27 C
Makassar
Friday, July 26, 2024
HomeMetropolisBaznas Kerjasama dengan Seniman di Makassar Jalankan Sejumlah Program

Baznas Kerjasama dengan Seniman di Makassar Jalankan Sejumlah Program

- Advertisement -

MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Zakat tidak sekadar dibahas pada tingkatan da’i. Tetapi, rukun Islam ketiga, setelah shalat dan haji ini bisa dilakonkan melalui seniman. Karenanya, pekerja seni bisa membantu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar, khususnya saat memerankan pementasan karya karya seninya.

Pernyataan itu mengemuka, di sela-sela Pelatihan Keterampilan Kerja/Usaha Bagi Seniman dan Teaterawan bagi Komunitas Study Teater Tambora Makassar, di Baruga Anging Mamiri, Rujab Walikota Makassar, Ahad, (12/3/2023).

Wakil Ketua I Bidang Pengumpulan BAZNAS Kota Makassar, Ahmad Taslim Matammeng mengakui, karya karya seni tetap berada pada koridor seni yang begitu baik. Apalagi, semiman dengan karya karya seninya sangat menarik, dan begitu banyak orang menyaksikan.

“Nah, disaat banyak orang yang kepingin menyaksikan karya karya seni itulah, maka para seniman bisa membantu BAZNAS untuk menyisihkan poin poin penting, utamanya keutamaan berzakat, berinfak, dan bersedekah. Perlu pula disentil nilai nilai agama dalam persoalan zakat , persoalan BAZNAS. Karena itu adalah persoalan kita semua,” urai Gus Taslim—sapaan akrab pimpinan Pondok Pesantren Galesong Baru ini.

Gus Taslim menegaskan, dirinya selalu menyuarakan bahwa, jangan hanya bicara personality, atau pribadi. Misalnya rajin melaksanakan shalat, berapa kali naik haji dan umrah. Atau, rajin melaksanakan puasa di bulan suci Ramahdan. Tetapi, bagaimana dengan kesholehan sosial, dan apa kepekaan sosial kepada manusia lainnya.

“Padahal, di sini ada rukun Islam ketiga. Yaitu, perintah menunaikan zakat. Dan, saya kira ini lemah dan kurang pada diri kita semua. Karena itu, saya mengajak kepada kita semua, termasuk Komunitas Study Teater Tambora Makassar untuk bicara zakat, dan bicara BAZNAS dimanapun, sesuai profesi dan keahlian masing masing” harapnya.

Menyinggung kerjasama nantinya antara Komunitas Study Teater Tambora Makassar dengan BAZNAS Makassar, mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di masanya itu mengaku, sekalipun sebagai pertama kerjasama dengan seniman, namun ia meyakini segera terealisasi.
Harapan senada dikemukakan baik Wakil Ketua II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, H.Jurlan Em Saho’as, maupun Wakil Ketua III Bidang Adminitrasi, Pelaporan, dan Keuangan—H.Waspada Santing.

H.Jurlan Em Saho’as malah menyebut, BAZNAS juga merupakan bagian dari seniman. Karena itu, mengapa BAZNAS tergerak berkolaborasi dengan pekerja seni ini. “Ini tidak lain, karena seniman juga merupakan bagian dari delapan asnaf, atau golongan—yakni fisabillillah—yaitu, mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan dakwah, jihad dan sebagainya,” tuturnya.

Selain Fisabilillah, tujuh asnap lainnya yaitu, fakir –mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup, dan miskin–mereka yang memiliki harta, namun tidak cukup memenuhi kebutuhan dasar hidup. Ada pula amil–mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, mu’allaf–mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menguatkan dalam tauhid dan syariah.

Lainnya adalah, hamba sahaya–budak yang ingin memerdekakan dirinya, gharimin–mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam mempertahankan jiwa dan izzahnya, , dan ibnu sabil–mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada Allah.

Jurnalis ini menambahkan, BAZNAS memiliki begitu banyak program kerja. Banyaknya progran tersebut tidak bisa dikerjakan sendiri. Karena itu, BAZNAS membutuhkan rekan kerja. Dan, salah satu potensi terbesar adalah seniman.

