MEMBUMIKAN semangat Pancasila dan jiwa nasionalisme bisa dilakukan dengan berbagai upaya. Salahsatunya dengan mencintai dan menggunakan produk dalam negeri sendiri.
Begitulah yang dilakukan Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo. Kepala daerah dengan latar belakang sebagai sebagai seorang Dokter kandungan.
Dalam memimpin, Hasto sangat menekankan pentingnya pelestarian kearifan lokal. Industri lokal berkembang pesat lewat tangan dingin Hasto yang mengajak masyarakatnya membeli produk lokal lewat program ‘bela-beli Kulon Progo’
Pria kelahiran 30 Juli 1964 ini memang terkenal lewat terobosan inovasinya. Dimulai dengan pelestarian batik lewat kebijakan yang mewajibkan pelajar dan PNS mengenakan seragam batik gebleg renteng, batik khas Kulonprogo. Dengan jumlah 80.000 pelajar dan 8.000 PNS, kebijakan ini mampu mendongkrak industri batik lokal. Sentra kerajinan batik tumbuh pesat lewat kebijakan ini.
Tak berhenti disitu, diawal-awal kepemimpinannya, Hasto sempat diresahkan dengan komsumsi air mineral kemasan masyarakat yang bersumber dari produk luar. Untuk itu, Hasto bertekad memproduksi air mineral kemasan sendiri lewat PDAM.
“PDAM itu singkatan dari Perusahaan Daerah Air Minum. Namun yang ada, air dari PDAM bukan di minum, tapi hanya dipakai mandi,” kata Hasto dalam pemaparannya di Jakarta, belum lama ini.
Setelah 1,5 tahun, Kulon Progo berhasil memproduksi air mineral kemasan sendiri dengan nama ‘AirKu’. Air kemasan dengan produk lokal. AirKu kini menguasai sekitar seperempat ceruk pasar air kemasan di Kulon Progo.
Berbagai kebijakan lewat program Bela dan Beli ini disebut ikut berkontribusi besar membantu menurunkan angka kemiskinan.
Untuk generasi muda, Hasto juga gencar mengkampanyekan agar makan di warung-warung kecil milik masyarakat.
“Seorang mahasiswa pernah protes, katanya makan diwarung itu tidak sehat, bisa bikin mencret. Saya sampaikan kalau itu bagian dari jiwa patriot, dulu pahlawan itu memberikan nyawanya untuk Indonesia, masa sekarang mencret saja takut,” kelakarnya.
Lelaki penerima penghargaan sebagai Dokter Teladan dari Presiden RI tahun 1992 ini juga mengandalkan kegotong-royongan. “Setiap hari Minggu kita lakukan bedah rumah warga miskin. Itu dengan gotong-royong warga setempat,” tutupnya.