Namun entahlah kini, apakah populasinya masih sebanyak dulu? harganya yang lumayan mahal per ekor menggiurkan pemburu-pemburu liar yang semakin merajalela karena tidak adanya undang-undang yang melindunginya.
Puncak pegunungan Kindang akan memberi anda hamparan danau kahayang, wisata trekking yang sangat menggoda. Sangat jarang pejabat terkait ke sana. Padahal kalau wisata ini dikemas, tidak akan kalah dengan wisata trekking yang banyak dikembangkan Pemda Jawa Barat.
Aneka makanan tradisionil kerap tersaji di sepanjang jalan, itupun kalau masyarakat tahu bahwa akan ada rombongan wisatawan yang akan berkunjung. Ketiadaan papan nama dan papan penunjuk akan siap untuk menyesatkan anda disana.
Menuju ke arah Bulukumba Timur, inilah gudang wisata bahari dan budaya Bulukumba. Ada pantai Bira yang tidak tertandingi keindahannya oleh Pantai Kuta. Demikian pula bangunan-bangunan darurat para pedagang, tidak ada yang menandingi (tidak terurusnya), pantai mandala ria yang menawarkan keteduhan sambil menikmati pantai, padahal jarang-jarang pemandangan pantai yang teduh, yang ada adalah panas dan panas.
Ada makam Pua’ Janggo’ di puncak bukit, anda akan menyaksikan pemandangan pantai bira dan pelabuhan fery ke selayar yang spektakuler. Bergeser agak jauh, ada makam Datu Tiro dan sumur panjang yang legendaris, serta kawasan perkampungan adat Ammatoa. Sungguh negeri yang permai, negeri yang memiliki kekayaan budaya, negeri yang memiliki ciri khas dan karakter wisata yang kuat.
So, pertanyaannya, hanya sampai mengagumikah pemenuhan kehausan dan kelaparan kita akan wisata Bulukumba? Tentunya tidak sampai ke situ. Negeri indah ini harus diurus dengan indah.