“Sekalipun BAZNAS telah memiliki da’i zakat, dengan tujuan mengajak orang berzakat melalui mimbar mimbar masjid, atau ceramah keagamaan. Tetapi, saat ini ternyata ada potensi terbesar lainnya adalah pekerja seni. Kita ajak pekerja seniman ini, melalui karya karya seni, atau pendekatan pendekatan seni, sehingga seorang bisa menjadi muzakki,” harapnya.

Dari hasil penelitian empiris menunjukkan, zakat memberi dampak positif bagi pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Ini membuktikan bahwa zakat yang dikelola dengan baik oleh institusi amil yang amanah dan profesional, maka implikasi terhadap pengurangan jumlah rumah tangga miskin dan mengecilkan kesenjangan pendapatan penerima zakat dapat direalisasikan.

Diakhir sambutannya, sutradara Air Mata Jendi ini mengakui, keteladanan BAZNAS Makassar dalam pengelolaan zakat bertalian erat, sekaligus mengedepankan tiga aman. Yakni, Aman Syar’i, Aman Regulasi dan Aman NKRI. Aman Syar’i, adalah pengelolaan zakat harus selaras dengan koridor hukum syar’i. Yaitu tidak boleh bertentangan dengan sumber hukum Islam, Al-Quran dan Sunnah. Aman Regulasi, dimaksudkan, pengelolaan zakat harus memperhatikan rambu-rambu peraturan hukum dan perundangan.

“Sementara, Aman NKRI, adalah, pengelolaan zakat di BAZNAS setidaknya, lebih mempererat persaudaraan, menjauhkan diri dari berbagai aktivitas, dan menjauhkan diri dari terorisme, demi menjunjung tinggi dan menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tutup pria Bugis asal Palopo ini.

Waspada Santing menambahkan, pengelolaan zakat, tidak sekadar dilakukan secara personal, namun dapat dikelola secara kolektif oleh lembaga pengelola zakat. Hadirnya lembaga zakat itu, membantu pengelolaan, pengumpulan dan pendistribusian.

Tata kelola lembaga amil ini berpedoman dan diperkuat dengan Keputusan Menteri Agama No. 581 yaitu UU No. 38 Tahun 1999.
Menurutnya, sebenarnya masih ada persoalan dalam upaya menyadarkan muzakki agar dapat mengeluarkan kewajiban zakatnya. Berdasarkan hasil pusat kajian BAZNAS RI, potensi zakat di Makassar lebih Rp1.4 triliun. Ini bukan angka kecil.

Di sisi lain, penduduk di Ibukota Sulawesi Selatan ini 1,4 juta orang. Sebanyak 89 persen di antaranya muslim. Sebanyak 8,9 persen dikategorikan miskin, atau sebanyak 71 ribu orang. Karena itu, jika potensi zakat Rp1,4 trliun tersebut dihimpun dan dibagi habis kepada orang miskin,maka setiap orang mendapat Rp.19,6 juta.

Jurnalis yang juga akademisi kelahiran Enrekang ini mengemukakan, dalam menyikapi zakat, dari 1,2 juta warga muslim di kota yang dipimpin Moh.Ramhdan Pomanto dan Fatmawati Rusdi ini digambarkan dalam empat kelompok.

Pertama ada yang hanya mengetahui hanya zakat fitra saja, sehingga hanya bayar zakat pada bulan Ramadhan, terutama menjelang Idul Fitri. Kedua mengetahui zakat fitra, dan juga zakat harta. Tapi tidak tahu harta mana yang mestinya dizakatkan. Kelompok ketiga, mengetahui zakat fitra, zakat harta, serta mengetahui jenis harta yang mau dizakatkan, tapi tidak mengetahui bagaimana hitungan hitungannya.

Dan harus bayar kemana.
Serta kelompok ke empat, mengetahui semuanya, tetapi tidak bayar zakat. Yang diistilahkan adalah orang orang yang sadar sebagai muzakki, tapi jiwanya mujekke, atau kikir.

