Zakir Sabara: Kemerdekaan Bukan Cuma Milik Kota, Dipinggiran Juga Indonesia

Pemilik nama lengkap Ir. H. Zakir Sabara H Wata ini pun mengisahkan perahu Sumarni yang tidak sampai di samping sekolah seperti kendaraan yang digunakan pelajar pada umumnya, namun hanya sampai di Dermaga Rammang-Rammang, disanalah perahu Sumarni disandarkan.

Dari dermaga, perjuangannya belum usai sebab dia harus melanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 2 Km untuk sampai ke Sekolah, dan begitupun saat Sumarni kembali ke dermaga.

Potret Sumarni saat pulang sekolah.

“Jadi, jika ditotal perjuangannya saban hari sekolah, Sumarni harus 2 jam mendayung perahu plus 4 jam jalan kaki,” kata dosen teknik kimia UMI Makassar tersebut.

Bukan sebuah perkara mudah, sebab harus menguras energi. Belum lagi di sekolah, dia harus menguras otaknya demi menggapai cita-citanya sebagai guru pendidikan agama Islam.

Rasa penasaran bercampur ibah Zakir Sabara terhadap gadis mungil itu, membawanya bertemu orang tua Sumarni, dari cerita orang tua Sumarni, Zakir pun menemukan betapa teguhnya seorang gadis kecil yang mendambakan menjadi seorang guru itu, ternyata sejak kelas III sekolah dasar (SD), Sumarni telah mendayung perahu.

“Alhamdulillah, saya punya kesempatan mampir di rumah orangtua Sumarni untuk mencari tahu sedikit hingga banyak hal tentang dia, dari situ terungkap jika ternyata Sumarni mendayung perahu sejak kelas 3 SD, ” ungkapnya.

“Semoga Allah memberi rezeki agar bisa membantu dia dalam mewujudkan cita-citanya,”harap Zakir Zabara.

Kata Pria kelahiran Ujung Lamuru, Bone Barat, 24 Mei 1975 ini, bahwa inilah yang seharusnya menjadi perhatian utama dari para petinggi negara dalam melanjutkan cita-cita bangsa ini “Mencerdaskan kehidupan bangsa”, sebab Indonesia bukan di perkotaan saja.

“Hiruk pikuk kemerdekaan jangan cuma di pusat kota, mereka juga berhak berbahagia di hari kemerdekaan… Disini Juga ?? INDONESIA,” tutup Zakir.