27 C
Makassar
Monday, February 10, 2025
HomeDaerahTim BPCB Sulsel Lakukan Kajian Cagar Budaya Di Cenrana

Tim BPCB Sulsel Lakukan Kajian Cagar Budaya Di Cenrana

- Advertisement -

BONE,SULSELEKSPRES.COM – Tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan (BPCB Sulsel), sebanyak 17 orang yang diikuti oleh arkeolog, tenaga teknis, dan akademisi Universitas Hasanuddin melakukan survei dan pemetaan potensi cagar budaya di Kecamatan Cenrana. Kamis, (12/09/2019).

Informasi dihimpun sulselekspres.com
survei dan pemetaan ini merupakan tahapan dari kajian pelestarian cagar budaya, untuk mengidentifikasi potensi cagar budaya yang ada di Kecamatan Cenrana selama delapan hari, terhitung mulai tanggal 11-18 September.

Pada hari pertama survei, tim melakukan observasi di wilayah Nagauleng dan menemukan tiga lokasi makam kuno yang bersejarah.

Adapun akademisi yang terlibat dalam kajian ini yakni Dr. Muhlis Hadrawi merupakan ahli Filologi dari Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, dan Yadi Mulyadi, M.A dari Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin yang juga merupakan salah seorang Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi Sulawesi Selatan.

Iswadi, selaku Koordinator Lapangan tim kajian, mengungkapkan bahwa kegiatan ini dilakukan dengan memfokuskan pada identifikasi dan pemetaan situs-situs arkeologi dan sejarah yang berpotensi sebagai cagar budaya.

“Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi data penting khususnya bagi Pemerintah Kabupaten Bone dalam merumuskan kebijakan pelestarian dan pengelolaan cagar budaya di Kecamatan Cenrana. Sehingga masyarakat dapat merasakan kebermanfaatan dari cagar budaya yang terdapat di Kecamatan Cenrana,”ungkapnya kepada sulselekspres.com. Kamis, (12/09).

Sementara, salah seorang Arkeolog dari BPCB Sulsel Chalid menyampaikan salah satu hal yang menarik adalah adanya temuan makam kuno dengan nisan tipe Aceh. Keberadaan nisan Tipe Aceh ini, menambah nilai penting dari kawasan Benteng Cenrana, sebagai salahsatu wilayah penting pada masa Raja La Patau Matanna Tikka, memerintah Kerajaan Bone pada periode 1696-1714.

“Keberadaan nisan tipe Aceh ini menjadi sumber ilmu pengetahuan yang perlu dikaji lebih mendalam guna mengungkap kesejarahan Cenrana pada masa lalu. Nisan tipe Aceh sendiri memiliki kekhasan dan keunikan secara tipologi. Nisan tipe Aceh berkembang mulai abad 16 – 19 Masehi. Dinamakan nisan tipe Aceh atau Batu Aceh, berdasarkan hasil kajian Othman bin Yatim yang menemukan banyak nisan tipe ini di wilayah Aceh,” ucap Chalid.

Diketahui, Kecamatan Cenrana, merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Bone yang berdasarkan penelitian arkeologi maupun kajian naskah Lontara memiliki potensi cagar budaya berupa situs-situs arkeologi yang terkait dengan jejak sejarah Cenrana.

Jejak kesejarahan tersebut erat kaitannya dengan Kerajaan Bone. salah satu situs yang telah dilindungi sebagai cagar budaya yaitu Kompleks Makam La Patau Matanna Tikka. Di kompleks makam ini terdapat makam La Patau Matanna Tikka yang merupakan Raja Bone yang memerintah pada 1696-1714. Selain itu di kompleks makam ini, terdapat juga makam para istri La Patau dan tokoh lainnya.

Selain kompleks makam ini, juga terdapat tinggalan lain yaitu berupa makam-makam kuno, sisa struktur benteng, sumur bersejarah, dan jejak pemukiman tua berupa sebaran fragem keramik dan bekas tiang rumah. (*)

Laporan: Yusnadi

spot_img
spot_img

Headline

spot_img