31 C
Makassar
Friday, March 29, 2024
HomeRagamMengontrol Unggahan di Internet dengan Jurus ‘THINK’

Mengontrol Unggahan di Internet dengan Jurus ‘THINK’

- Advertisement -
- Advertisement -

SULSELEKSPRES.COM – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo kali ini dilaksanakan secara virtual di Bitung, Sulawesi Utara pada 30 Agustus 2021. Adapun tema yang dibahas adalah “Jarimu Harimaumu”. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi.

Program kali ini menghadirkan 1.362 peserta dan empat narasumber yang terdiri dari Former B2B Partnership di LOKET (Gojek Group,) Hari Farisca; Trainer Google News Initiative, Yinthze Gunde; pegiat literasi Konten Sehat Digital, Amanda Komaling; serta kreator konten, Dian Putri Nitami. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Rahardian Afif. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan 57.550 orang peserta.

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. “Infrastruktur digital tidak berdiri sendiri. Jadi, saat jaringan internet sudah tersedia, harus diikuti dengan kesiapan-kesiapan pengguna internetnya agar manfaat positif internet dapat dioptimalkan untuk membuat masyarakat semakin cerdas dan produktif,” kata Presiden.

Pemateri pertama adalah Hari Farisca yang membawakan tema “Mengenal Macam Aplikasi Percakapan”. Dia menjelaskan, percakapan daring dengan menggunakan aplikasi percakapan digital bisa berupa teks atau obrolan daring (online chat), panggilan suara (voice call), dan panggilan video (video call). “Setiap aplikasi percakapan punya fitur masing-masing, kita bisa pilih sesuai kebutuhan, apakah untuk komunikasi sehari-hari, bisnis atau hiburan?” urainya.

Berikutnya, Dian Putri Nitami menyampaikan materi “Jarimu Harimaumu”. Dian memaparkan lima hal yang harus diperhatikan sebelum mengunggah sesuatu di internet, yaitu THINK (True, Helpful, Illegal, Necessary, Kind). “Sebelum mengunggah, periksa kebenaran informasi atau konten, review dulu apakah akan merugikan atau menyinggung perasaan orang lain?” ucapnya.

BACA JUGA :  Berbahasa Benar dan Beretika di Ruang Digital

Sebagai pemateri ketiga, Amanda Komaling membawakan tema “Mengenal Lebih Jauh Cara Menyuarakan Pendapat di Dunia Digital”. Dia mengingatkan bahwa hoaks sudah mewabah dan menjadi masalah nasional. Acapkali juga sebuah informasi hoaks yang diterima disangka bukan hoaks. Menurut survei Mastel tahun 2019, penyebab utamanya adalah karena informasi tersebut diunggah atau dibagikan oleh orang yang dipercaya. “Orang akan sangat percaya karena melihat identitasnya,” tukasnya.

Adapun Yinthze Gunde, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema “Anak-anak Berselancar di Dunia Maya, Amankah?”. Dia menyebutkan tiga risiko utama yang mengancam anak ketika berselancar di dunia maya. Pertama, anak rentan menerima serangan siber, di mana anak bisa saja menerima konten berisi eksploitasi seksual, pornografi, hingga radikalisme. Kedua, anak rentan mengalami adiksi siber seperti ketagihan gawai atau konten di internet. Selanjutnya, anak juga rentan melakukan atau menerima perundungan siber.

Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, moderator melanjutkan kegiatan dengan sesi tanya jawab yang disambut hangat oleh para peserta. Panitia memberikan uang elektronik senilai masing-masing Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih. Program Literasi Digital mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta. Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi.

“Bagaimana menyikapi akun media sosial yang mengujar kebencian agar kita tak terpancing membalas?” tanya Lisye Lisdiawati, salah satu peserta webinar. Dian Putri Nitami menyarankan untuk langsung unfollow jika memang akun tersebut isinya didominasi ujaran kebencian. “Kalau awalnya akun itu tidak menyebarkan ujaran kebencian, tetapi lama-lama kok menjurus ke situ, coba ingatkan baik-baik melalui DM (direct message),” saran dia.

spot_img

Headline

Populer