SULSELEKSPRES.COM – Fahri Hamzah menjadi sasaran kritik usai Partai Gelora menyatakan sikap dukungan terhadap putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming maju di Pilkada.
Beberapa tokoh oposisi dari Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) mengeroyok Fahri dengan kritik. Terlebih setelah Fahri memberikan pernyataan yang dianggap menyinggung orang yang mengkritik pencalonan Gibran.
Deklarator KAMI, Muhammad Said Didu, memberikan tanggapan dari pembelaan Fahri atas pencalonan Gibran. Dia menyebut kalau keluarga penguasa yang maju di Pilkada akan memanfaatkan pengaruh kekuasaan untuk meraih kemenangan.
Baca:Â Rocky Gerung: Mahfud Md Profesor Beneran, Tapi
“Mention orang bodoh. Dinasti adalah kekuasaan berdasarkan keturunan. Kekuasaan dpt diperoleh lewan penunjukan atau pemilihan. Mhn jangan campur adukkan antara pengertian dg proses. Pemilihan keturunan atau keluarga penguasa dapat dipastikan akan memanfaatkan pengaruh kekuasaan,” kata Said Didu, (19/9/2020).
Sekretaris Badan Pekerja KAMI, Syahganda Nainggolan juga ikut memberikan tanggapan kritis. Dia menganggap kalau Fahri Hamzah ikut mendukung dinasti politik dan menikmati rezim pembenci ulama.
Menurutnya, orang goblok jika masih mempercayai Fahri Hamzah sebagai pembawa arah baru.
Baca:Â Rocky Gerung: DPR Tanpa Fahri Hamzah Kayak Malam Tanpa Bintang
“Sebenarnya sah sah saja dukung rezim Jokowi membangun dinasti politik. Artinya ikut nikmat dukung rezim pembenci ulama, dan pro oligarki. Yang goblok sih tentu yang percaya Fahri Hamzah sebagai pembawa arah baru,” kata Syahganda melalui cuitan Twitternya.
Syahganda memprotes Fahri atas sebutan bodoh yang dia sematkan terhadap orang yang beroposisi terhadap Presiden Jokowi.
Seperti diberitakan, Fahri menolak jika pencalonan Gibran di Pilkada sebagai dinasti politik. Dia justru menganggap kalau pengkritik Gibran tidak mengerti terminologi dinasti politik dan hanya menjadi percakapan bodoh dipinggir jalan.
“Akhirnya jadi percakapan di pinggir jalan, percakapan orang yang tidak berkualitas. Jadi orang bodoh itu, tidak hanya di Istana, tapi juga di pinggir jalan karena tidak berkualitas,” pungkas Fahri.