25 C
Makassar
Thursday, April 17, 2025
HomeEdukasiKisruh Terbentuknya BEM Unhas, Disebut "Boneka" Hingga Dianggap Tak Mewakili Mahasiswa

Kisruh Terbentuknya BEM Unhas, Disebut “Boneka” Hingga Dianggap Tak Mewakili Mahasiswa

- Advertisement -

SULSELEKSPRES.COM – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Hasanuddin (Unhas) baru saja terbentuk pada 7 Agustus 2019 lalu. Namun, tak sedikit juga lembaga yang menolak hasil tersebut. Selain disebut sebagai “boneka” birokrasi kampus, juga dianggap tidak bisa mewakili kepentingan lembaga tingkat fakultas.

Seperti yang diutarakan Ketua Senat Mahasiswa (Sema) Fakultas Ekonomi, Andi Hendra ER, ia secara halus menyindir terbentuknya BEM Unhas. Ia menyebut lembaga tingkat universitas tersebut hanya untuk melayani birokrasi kampus.

“Jika kehadirannya untuk menjawab keresahan mahasiswa saya rasa BEM-U tidak akan pernah hadir untuk itu. Namun jika BEM-U merupakan pembantu birokrasi dalam mengkomersialisasikan pendidikan, saya rasa BEM-U sangat berguna,” sindirnya saat dihubungi, Sabtu (10/8/2019).

Bukan tanpa alasan ia mengatakan demikian, Angga – begitu ia disapa, menurutnya, rekam jejak wacana pembentukan BEM Unhas yang sudah bergulir sejak akhir tahun 2018 lalu itu terkesan dipaksakan. Sebab pembentukannya diinisiasi oleh birokrasi kampus.

“Sampai sejauh mana BEM-U ini betul-betul merdeka, setidaknya merdeka dulu dalam konsep pembentukan itu sendiri, alam pikirnya saja dulu,” jelasnya.

Hal itu, kata Angga, terbukti dengan minimnya ruang dialog yang disediakan. Padahal, menurutnya, pembentukan lembaga setingkat universitas membutuhkan proses yang panjang.

“Sejak memikirkan ingin dihadirkannya kembali BEM-U mengapa tidak pernah dihadirkan ruang dialog yang panjang untuk membahas ini. Dari situ lah kamu melihat hal ini sangat dipaksakan oleh birokrasi,” tambahnya.

Selain itu, menurutnya, kehadiran BEM Unhas merupakan imbas dari Peraturan Rektor (PR) Organisasi Mahasiswa (Ormawa) yang dianggap mengintervensi Lema. Hal itu, kata Angga, terbukti dari tidak adanya asas keterbukaan dan demokratis dalam pengesahannya.

Ia pun menantang kepada para pengurus BEM Unhas untuk membuktikan dirinya sebagai wadah alternatif gerakan. Menurutnya, pihak BEM Unhas tidak akan dapat berkontribusi untuk menyatukan mahasiswa.

“Lagipula meskipun BEM-U sudah mereka anggap hadir, kami sama sekali tidak membutuhkannya dalam bergerak,” tandasnya.

Senada, Ketua BEM Kehutanan, Abdulrahman Abdullah mengaku enggan menerima hasil tersebut. Sebab, hal itu ia anggap diinisiasi oleh birokrasi kampus, bukan mahasiswa.

“Setelah mendapatkan penolakan dari beberapa BEM Fakultas, proses pembentukan tetap dipaksakan dan dibuat se-ekslusif mungkin, hanya perwakilan BEM Fakultas pro yang mengetahui dinamika di dalam hingga akhirnya terpilih,” ucapnya saat dihubungi, Sabtu (10/8/2019).

Ia juga mempertanyakan kehadiran BEM Unhas ditengah-tengah mahasiswa. Sebab, sewaktu mahasiswa dipukuli saat membagikan selebaran pada acara penyambutan mahasiswa baru di depan Gedung Olahraga Unhas, Ketua BEM Unhas sama sekali tak menunjukkan rupanya.

“Kemarin pada saat aksi kampanye edukatif membagikan selebaran kepada maba yang berakhir dengan pemukulan hingga pelecehan, ketua BEM U sama sekali tidak mendatangi massa aksi padahal diketahui Ketua BEM U masih berada disekitar lokasi kejadian,” ucapnya.

Sementara itu Ketua BEM Unhas terpilih, Abdul Fatir Kasim menanggapi santai sindiran yang disematkan kepadanya. Menurutnya, mereka tidak ikut terlibat dalam proses pembentukan BEM Unhas, sehingga tidak betul-betul memahami.

“Itu asumsi mereka saja, tapi yang benar-benar terlibat dalam proses dalam pembentukan ini akan berpikir lain,” jelasnya saat dihubungi, Sabtu (10/8/2019).

Ia pun tak mempersalahkan jika masih ada lembaga fakultas yang tidak sepakat adanya BEM Unhas. Menurutnya, hal itu justru mempermudah pihaknya dalam mengambil kebijakan.

“Justru akan lebih mudah, karena kita bersama dengan organ yang menyepakati, sehingga pengambilan keputusan akan jauh lebih mudah. Karena secara historis pun di Unhas, jarang keterlibatan organ kemahasiswaan secara keseluruhan tercipta diawal pembentukan,” bebernya.

Meski begitu, ia mengaku akan tetap mencoba merangkul Lema fakultas yang menolak. Ia pun optimis akan bisa menjelaskan kepada mereka dengan kepala dingin dan berpikir lebih dewasa agar menerima BEM Unhas.

“Yang menerima mari bertahan, yang menolak mari berkembang,” tandasnya.

Berdasarkan hasil Musyawarah Mahasiswa Unhas pada 7 Agustus 2019, di Wisma Perum Bulog, Malino, ditetapkan Abdul Fikri Kasim dari Fakultas Teknik sebagai Ketua BEM Unhas. Penetapan itu didapatkan berdasarkan hasil perolehan 28 suara dari 40 peserta penuh yang memilih.

Namun tak semua Lema fakultas hadir dalam musyawarah tersebut. Tercatat, hanya ada 8 dari 15 Lema yang hadir, yakni Teknik, Peternakan, FKM, Farmasi, Hukum, Keperawatan, Kedokteran, dan Kedokteran Gigi. Sementara yang tidak hadir dari Fakultas Kehutanan, Pertanian, Ekonomi, Ilmu Budaya, Sospol, dan FIKP. Satu sisanya yakni Fakultas MIPA yang menarik diri sebelum penetapan.

spot_img
spot_img

Headline

spot_img