24 C
Makassar
Wednesday, April 17, 2024
HomeHeadlineRocky Gerung Anggap Ada Rivalitas Moeldoko vs Prabowo dalam Kabinet Jokowi

Rocky Gerung Anggap Ada Rivalitas Moeldoko vs Prabowo dalam Kabinet Jokowi

- Advertisement -

SULSELEKSPRES.COM – Pengamat politik Rocky Gerung mensinyalir adanya persaingan politik antara Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko dengan Mentri Pertahanan Prabowo Subianto, dalam kabinet pemerintahan Presiden Jokowi.

Hal itu disampaikan Rocky Gerung dalam tayangan Youtube terbarunya. Rocky juga menanggapi keinginan Moeldoko menambah keanggotan KSP yang dianggap untuk menampung para relawan di Pilpres lalu.

Menurutnya, Moeldoko ingin menambah pusat kekuasaannya dalam kabinet. Hal ini tidak lepas dari kehadiran Prabowo dalam kabinet yang dianggap banyak mendapat sorotan dan pengaruhnya makin kuat.

Baca: Rocky Gerung Prediksi Jokowi Hengkang dari PDIP dan Buat Partai Baru

“Kalau dilihat dari sudut power game, kelihatannya pak Moeldoko juga ingin bikin pusat kekuasaan yang lebih besar, karena diam-diam kedudukan pak Prabowo makin kuat dimata publik dengan postur politik Prabowo selalu jadi sorotan kamera publik,” kata Rocky Gerung seperti dilihat Sulsel Ekspres dalam tayangan Youtube, Rocky Gerung Official, (18/11/2019).

Upaya yang dilakukan Moeldoko untuk menandingi power pengaruh Prabowo dianggap wajar. “Sangat masuk akal pak Moeldoko ingin bikin kutub baru, pilar baru. Bersebrangan, bukan bersebrangan, (tapi) saling menandingi dengan postur politik Prabowo,” katanya.

“Mungkin akan ada tiga matahari di Istana. Matahari Moeldoko, matahari Prabowo, dan matahari Jokowi sendiri. Itu menarik kita lihat bagaimana power play atau inter play antara 3 pusat kekuasaan ini,” tambah Rocky.

Baca: Rocky Gerung: Jokowi Menyakiti Megawati

Baca: Ide Unik Moeldoko, Cegah Stunting Dengan Pelihara Ayam

Rocky yang pada Pilpres lalu sempat diperkenalkan sebagai calon Mentri Prabowo-Sandi ini juga mengkritik relawan Jokowi yang ikut meminta jatah kekuasaan. Dia menganggap kalau sikap relawan demikian dengan melibatkan diri menyalahi secara etika.

“Relawan tak boleh minta. Relawan sebetulnya mensuplay bagian etika politik, tidak boleh nagih kekuasaan. Relawan Membantu menghasilkan suara, bukan menunggu pembagian suara,” pungkasnya.

(*)

spot_img

Headline

Populer

spot_img