MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Tiga mantan punggawa Ajax Amsterdam, Frankie de Jong, Matthijs de Ligt, dan Ezra Walian, merupakan tiga sahabat yang memiliki nasib berbeda.
Diketahui, ketiganya pernah bersama-sama membela tim ibu kota Belanda tersebut saat usia mereka masih belia. Akan tetapi ketiganya harus berpisah seiring perkembangan masa.
Jika de Jong dan de Ligt sukses berkarir di klub ternama Eropa berkat penampilan gemilang mereka di atas lapangan saat membela tim utama Ajax Amsterdam, maka berbeda hal nya dengan Ezra Walian.
Diketahui, saat ini de Jong tengah menjadi andalan tim raksasa Eropa, FC Barcelona, dan de Ligt belum tergantikan di lini belakang raksasa Italia, Juventus.
Sementara nasib Ezra yang saat ini berseragam PSM Makassar masih harus bersaing dengan beberapa nama lain untuk bisa meraih posisi utama di line up tim, mengingat sederet pemain seperti Irsyad Maulana dan Yakob Sayuri kadang masih menempati posisi yang diisi Ezra.
Meski begitu, Ezra mengatakan bahwa memilih berkarir di Indonesia bersama PSM Makassar sudah menjadi keputusannya. Ia juga tetap saling berkomunikasi dengan sahabatnya meski jarak mereka sangat jauh.
“Saya pikir semuanya saling mengikuti satu sama lain. Saya pergi ke jalan sendiri dan mereka juga di jalannya, tapi kami selalu komunikasi,” ujar Ezra.
Ezra juga berkisah tentang awal pertemuan mereka di Ajax Amsterdam, sampai ada keputusan mereka memilih jalan karir masing-masing.
“Saat usia saya 15 tahun, saya masuk akademi Ajax. Mereka membeli saya dari AZ Alkmaar dengan biaya transfer. Kesan pertama saya di Ajax, itu adalah klub profesional dan besar di dunia dengan sejarahnya.”
“Saya bermain dengan pemain besar Eropa. Ada Frankie de Jong pemain Barcelona, Matthijs de Ligt dari Juventus, Donny Van de Beek dan Noussair Mazraouri dari Ajax, dan juga Jairo Riedewald yang bermain di Crystal Place,” terang Ezra dalam Spotify.
Pemain 23 tahun kelahiran Amsterdam, Belanda, tersebut mengaku kerap melakukan kontak dan berkomunikasi dengan sahabat-sahabatnya tersebut. Ia bahkan selalu berinteraksi dengan Matthijs dan Donny Van de Beek melalui instagram.
“Kadang-kadang saya berkomunikasi dengan Donny dan Matthijs di instagram. Jik saya mengunggah foto atau video di instagram, mereka selalu menyukai. Begitu cara kami tetap mempertahankan komunikasi satu sama lain.”
Ezra juga berkisah tentang kebahagiaannya menjalani debut pertama bersama tim senior Ajax Amsterdam melawan tim-tim raksasa Eropa, seperti Manchester City, dan beberapa tim lainnya.
Bagi Ezra, pengalaman tersebut merupakan momen besar yang membahagiakan dan tidak bisa ia lupakan sepanjang karir sepakbolanya.
“Debut pertama saya bersama Ajax saat tur pra musim yang tidak terlupakan di Singapura. Saya tampil melawan klub-klub besar seperti Manchester City, dan FC Porto. Saya bermain dengan banyak pemain yang luar biasa. Itu adalah masa yang sangat baik,” jelas Ezra.
Namun apalah mau dikata, nasib memang sudah berkata beda. Perjuangan Ezra bersama PSM Makassar harus ia lanjutkan dengan segala kualitasnya agar bisa permanen menjadi starter di klub kebanggaan warga Sulawesi Selatan tersebut.
Meski karir mereka terbilang berbeda jauh, tetapi perjuangan dan kualitas mereka di atas lapangan bersama masing-masing tim tentu memiliki tempat tersendiri bagi para penggemar.