MAKASSAR – Calon wali kota petahana, Ramdhan ‘Danny’ Pomanto harus ekstra hati-hati dalam menentukan figur calon wakil barunya di Pilwali Kota Makassar, 2018 mendatang.
Pasalnya, kesalahan dalam memilih figur pendamping bisa memberikan dampak terhadap peluang keterpilihan untuk periode keduanya.
Danny disarankan untuk bisa menjaga independensinya dalam memilih wakil. Tak boleh terpengaruh dengan tekanan apapun, baik itu politis maupun pengaruh patron.
“Dalam menentukan wakil DP harus menghindarkan kesan mengambil figur yang resisten sebagai titipan seseorang. Ini agar posisi netralnya selama ini tak rusak,” kata Direktur Nurani Strategic, Nurmal Idrus, (30/9).
Baca Juga :
Bagaimana Kriteria Pendamping Yang Dipilih Danny Pomanto?
Begitu menariknya performa DP membuat nyaris semua pimpinan parpol pemilik suara di parlemen Makassar menginginkan berpasangan dengannya. Selain itu, sejumlah kalangan profesional dan bahkan anak buahnya sendiri di Pemkot Makassar tak ketinggalan untuk ikut menggodanya.
Kondisi itu memang bisa dimaklumi. Dalam penelitian terakhir Nurani Strategic pada bulan Juni 2017 lalu, menggambarkan betapa elektabilitas DP sangat tinggi yaitu melewati angka 60 persen dengan popularitas yang menembus 90 persen. Oleh pemilih Makassar mantan dosen arsitektur Unhas ini dipersepsikan sebagai pemimpin inovatif dan sukses membawa perubahan di Makassar. Kesuksesannya dalam menata Makassar lebih resik dan rapi menjadi peniliaian tertinggi.
“Kondisi itu membuat agak sulit menemukan lawan yang sepadan bagi DP untuk memperebutkan posisi walikota Makassar di 2018. Figur-figur yang muncul relatif masih berkutat pada menaikkan keterkenalan disaat DP sudah melaju dengan menggenjot keterpilihan lewat program-programnya yang diterima dengan baik oleh pemilih,” katanya.
Situasi itu mengkonfirmasi bahwa DP sebenarnya tak butuh figur pendamping yang punya keterkenalan dan keterpilihan bagus. Pada simulasi survey berpasangan pada Juni 2017 itu, terlihat trend elektabilitas DP cenderung tergerus turun ketika dipasangkan dengan figur-figur yang selama ini terkenal dan banyak menyodorkan diri.
“Publik cenderung menginginkan DP mengambil pasangan yang lebih banyak diam, tak kontroversial dan tak terkesan ingin membangun visi sendiri yang berbeda dengan rencana-rencana DP. Pasangan paling baik bagi DP adalah seorang figur yang tak neko-neko dan tak punya banyak orientasi politik ke depan,” ujar Nurmal.
Calon wakil harus dipastikan punya kemampuan untuk mengikuti ritme cepat DP dan ikut mendorong semua program-program lanjutannya.