulsel) menegaskan bahwa prilaku tim sukses bakal calon kerap tak memperdulikan terkait dengan pemakuan pohon. Bahkan hal ini telah terpaku pula pada watak para tim setiap menjelang kontestasi Pilkada.

“Hal ini memang bukan fenomena baru, bahkan kejadian ini sudah turun temurun dan bahkan tak pernah berubah,”ungkap Direktur Eksekutif Walhi Sulsel, Aswar Exwar kepada Sulselekspres.com, Selasa (12/9/2017).

Menurutnya, Pohon merupakan fasilitas umum yang mesti dijaga, selain milik bersama, pohon juga sebagai salah satu keindahan di tengah kota yang perlu di rawat.

Direktur Eksekutif Walhi Sulsel, Aswar Exwar

Hal tersebut kata Slash sapaan akrab Aswar Exwar bahwa semestinya para bakal calon yang ingin maju pada setiap Pilkada telah mewarning para timnya agar tidak melakukan pemakuan terhadap pohon saat memasang atribut.

Secara terpisah, Aktivis Lingkungan Makassar, Ahmad Yusran menyayangkan hal tersebut, menurutnya tindakan yang dilakukan oleh para tim bakal calon itu tak memiliki etika dalam menjaga fasilitas umum seperti pohon.

“Yang pasti sama sekali tidak diperkenankan. Karena pohon sebagai tanaman perlu didalam kota, fungsi ekologinya adalah sel paru-paru udara segar. Bukan diikat, dipakui apalagi dijadikan media kampanye untuk memasang atribut bakal calon pilkada,”tegasnya saat dikonfirmasi Sulselekspres.com via Whatsapp, Selasa (12/9).

Selain itu, kata dia seperti di Kota Makassar, kota cerdas (smart City) Makassar lewat semua pihak, sudah harus bersatu padu menjaga kualitas lingkungan yang sudah ada. Menurutnya, hal itu merupakan solusi yang cocok untuk Kota Makassar.

Aktivis Lingkungan Hidup, Ahmad Yusran.

“Solusinya adalah, semua pihak harus sadar akan pentingnya menjaga kualitas lingkungan yang sudah baik,”terangnya.

“Sebab apalah artinya sebuah reward seperti Adipura, Adiwiyata dan Adipura Asean jika masih ada kelompok yang belum cerdas menjaga kualitas lingkungan masing-masing di wilayah Kota Makassar,”tambahnya.

Semuanya butuh sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya.