MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Sungai Je’neberang sepanjang 75-80 km, yang terletak di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Terancam krisis air. Untuk itu, pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel mewacanakan langkah konservasi.
Hal ini diungkapkan Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah saat ditemui di Universitas Hasanuddin, Senin (10/9/2018).
“Je’neberang itu harga mati di konservasi. Apa artinya membuat dam (bendungan–terj) tapi airnya tidak ada, kita mau hujan atau tidak hujan airnya tetap ada,” ujar Nurdin.
Menurutnya, gaya konservasi yang telah dilakukan selama ini tidak efisien. Sebab lahan yang berada di tepi sungai dimanfaatkan dengan menggarap tanaman tahunan.
Untuk itu, nantinya di tepi sungai akan dilakukan reboisasi dengan menanam tanaman yang dianggap Nurdin produktif, melalui pengembangan vegetasi (tanaman) yang menghasil nilai tambah bagi petani.
“Tapi (nanti) model konservasi kita tidak lagi hanya mengembangkan tanaman tahunan, harus tanaman produktif misalnya kopi coklat. Itukan ada hasilnya, pasti dia pelihara,” sebutnya.
Kendati demikian, lanjut Nurdin, lahan itu nantinya mesti harus jelas dari segi status lahan, sehingga tidak menimbulkan konflik yang tidak diinginkan.
“Jangan mereka nanam, terus siapa yang dapat hasilnya nanti. Beda dengan jepang. Jepang hampir rata-rata hutan rakyat. Pemerintah kasih dia duit, suruh nanam. Terus jaminan, anak-cucunya yang manen nanti, mendapatkan hasil, itu yang penting,” ringkasnya.
Untuk diketahui, Sungai Jeneberang memiliki panjang antara 75-80 Km mengalir dari timur ke barat dari Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang menuju ke Selat Makassar.
Daerah Aliran Sungai Jeneberang melintasi 8 kabupaten dan 1 kota yang tersebar di Provinsi Sulawesi Selatan. Sementara Hulu Sungai Jeneberang memiliki tingkat sedimentasi tinggi pascalongsornya kaldera Gunung Bawakaraeng di Tahun 2004 silam.
Penulis: Agus Mawan