“Karena itu, dalam sisi ini, kami mengharapkan para seniman bisa membantu BAZNAS Makassar. Biasanya kalau sentuhan nurani bisa tersentuh lewat karya seni, mudah mudahan mereka sadar semua bahwa, didalam milik kita ada hak orang lain yang wajib dikelurkian,” urainya, seraya mengharapkan, ke depannya antara BAZNAS dan seniman bekerjasama melalui karya seni yang bisa dipentaskan bersama. Yaitu, karya senin bernuasa agama.

Pelatihan Keterampilan Kerja/Usaha Bagi Seniman dan Teaterawan bagi Komunitas Study Teater Tambora Makassar yang dipandu Nabil Salim itu diakhiri dnegan tanya jawab yang berjalan santai.

Seperti diketahui, Teater Tambora ini telah memiliki akte dari Kemenkumham RI. Sejak 2013 Studi Teater Tambora ketika itu mementaskan drama “AYAH PULANG” Karya Kikuchi Kan, Sutradara Ridwan Effendi (Alm), pemain Ahmadi Haruna, Rachim Kallo, Selin Palintin, Ansaspeak, Jumaris dan Riski Vatmala. Pementasan tersebut di Teater Terbuka gedung kesenian Societeit de Harmonie, yang ketika itu dirangkaikan syukuran 40 tahun, tak terdengar lagi.
Memasuki usia 49 tahun, beberapa anggota Teater Tambora menganggap perlu untuk mengaktifkan kembali, Teater yang akan memasuki usia setengah abad ini.

Saat ini, Tambora diharapkan dapat merealisasi kerinduan dan kebangkitan kreativitas para seniman-seniman yang selama ini terperam dalam jiwa-jiwa disebabkan oleh kesibukan aktivitas keseharian mereka.

Pengurus Studi Teater Tambora Periode t2022-2026, Penasehat H. Hasan Kuba, Andi Asruddin Patunru, Arifin, Rudi Barshit dan Ahmadi Haruna. Ketua H. Nawir parenrengi, Wakil ketua Syarif Sulastri, Sekertaris Rustam ishak, Wakil Sekertaris Lulu Hamka, Bendahara Poppi Anwar, Wa. BendaharaIryanti Ismail, Koordinator-koordinator Hasniah Lotong, Jamal Dilaga, Ilham Latief, Arianto, butet, Mustamin dan Syahril Patakaki.

- Advertisement -

MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Zakat tidak sekadar dibahas pada tingkatan da’i. Tetapi, rukun Islam ketiga, setelah shalat dan haji ini bisa dilakonkan melalui seniman. Karenanya, pekerja seni bisa membantu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar, khususnya saat memerankan pementasan karya karya seninya.

Pernyataan itu mengemuka, di sela-sela Pelatihan Keterampilan Kerja/Usaha Bagi Seniman dan Teaterawan bagi Komunitas Study Teater Tambora Makassar, di Baruga Anging Mamiri, Rujab Walikota Makassar, Ahad, (12/3/2023).

Wakil Ketua I Bidang Pengumpulan BAZNAS Kota Makassar, Ahmad Taslim Matammeng mengakui, karya karya seni tetap berada pada koridor seni yang begitu baik. Apalagi, semiman dengan karya karya seninya sangat menarik, dan begitu banyak orang menyaksikan.

“Nah, disaat banyak orang yang kepingin menyaksikan karya karya seni itulah, maka para seniman bisa membantu BAZNAS untuk menyisihkan poin poin penting, utamanya keutamaan berzakat, berinfak, dan bersedekah. Perlu pula disentil nilai nilai agama dalam persoalan zakat , persoalan BAZNAS. Karena itu adalah persoalan kita semua,” urai Gus Taslim—sapaan akrab pimpinan Pondok Pesantren Galesong Baru ini.

Gus Taslim menegaskan, dirinya selalu menyuarakan bahwa, jangan hanya bicara personality, atau pribadi. Misalnya rajin melaksanakan shalat, berapa kali naik haji dan umrah. Atau, rajin melaksanakan puasa di bulan suci Ramahdan. Tetapi, bagaimana dengan kesholehan sosial, dan apa kepekaan sosial kepada manusia lainnya.

