MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Masyarakat diminta tetap tenang, meski kenaikan harga barang konsumsi diprediksi dapat melonjak.
Menurut catatan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang tertera pada situs Bank Indonesia, hingga Kamis (6/9/2018), US$1 kini setara Rp14.927.
Sejumlah bank bahkan telah menjual dolar AS seharga Rp15.000. Angka itu mencerminkan pelemahan rupiah yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir.
BACA:Â Kenaikan Kurs Dollar, Harus Jadi Momen Peluang Daerah
Direktur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyebut lembaganya terus mengawasi nilai tukar rupiah.
Ia memprediksi, tidak akan terjadi goncangan ekonomi akibat depresiasi rupiah.
“Kita sudah pernah lewati level Rp9.000, Rp10.000, hingga Rp13.000. Kalaupun terjadi depresiasi, tidak akan mendadak, tidak melonjak, tapi gradual sehingga tidak muncul kepanikan masyarakat,”jelasnya.
BACA:Â Capai Rekor Tertinggi, Dollar AS Melonjak Drastis Hari Ini
“Upaya yang kami lakukan, hasilnya mungkin memerlukan waktu beberapa bulan, tapi harus kami lalukan sekarang,” ujar Perry dilansir BBC Indonesia.
Menurut ekonom dari Universitas Atmajaya Jakarta, Agustinus Prasetyantoko, kondisi psikologis publik perlu dijaga agar tak khawatir rupiah bakal jatuh. Caranya, kata dia, publik dapat berinisiatif mengurangi penggunaan produk luar negeri.
Menurut Prasetyantoko, masyarakat juga perlu menghindari membeli dolar, meski segala upaya swadaya ini tidak akan langsung memperkuat rupiah.
“Dampaknya tidak akan signifikan. Ini untuk menjaga efek psikologi. Kalau dilakukan secara konsisten, tentu akan berdampak, terutama jika semakin banyak orang mengikuti gerakan ini,” ujarnya.