MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Sulawesi Selatan selain dikenal sebagai daerah lumbung beras, namun juga dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi pariwisata begitu besar.
Ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara mengungungkapkan, meski Sulsel saat ini nilai ekonominya diatas rata-rata bahkan lampaui nasional, tetapi juga harus mewaspadai defisit, jika sektor ekspor impor barang dan jasa sedang mengalami penurunan.
“Pemerintah harus mempunyai langkah-langkah strategis dalam menanggulangi hel tersebut jika kedepannya mengalami penurunan,”ujarnya saat memberi materi dalam kegiatan Editor’s Day yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia bersama Bisnis Sulawesi di Four Points by Sheraton Hotel, Senin (13/8/2018).
BACA:Â Bank Indonesia dan Pemprov Sulsel Diskusikan KPJU Unggulan UMKM
Sementara itu, menurut Deputi Direktur Bank Indonesia Sulsel, Dwityapoetra S Besar saat diskusi bersama editor media di Makassar menjelaskan, bahwa Current account atau selisih nilai setiap ekspor dan impor barang dan jasa termasuk pendapatan di Sulsel pada 2018 ini mengalami defisit. Padahal current account sangat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Olehnya itu, untuk menutupi kondisi current account yang terjadi, Bank Indonesia menilai salah satu sektor yang berpotensi menutupi defisit tersebut adalah sektor pariwisata. Hal itu dapat dilihat dari meningkatknya tren kunjungan wisatawan melalui pintu Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.
“Meningkatnya tren kunjungan wisatawan di Sulsel bisa ditandai dengan peningkatan pangsa Sulsel terhadap traffic bandara se-Indonesia. Bahkan meningkat hingga 29,7% pada 2018,” jelasnya.
BACA:Â Efisiensi Pegawai Bank, Siap-siap Hadapi Era Digital
Untuk meningkatkan pengembangan pariwisata di Sulsel, Dwityapoetra menyatakan, Pemerintah Provinsi Sulsel sebaiknya juga meningkatkan perhatiannya dalam beberapa aspek. Misalnya saja dengan mencanangkan strategi 4A.
Adapun strategi 4A yang disebutkan yaitu, Attraction (atraksi), Accessibility (penguatan akses), Ancillary (ketersediaan fasilitas tambahan, dan Amenity (perbaikan kualitas). Selain itu diperlukan pula koordinasi oleh seluruh stakeholder terkait dari sektor pariwisata.
“Di sini tentu dibutuhkan peran ASITA, Badan Promosi Pariwisata, dan PHRI sehingga ada sinergitas untuk mengembangkan satu daerah secara lebih fokus,” ungkap Dwityapoetra.
Pemprov Sulsel sendiri saat ini telah mencanangkan Detailed Engineering Design (DED) dalam pengembangan sejumlah destinasi di beberapa daerah, misalnya saja destinasi wisata di Toraja Bulukumba Geopark Maros-Pangkep, Malino-Gowa, serta kawasan ekonomi khusus di Selayar.
Sementara itu, Makassar juga didorong sebagai daerah perkotaan atau HUB Indonesia Timur yang didukung oleh sejumlah event yang masuk dalam 100 Wonderful Event Indonesia 2018 seperi Makassar International Eight Festival and Forum MIEFF (F8), Pinisi, dan Lovely Desember.