32 C
Makassar
Thursday, April 25, 2024
HomeRagamRumah Baru Tuna Rungu

Rumah Baru Tuna Rungu

- Advertisement -

MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Siag ini, Jumat (24/7/2020), pegawai restoran cepat saji di jalan Sultan Hasanuddin, kota Makassar, sedang sibuk. Banyak pelanggan yang datang. Mungkin karena gratis, sebab restoran itu baru saja diresmikan beberapa menit sebelumnya.

Dua pegawai yang lain, Amran (23) dan Dina (26), turut sibuk. Tetapi tidak sesibuk rekan-rekannya. Mereka masih menerima arahan dari pegawai yang lain, Endi (23).

Endi punya tugas dobel. Selain melayani pelanggan, dia juga harus mendampingi Amran dan Dina. Tugas Endi memberi arahan khusus. Menggunakan bahasa isyarat. Ternyata, Amran dan Dina tuna rungu. Sehingga butuh pendamping khusus.

Amran diberi tugas memasak Burger. Sementara Dina diberi tugas sebagai kasir. Mereka berdua bekerja di Burger King. Outlet keenam di Makassar. Tetapi berlabel istimewa pertama di Indonesia timur. Tepatnya yang kedua di Indonesia. Yang pertama ada di Bali.

Kalau dilihat sekilas, semua pegawai sama. Terlihat normal. Tepai tidak. Dari 35 pegawai yang bekerja di sana, ada 27 orang yang tuna rungu, termasuk Amran dan Dina.

Meski tuna rungu, mereka tetap riang. Hal itu tergambar jelas di raut wajah mereka. Mungkin mereka merasa punya rumah baru. Keluarga baru juga tentunya.

BACA: Lies F Nurdin Kembali Bagikan 5.000 Masker Ke Masyarakat

Sebagian orang bilang, itu eksploitasi kaum difabel. Tetapi menurut Joe Seran, direktur Burger King se-kota Makassar, itu bukan eksploitasi. Tepatnya memberi kesempatan.

“Kami memberi kesempatan yang sama untuk saudara-saudara kita ini. Kita tidak membeda-bedakan. Mereka susah cari kerja. Ya anggap saja ini lapangan kerja baru untuk mereka,” ujar Joe, kepada Sulselekspres.com.

Sebelum bergelut dengan Burger, Amran bekerja sebagai tukang cuci motor di jalan Cendrawasih. Sejak 2017 lalu. Sementara Dina, ia mencoba peruntungan lewat praktik salon di jalan Manuruki, sejak tahun 2016.

Keduanya kurang beruntung. Penghasilannya pas-pasan. Mereka akhirnya memutuskan merubah nasib sebagai pegiat Burger. Sepertinya gajinya menjanjikan, meskipun mereka menolak menyebut nominalnya. Tetapi kalau merujuk nama King, pasti gajinya besar.

Lagi pula, mereka mengaku senang. Menggeluti Burger tidak sesulit membersihkan baut motor yang terselip di sela-sela lumpur, ataupun merubah gaya rambut yang cikalnya memang sudah rumit.

Mereka berdua menjelaskan menggunakan bahasa isyarat. Saya sulit paham. Tetapi Endi membantu saya, sehingga percakapan jauh lebih mudah. Kata Endi, mereka senang karena Burger King bisa menerima kekurangan mereka. Sehingga mereka berjanji akan bekerja dengan giat.

“Mereka senang. Kekurangan mereka bisa diterima. Mereka juga tidak kesulitan. Interaksi kepada sesama pegawai dan atasan juga tidak sulit,” ujar Endi menjelaskan bahasa isyarat Amran dan Dina.

Kabarnya, karyawan difabel Burger King tersebut merupakan rekomendasi Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) kota Makassar. Hanya saja, pihak restoran yang melakukan seleksi penerimaan.

“Mereka ini rekomendasi Disnaker. Tapi kita yang seleksi,” jelas Joe.

Itu mungkin saja benar. Sebab yang meresmikan restoran itu adalah pemerintah kota Makassar. Tepatnya Sekretaris Daerah (Sekda), M Ansar.

Bahkan Ansar memberi apresiasi. Katanya, itu langkah yang bagus. Membuka kesempatan yang sama untuk kaum marginal. Perlu ditingkatkan.

spot_img

Headline

Populer

spot_img