Abraham Samad: Pendidikan Pesantren Lahirkan Generasi Anti Korupsi

Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad, membawakan ceramah di Pondok Pesantrean Darul Arqam, Muhammadiyah Sulsel, Gombara-Makassar, Senin (2/10)/ IST

MAKASSAR – Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad, mengatakan bahwa peran pondok pesantren sangat penting dalam membentuk karakter generasi anti korupsi.

Hal itu diungkapkan Abraham, saat membawakan ceramah di Pondok Pesantrean Darul Arqam, Muhammadiyah Sulsel, Gombara-Makassar, Senin (2/10).

Lanjut dia, pendidikan karakter dan akhlak yang ditanamkan di pondok pesantren sangat penting dalam membentuk generasi anti korupsi. Karena menggabungkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Tidak hanya mementingkan kecerdasan intelektual, tapi abai dengan kecerdasan spiritual sebagaimana praktek pendidikan formal selama ini.

Akibatnya, generasi yang dilahirkan, adalah generasi yang cerdas secara intelektual, tapi lemah secara spiritual, akhlaknya rapuh. Terbukti, selama di KPK, kata dia, ada beberapa kasus korupsi yang melibatkan kaum muda dibawah usia 40 tahun.

“Koruptor berdasi itu rata-rata kuliahnya tinggi, sarjana, magister, doktor, bahkan ada yg profesor. Jumlahnya ratusan sampai ribuan yang kena kasus korupsi. Mengapa mereka korupsi? Karena akhlaknya rapuh. Mendapat gelar tinggi di perguruan tinggi tidak menjamin anda tidak korupsi. Akhlak yang baik yang bisa menjamin itu,” ujar Abraham.

Menurut mantan Direktur Anti Corruption Committee (ACC) Sulawesi itu, hal tersebut terjadi, karena mereka kurang dibekali kecerdasan spiritual di pendidikan formalnya. Kurikulum pendidikan formal cenderung lebih mementingkan kecerdasan intelektual.

“Harus ada revolusi pendidikan yang menekankan pada kecerdasan akhlak, supaya anak- anak kita tidak hnya cerdas menghitung dan membaca, tapi cedas secara spiritual, akhlaknya baik, hormat pada guru dan orang tua. Percuma punya nilai baik matematika atau fisika, tapi akhlak-karakternya rapuh” ujar Abraham.

Lanjut dia, pendidikan formal cenderung mengajari anak didik untuk pintar, agar cepat dapat kerja dan menjadi kaya. Mereka kurang diajari bagaimana menjadi pribadi berintegritas. Akibatnya, ketika mereka masuk ke dunia kerja, mereka rentan tergoda praktek suap. Baik sebagai pemberi maupun penerima, karena bekal akhlaknya kurang.

“Saya memimpikan, suatu hari, ada anak-anak kita di Pondok Pesantren Gombara ini, yang akan menjadi generasi pelanjut bagi pemberantasan korupsi di Indonesia, terlepas apapun profesinya,” tandas Abraham.