30 C
Makassar
Friday, March 29, 2024
HomeEkbisIni Penyebab Rupiah Tembus Rp 14.200/US$

Ini Penyebab Rupiah Tembus Rp 14.200/US$

- Advertisement -
- Advertisement -

MAKASSAR, SULSELKEPSRES.COM – Rupiah kembali menguat terhadap nilai tukar dolar Amerika Serikat pada perdagangan Senin (11/10). Sepanjang pekan lalu, Mata Uang Garuda mampu membukukan penguatan 0,59%, dan masih berlanjut pagi ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah menguar 0,14% di pembukaan perdagangan ke Rp 14.200/US$. Penguatan tersebut kemudian terpangkas, pada pukul 9:10 WIB berada di Rp 14.210/US$, atau menguat 0,07%.

Rupiah mampu melanjutkan penguatan sebab dolar AS sedang tertekan pasca rilis data tenaga kerja Jumat pekan lalu. Data tenaga kerja merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter.

BACA JUGA :  BI Sulsel akan Lepas Kas Keliling Penukaran Uang Rupiah di 18 titik

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang bulan September perekonomian Negeri Paman Sam mampu menyerap 194.000 tenaga kerja diluar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) sangat jauh di bawah hasil survei Reuters sebanyak 500.000 tenaga kerja.

Dengan rilis data tersebut, peluang kenaikan suku bunga pada tahun depan kembali dipertanyakan pelaku pasar. Sebab, ketua The Fed, Jerome Powell, sebelumnya mengatakan perlu kemajuan lebih lanjut di pasar tenaga kerja untuk menaikkan suku bunga. Meski tapering tetap akan dilakukan di tahun ini.

Powell pada akhir September lalu menyatakan perekonomian saat ini masih jauh dari target tenaga kerja maksimum.

“Sebelumnya saya mengatakan kami sudah mencapai target untuk memulai tapering. Saya perjelas lagi, dalam pandangan kami, masih jauh untuk mencapai target tenaga kerja maksimum,” kata Powell di hadapan Kongres AS, Selasa (28/9).

BACA JUGA :  Pagi Ini, Rupiah Menguat ke Rp14.085 per Dolar AS

Sementara itu analis dari TD Securities menyatakan data NFP memang jauh di bawah ekspektasi, tetapi secara garis besar tidak akan merubah proyeksi The Fed mengumumkan tapering bulan depan.

“Data tenaga kerja yang utama jauh di bawah ekspektasi, sudah pasti. Tetapi, detail menunjukkan tidak terlalu buruk, jadi itu konsisten dengan proyeksi pengumuman tapering pada bulan November,” kata Mazen Issa, ahli strategi mata uang di TD Securities New York, sebagaimana dilansir CNBC International.

Di sisi lain, data Jumat pekan lalu menunjukkan rata-rata upah per jam menunjukkan peningkatan 0,6% dari bulan sebelumnya. Sementara jika dilihat dari September 2020, terjadi peningkatan sebesar 4,6%. Dalam 6 bulan terakhir, rata-rata upah per jam menunjukkan kenaikan 6% year-on-year (YoY).

Kenaikan upah tersebut membuat inflasi diprediksi masih akan tinggi dalam waktu yang lebih panjang, yang bisa berdampak pada proyeksi kebijakan moneter The Fed.

spot_img

Headline

Populer