Masyarakat dan pemerintah hanya fokus pada hal-hal euforia. Padahal, dengan semakin dewasanya negara ini, maka seharusnya pemerintah harus lebih memperhatikan hal yang di butuhkan oleh masyarakat demi terwujudnya “Mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Salah satu diantaranya, sarana dan prasarana pendidikan serta yang menunjang terjadinya proses belajar mengajar di negeri ini.

Seperti Sumarni, salah seorang pelajar yang berjuang demi impiannya, walau harus menantang arus sungai dengan mendayung perahu kecilnya.
Kisah Sumarni, bukanlah pejuang yang dicatat namanya dalam buku sejarah, namun dia merupakan potret kehidupan yang lahir dari Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, dia terus berusaha untuk menggapai impiannya.
Sumarni adalah anak ke-7 dari 8 bersaudara. Seperti pelajar lainnya, Sumarni pun memiliki cita-cita ingin mencerdaskan bangsa. Setiap hari ke sekolah, dari rumahnya, Sumarni menuju sekolah atau sebaliknya, dia harus mendayung perahu selama sekitar 2 jam perjalan (pergi pulang).
Kala pelajar lain mengayuh sepeda, boncengan menggunakan sepeda motor, pakai ojek online, atau bahkan pakai mobil ke sekolah, tapi tidak dengan Sumarni, seorang gadis mungil yang kini duduk pada kelas VIII (kelas II) SMP Negeri 28, Salenrang, Maros.
Hal ini membuat hati Zakir Sabara merasa disayat sembilu menyaksikan keteguhan Sumarni untuk mengejar cita-cita. Dekan Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Muslim Indonesia (UMI) ini pun berkata jika Bangsa ini belum sepenuhnya merdeka.