Jejak SYL: Pimpin Golkar Dibantu Nurdin Halid, Pindah Partai Karena Nurdin

Nurdin Halid bersama SYL dalam salah satu kesempatan/Int

MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Rivalitas politik antara Syahrul Yasin Limpo (SYL) dan Nurdin Halid di internal Partai Golkar bukan lagi sebuah rahasia.

Silang pendapat dan keinginan antara keduanya sering tak bisa terhindarkan dalam tiap momentum politik. Kendatipun SYL sebelum berpindah partai menjabat sebagai Ketua DPD I dan Nurdin Halid sebagai Ketua Harian DPP Golkar.

Meskipun begitu, campur tangan sosok seorang Nurdin Halid dalam proses karir politik SYL di Golkar tak bisa diabaikan. Nurdin Halid disebut sebagai figur yang ikut berjasa besar bagaimana SYL bisa bergabung kemudian memimpin Golkar Sulsel setelah berakhirnya jabatan Amin Syam.

Baca Juga:

Nurdin Halid ‘Habisi’ Kekuatan Klan Yasin Limpo di Golkar Sulsel

Sinyal SYL Pindah Partai Sudah Terlihat Sejak Nurdin Halid Pimpin Golkar

SYL Gabung Nasdem, Kadir Halid: Harusnya Pamit Dulu

Nurdin Halid, SYL, dan Ilham Arief Sirajuddin

Salam komando SYL bersama IAS saat masih menjadi kader Golkar/Int

SYL terpilih secara aklamasi dalam Musda Golkar Sulsel 2009 silam. Meskipun begitu, proses keterpilihan secara aklamasi ini tidaklah berjalan mulus.

Persaingan hingga perdebatan sengit terjadi dalam forum Musda yang digelar secara tertutup di Hotel Imperial Aryaduta Makassar ini. SYL saat itu bersaing dengan bekas Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin (IAS).

Baca: Beredar Surat Terbuka IAS, Sebut IYL Penghancur Demokrat

Saat itu kubu IAS masih menguasai internal pemilik suara Musda, sehingga dirinya ngotot penentuan ketua dilakukan secara voting. Dikubu Syahrul justru sebaliknya, menghindari voting dan menginginkan melalui musyawarah mufakat seperti yang diminta Ketua Umum DPP Golkar Aburizal Bakrie saat itu.

Forum Musda Golkar saat itu dikendalikan penuh oleh Nurdin Halid sebagai pimpinan rapat. Nurdin Halid kemudian menskorsing forum selama 30 menit untuk dilakukan musyawarah.

Hasilnya, SYL keluar ruangan dengan wajah ceria karena dinyatakan pemenang. Sebaliknya, IAS keluar ruangan menyapa pendukungnya dengan guratan wajah kesedihan.

IAS kemudian mundur dari Golkar. Dia bergabung sekaligus memimpin Demokrat Sulsel.

Nurdin Halid Lengserkan SYL

Selasa 30 Agustus 2016. Nurdin Halid bertandang di Rumah Jabatan Gubernur Jalan Sungai Saddang, menemui SYL.

Kedatangan Nurdin untuk menyampaikan kalau SYL bukan lagi ketua DPD I, sekaligus dirinya sebagai pengganti.

Dalam pertemuan itu, Nurdin menyampaikan ke Syahrul jika dirinya akan mengambilalih Golkar Sulsel menjelang musyawarah daerah (Musda) DPD II Golkar Sulsel yang digelar dalam waktu dekat. Nurdin menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Ketua menggantikan Syahrul Yasin Limpo.

Baca: IYL Terus Gerogoti Kekuatan Nurdin Halid di Golkar

“Saya bilang bagus. Silahkan saja. Saya happy-happy saja. Memang ada apa?” cetus SYL saat dikonfirmasi.

Pergantian SYL sekaligus menjadi awal mula orang nomor satu di Sulsel terpinggirkan di partai ini. Tak hanya SYL, sejumlah oramg dekatnya juga secara perlahan ‘diparkir’ dalam lepengurusan DPD I.

Mundur dan Bergabung ke Nasdem

SYL seolah sudah tak betah menjadi kader Golkar tanpa diberikan peran berarti pasca dirinya diganti oleh Nurdin Halid. Terlebih karena beberapa orang dekatnya di Golkar Sulsel disingkirkan satu persatu.

SYL resmi hengkang dari Partai Golkar untuk bergabung dengan Partai Nasdem. Kepastian ini bertepatan dengan konsolidasi Partai Nasdem se Sulut di Manado, Rabu (21/3/2018) yang dihadiri langsung oleh Surya Paloh dan Ketua DPW Nasdem Sulsel.

Baca: Video: SYL Menangis Usai Dikukuhkan Jadi Kader Nasdem

SYL yang juga gubernur Sulsel dua periode tersebut membeberkan alasan dibalik keputusan besarnya tersebut.

“Ya saya katakan ke Bang Surya (Surya Paloh), saya ini masuk di Partai Nasdem karena ingin bermanfaat di partai ini. Kalau nanti saya tidak bermanfaat, keluarkan saya saja,” tegasnya di depan SP dan sejumlah petinggi Nasdem.

Bagi mantan Bupati gowa dua periode tersebut, Nasdem adalah partai yang memiliki integritas tinggi.

“Sistem demokrasi kita membutuhkan partai partai baik. Politik tanpa mahar itu, itu cara cara tepat memperbaiki negeri ini,” beber Syahrul.

Penulis: Abdul Latif