SULSELEKSPRES.COM – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 19 Agustus 2021 di Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Kegiatan dengan tema “Khotbah yang Ramah di Ruang Digital” ini diikuti oleh 753 peserta.
Empat orang narasumber tampil dalam seminar ini, yakni Founder Gerakan Kita Bhineka Tunggal Ika Therry Alghifary; Majelis Etik AJI Kota Mandar Fhatur Anjasmara; Ketua Lembaga Dakwah NU Sulawesi Barat Nur Salim Ismail; serta Blogger dan ASN Ndy Pada. Sedangkan moderator yaitu Linda Setiawati selaku aktivis perempuan. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.
Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. “Infrastruktur digital tidak berdiri sendiri. Jadi, saat jaringan internet sudah tersedia, harus diikuti dengan kesiapan-kesiapan pengguna internetnya agar manfaat positif internet dapat dioptimalkan untuk membuat masyarakat semakin cerdas dan produktif,” kata Presiden.
Materi pertama dibawakan Therry Alghifary dengan tema “Pemanfaatan Internet untuk Menyebarkan Konten Positif bagi Pemuka Agama”. Menurut dia, prinsip khotbah yang ramah di media sosial tidak hanya cukup dengan niat baik. Tapi, perlu ditunjang dengan metode yang sesuai sehingga dapat menghasilkan konten dakwah yang positif. “Dakwah yang disampaikan harus dilandasi dengan cinta,” katanya.
Selanjutnya, Ndy Pada menyampaikan materi berjudul “Bijak Berkomentar di Media Sosial”. Ia mengatakan, warganet sebaiknya telah memenuhi kriteria berikut sebelum menyampaikan komentarnya di dunia internet. Yakni, telah membaca atau menonton seluruh materi konten, membuat komentar yang sesuai konteks, serta kesiapan diri ketika mendapatkan tanggapan.
Pemateri ketiga Nur Salim Ismail menyampaikan tema “Literasi Dakwah Digital”. Menurut dia, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan konten dakwah diantaranya, berhati-hati dengan sentimen dan tidak mudah terpancing, pahami objek dakwah, perbanyak sumber agama, tetap bersikap rendah hati, serta waspada dengan kepentingan viralitas. “Hati-hati pada jebakan viralitas yang justru berpotensi untuk mencerabut dari ruh dakwah sebenarnya,” imbuhnya.
Adapun Fhatur Anjasmara, sebagai narasumber terakhir menyampaikan materi tentang “Tips dan Pentingnya Internet Sehat”. Ia mengatakan, untuk menghindari konsekuensi hukum yang merugikan, pendakwah di media sosial harus senantiasa mencantumkan referensi dalam membuat konten atau membiasakan diri memproduksi sendiri. Selain itu, materi dakwah tidak memprovokasi, jelas penyampaiannya, teliti dahulu sebelum membagikan, serta konten yang memberikan solusi.
Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh Linda Setiawati. Para peserta tampak antusias dan mengirimkan banyak pertanyaan. Panitia memberikan uang elektronik senilai Rp 100.000 bagi 10 penanya terpilih.
Webinar literasi digital ini mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta. Salah satunya, Sukra Mulia di Mamuju Utara yang bertanya tentang banyaknya dakwah yang muncul dilatarbelakangi oleh isu politik. Menanggapi hal tersebut, Nur Salim bilang, sebetulnya orientasi politik dan dakwah berbeda. Sehingga, sangat sulit diterima jika ada pesan dakwah dan politik yang dibawakan secara bersamaan.