“Padahal, di sini ada rukun Islam ketiga. Yaitu, perintah menunaikan zakat. Dan, saya kira ini lemah dan kurang pada diri kita semua. Karena itu, saya mengajak kepada kita semua, termasuk Komunitas Study Teater Tambora Makassar untuk bicara zakat, dan bicara BAZNAS dimanapun, sesuai profesi dan keahlian masing masing” harapnya.

Menyinggung kerjasama nantinya antara Komunitas Study Teater Tambora Makassar dengan BAZNAS Makassar, mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di masanya itu mengaku, sekalipun sebagai pertama kerjasama dengan seniman, namun ia meyakini segera terealisasi.
Harapan senada dikemukakan baik Wakil Ketua II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, H.Jurlan Em Saho’as, maupun Wakil Ketua III Bidang Adminitrasi, Pelaporan, dan Keuangan—H.Waspada Santing.

H.Jurlan Em Saho’as malah menyebut, BAZNAS juga merupakan bagian dari seniman. Karena itu, mengapa BAZNAS tergerak berkolaborasi dengan pekerja seni ini. “Ini tidak lain, karena seniman juga merupakan bagian dari delapan asnaf, atau golongan—yakni fisabillillah—yaitu, mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan dakwah, jihad dan sebagainya,” tuturnya.

Selain Fisabilillah, tujuh asnap lainnya yaitu, fakir –mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup, dan miskin–mereka yang memiliki harta, namun tidak cukup memenuhi kebutuhan dasar hidup. Ada pula amil–mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, mu’allaf–mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menguatkan dalam tauhid dan syariah.

Lainnya adalah, hamba sahaya–budak yang ingin memerdekakan dirinya, gharimin–mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam mempertahankan jiwa dan izzahnya, , dan ibnu sabil–mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada Allah.

Jurnalis ini menambahkan, BAZNAS memiliki begitu banyak program kerja. Banyaknya progran tersebut tidak bisa dikerjakan sendiri. Karena itu, BAZNAS membutuhkan rekan kerja. Dan, salah satu potensi terbesar adalah seniman.

“Sekalipun BAZNAS telah memiliki da’i zakat, dengan tujuan mengajak orang berzakat melalui mimbar mimbar masjid, atau ceramah keagamaan. Tetapi, saat ini ternyata ada potensi terbesar lainnya adalah pekerja seni. Kita ajak pekerja seniman ini, melalui karya karya seni, atau pendekatan pendekatan seni, sehingga seorang bisa menjadi muzakki,” harapnya.

Dari hasil penelitian empiris menunjukkan, zakat memberi dampak positif bagi pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Ini membuktikan bahwa zakat yang dikelola dengan baik oleh institusi amil yang amanah dan profesional, maka implikasi terhadap pengurangan jumlah rumah tangga miskin dan mengecilkan kesenjangan pendapatan penerima zakat dapat direalisasikan.

Diakhir sambutannya, sutradara Air Mata Jendi ini mengakui, keteladanan BAZNAS Makassar dalam pengelolaan zakat bertalian erat, sekaligus mengedepankan tiga aman. Yakni, Aman Syar’i, Aman Regulasi dan Aman NKRI. Aman Syar’i, adalah pengelolaan zakat harus selaras dengan koridor hukum syar’i. Yaitu tidak boleh bertentangan dengan sumber hukum Islam, Al-Quran dan Sunnah. Aman Regulasi, dimaksudkan, pengelolaan zakat harus memperhatikan rambu-rambu peraturan hukum dan perundangan.

“Sementara, Aman NKRI, adalah, pengelolaan zakat di BAZNAS setidaknya, lebih mempererat persaudaraan, menjauhkan diri dari berbagai aktivitas, dan menjauhkan diri dari terorisme, demi menjunjung tinggi dan menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tutup pria Bugis asal Palopo ini.

Waspada Santing menambahkan, pengelolaan zakat, tidak sekadar dilakukan secara personal, namun dapat dikelola secara kolektif oleh lembaga pengelola zakat. Hadirnya lembaga zakat itu, membantu pengelolaan, pengumpulan dan pendistribusian.

