MAKASSAR, SULSELESKPRES.COM – Pengamat Sosial Universitas Megarezky (Unimerz) Makassar, Syamsunie Carsel mengungkap bahwa batalnya sebagian besar para pejabat pemerintahan di Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam vaksinasi perdana akan memberikan dampak lebih pada menurunnya tingkat kepercayan masyarakat terhadap vaksin.
“Ini bisa saja memunculkan efek sosial yang sangat tinggi terhadap masyarakat, yang lebih meningkatkan lagi tingkat ketidakprcayaan terhadap vaksin itu,” kata Syamsunie Carsel, kepada Sulseleskpres.com, Jumat (15/1/2021)
Carsel menyayangkan batalnya sebagian besar pejabat tersebut untuk vaksin, karena sebelumnya kepercayaan masyarakat memang sudah rendah. Sehingga salah satu langkah yang dilakukan pemerintah untuk meyakinkan masyarakat adalah dengan siap disuntik vaksin lebih awal.
“Kepercayaan masyarakat terhadap vaksin itu sangat rendah. Sehingga dengan demikian, salah satu metode yang harus kita tingkatkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksin itu adalah pemerintah yang harus pro aktif dan lebih awal untuk divaksin,” jelasnya.
Menurutnya, pemerintah harus transparansi terkait penyebab mereka batal divaksin demi menjaga kepercayaan masyarakat. Karena jika masyarakat tidak paham kondisi yang terjadi, maka kepercayaan terhadap vaksin akan terus menurun.
“Syarat-syarat apa saja. Dan berikan keyakinan kepada masyarakat bahwa inilah persyaratannya atas kriteria ini yang harus pejabat penuhi untuk divaksin. Jangan sampai ada hal satu ketakutan saja terhadap vaksin itu, sehingga mereka membuat akal-akalan seperti itu kan,” tutur Carsel.
Carsel menyebutkan bahwa tingkat keraguan masyarakat terhadap vaksin untuk saat ini khususnya di Sulsel bisa mencapai 70 persen. Meskipun menurutnya itu hanyalah sebuah perkiraan.
“Kalau bicara ilmiahnya ini kan tidak ada yang bisa memberikan tingkat kepastian, tingkat kepercayaan terhadap vaksin itu. Tetapi kalau dilihat dari sosmed, realitas yang ada di masyarakat sangat tinggi. Mungkin kalau saya berasumsi, mungkin sekitar 60-70 persen,” ujarnya.
“Ketidakpercayaan terhadap vaksin itu ada sekitar 60an. Sekitar itulah, dan kita bisa lihat juga kalau di Sulawesi Selatan sangat tinggi mungkin,” lanjutnya.
Sementara itu, Carsel membeberkan ada tiga faktor penyebab timbulnya keraguan masyarakat terhadap vaksin. Yang pertama adanya beberapa hoaks, kedua adalah faktor politik dan ketiga adalah tidak adanya transparansi.
“Anggaplah kelompok A selalu mencari kejelekan pemerintah termasuk vaksin ini bagaimana pemerintah dianggap gagal untuk memberikan vaksin perdananya,” ungkap Carsel.
“Sementara kelompok B selalu melihat sisi positif pemerintah. Mungkin karena pemerintah ini manusia biasa juga. Sehingga apapun yang pemerintah lakukan atau bagaimana itu tetap dilihat positif oleh pendukungnya. Jadi itu faktor kedua yang mengakibatkan masyarakat tidak percaya terhadap vaksin,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Carsel mejelaskan tidak ada transparansi terhadap vaksin sinovac dalam artian transparansi pada tingkat kredibilitas terhadap vaksin itu maupun tingkat keefektivitasan tidak dipublish sedemikian rupa.
“Saya titip ke pemerintah, bahwa pemerintah yang batal divaksin berikanlah transparansi dan berikanlah sebuah keyakinan terhadap vaksin. Supaya masyarakat yakin kalau memang mereka tidak divaksin karena faktor tidak memenuhi kriteria,” pungkasnya.