MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Sejumlah pakar menilai PPP merupakan tumpuan terakhir partai Islam di kancah nasional. Hal ini mengingat partai Islam lainnya kemungkinan besar gagal memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) 4%.
Seperti diketahui, hanya ada 3 partai yang identik dengan garis perjuangan Islam. Yakni PPP, PBB dan PKS. Sedang PKB dan PAN lebih identik dengan idelogi partai nasionalis meskipun basis konstituennya mayoritas muslim. Itupun PKS sudah lama merubah ideologi dengan menerima kader non-muslim di daerah-daerah minoritas demi meraih elektoral.
BACA: Ingin Amankan Caleg, PPP Siap Libatkan Bawaslu dan KPU
“Survei PBB sangat rendah, verifikasi saja hampir tidak lolos. PKS surveinya juga rendah diperparah dengan friksi internal. Sisa PPP yang surveinya masih memiliki harapan survive meskipun juga terancam. Kalau PPP gagal lolos parliamentary threshold (PT), maka tidak ada lagi partai Islam di parlemen,” kata pakar politik dari Universitas Islam Negeri Alauddin, Firdaus Muhammad, Makassar, Selasa (13/11/2018).
Ia pun mengharapkan, PPP mencari pola gerakan pembeda yang tidak sama dengan strategi partai nasionalis dalam menggaet hati umat Islam. Sebab, menurutnya, posisi partai Islam saat ini berada dalam kondisi genting.
BACA: PPP Ajak Masyarakat Indonesia Renungkan Jasa Pahlawan
Ditempat yang sama, Dewan Pakar lembaga riset Pedoman Suara Indonesia (PSI), Dr Sawedi Muhammad menyarankan, PPP agar kembali menjadi partai oposisi untuk menggaet ulang kepercayaan umat Islam.
Ia berkaca pada Pemilu 1997 dimana PPP menjadi partai terbesar kedua berkat konsistensinya sebagai oposisi dari pemerintahan orde baru yang dibeking Golkar. Begitupun di pileg era reformasi tahun 1999, PPP menjadi peraih suara terbesar ketiga.
“Sebab susah menjadi pelopor di tengah koalisi yang padat. PPP jika ingin besar maka harus jadi oposisi. Tapi itu butuh energi yang besar. Jadi mungkin nanti di 2024-lah. Karena kalau di 2019, saya secara personal masih yakin PPP bakal lolos PT,” pungkas Sawedi.