Tata kelola lembaga amil ini berpedoman dan diperkuat dengan Keputusan Menteri Agama No. 581 yaitu UU No. 38 Tahun 1999.
Menurutnya, sebenarnya masih ada persoalan dalam upaya menyadarkan muzakki agar dapat mengeluarkan kewajiban zakatnya. Berdasarkan hasil pusat kajian BAZNAS RI, potensi zakat di Makassar lebih Rp1.4 triliun. Ini bukan angka kecil.

Di sisi lain, penduduk di Ibukota Sulawesi Selatan ini 1,4 juta orang. Sebanyak 89 persen di antaranya muslim. Sebanyak 8,9 persen dikategorikan miskin, atau sebanyak 71 ribu orang. Karena itu, jika potensi zakat Rp1,4 trliun tersebut dihimpun dan dibagi habis kepada orang miskin,maka setiap orang mendapat Rp.19,6 juta.

Jurnalis yang juga akademisi kelahiran Enrekang ini mengemukakan, dalam menyikapi zakat, dari 1,2 juta warga muslim di kota yang dipimpin Moh.Ramhdan Pomanto dan Fatmawati Rusdi ini digambarkan dalam empat kelompok.

Pertama ada yang hanya mengetahui hanya zakat fitra saja, sehingga hanya bayar zakat pada bulan Ramadhan, terutama menjelang Idul Fitri. Kedua mengetahui zakat fitra, dan juga zakat harta. Tapi tidak tahu harta mana yang mestinya dizakatkan. Kelompok ketiga, mengetahui zakat fitra, zakat harta, serta mengetahui jenis harta yang mau dizakatkan, tapi tidak mengetahui bagaimana hitungan hitungannya.

Dan harus bayar kemana.
Serta kelompok ke empat, mengetahui semuanya, tetapi tidak bayar zakat. Yang diistilahkan adalah orang orang yang sadar sebagai muzakki, tapi jiwanya mujekke, atau kikir.

“Karena itu, dalam sisi ini, kami mengharapkan para seniman bisa membantu BAZNAS Makassar. Biasanya kalau sentuhan nurani bisa tersentuh lewat karya seni, mudah mudahan mereka sadar semua bahwa, didalam milik kita ada hak orang lain yang wajib dikelurkian,” urainya, seraya mengharapkan, ke depannya antara BAZNAS dan seniman bekerjasama melalui karya seni yang bisa dipentaskan bersama. Yaitu, karya senin bernuasa agama.

Pelatihan Keterampilan Kerja/Usaha Bagi Seniman dan Teaterawan bagi Komunitas Study Teater Tambora Makassar yang dipandu Nabil Salim itu diakhiri dnegan tanya jawab yang berjalan santai.

Seperti diketahui, Teater Tambora ini telah memiliki akte dari Kemenkumham RI. Sejak 2013 Studi Teater Tambora ketika itu mementaskan drama “AYAH PULANG” Karya Kikuchi Kan, Sutradara Ridwan Effendi (Alm), pemain Ahmadi Haruna, Rachim Kallo, Selin Palintin, Ansaspeak, Jumaris dan Riski Vatmala. Pementasan tersebut di Teater Terbuka gedung kesenian Societeit de Harmonie, yang ketika itu dirangkaikan syukuran 40 tahun, tak terdengar lagi.
Memasuki usia 49 tahun, beberapa anggota Teater Tambora menganggap perlu untuk mengaktifkan kembali, Teater yang akan memasuki usia setengah abad ini.

Saat ini, Tambora diharapkan dapat merealisasi kerinduan dan kebangkitan kreativitas para seniman-seniman yang selama ini terperam dalam jiwa-jiwa disebabkan oleh kesibukan aktivitas keseharian mereka.

Pengurus Studi Teater Tambora Periode t2022-2026, Penasehat H. Hasan Kuba, Andi Asruddin Patunru, Arifin, Rudi Barshit dan Ahmadi Haruna. Ketua H. Nawir parenrengi, Wakil ketua Syarif Sulastri, Sekertaris Rustam ishak, Wakil Sekertaris Lulu Hamka, Bendahara Poppi Anwar, Wa. BendaharaIryanti Ismail, Koordinator-koordinator Hasniah Lotong, Jamal Dilaga, Ilham Latief, Arianto, butet, Mustamin dan Syahril Patakaki.

spot_img
spot_img
spot_img

Headline

Populer

spot_img