SULSELEKSPRES.COM – Peneliti Perhimpunan Demokrasi Indonesia, Rocky Gerung kembali menyentil poster ‘Raja Jokowi’ yang sempat ramai beberapa waktu lalu.
Sentilan Rocky ini bermula saat dirinya menguraikan makna kata ‘dungu’ yang sering dia sampaikan dipublik. Hal ini diurai Pendiri lembaga swadaya masyarakat Institut SETARA ini melalui akun media sosial twitternya (28/11/2018).
“Mengapa kalian terus memusuhi kata “dungu”? Apakah dia mengancam kalian?”
BACA:Â Dahnil Anzar Semangati Rocky Gerung Soal Panggilan Polisi
“Sekali lagi, dungu itu bukan tentang “orang”. Dungu adalah soal “cara” berpikir,” tulis Rocky Gerung.
Dia menambahkan, planga-plongo bukan esensi dari dungu tapi ekspresi dari cara berfikir. Sehingga jika dibilangi dungu itu bukan evaluasi etis, melainkan pembuktian logis.
Rocky kemudian memberikan beberapa contoh kasus seperti menuntut pujian terhadap hal yang memang menjadi tugas dia, memakai index gini (ratio) untuk mengklaim keadilan sosial.
BACA:Â Dipanggil Polisi, Rocky Gerung: Panggilan Buat Ambil Sepeda
“Misalnya: Naik angkot pake mahkota raja. Walaupun itu pilihan etis, tapi secara estetis itu dungu. #dungu,” tulisnya.
8. Misalnya: Naik angkot pake mahkota raja. Walaupun itu pilihan etis, tapi secara estetis itu dungu.#dungu
— Rocky G (@rockygerung) November 28, 2018
Sindiran Rocky soal poster ‘Raja Jokowi’ sejatinya telah dia sampaikan dalam beberapa kali kesempatan.
Hal serupa pernah dia sampaikan dalam diskusi diacara CNN Indonesia bersama dengan Budiman Sudjatmiko belum lama ini.
BACA:Â Giliran Rocky Gerung Dipanggil Polisi Soal Hoax Ratna Sarumpaet
Rocky Gerung menganggap, metode kampanye ala raja ini digunakan untuk menggaet pemilih kalangan ningrat.
“Karena semua segmen mau diambil. Milenial diambil lewat Game Of Thrones, dan kaum feodal diambil lewat mahkota,” kata Rocky dihadapan Budiman saat itu.
BACA: Sindir Poster ‘Raja Jokowi’, Rocky Gerung: Raja Ngibul Naik Angkot
Menanggapi hal itu, Budiman menuding Rocky terlalu menyederhanakan sesuatu.
“Ada foto raja Hendrik VIII yang sangat di hormati di bis kota tingkat, biasa-biasa saja,” balas Budiman.