25 C
Makassar
Sunday, December 15, 2024
HomeHeadlineCerita Korban Pelecehan Seksual oleh Dosen: Dia Ajak Saya ke Hotel

Cerita Korban Pelecehan Seksual oleh Dosen: Dia Ajak Saya ke Hotel

- Advertisement -

MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Setelah cerita Virgi dan tiga temannya diturunkan. Sulselekspres.com kembali menemui seorang penyintas atau korban pelecehan seksual oleh dosen lainnya di Makassar.

Cerita kali ini, berasal dari Universitas Negeri di Kota Makassar. Dan pelakunya merupakan dosen senior yang terkenal dengan lelaku mesumnya.

Penuturan cerita dalam artikel ini tidak memuat nama asli korban dan narasumber.

Namun terlepas dari itu, pelecehan seksual tidak bakal ‘hidup abadi’ di kampus, bila pihak otoritas mengambil sikap ‘garang’, ketimbang memilih langkah ‘dingin’ yang hanya cenderung menawarkan solusi kekeluargaan kepada penyintas.

Baca Berita Terkait: Pelecehan Seksual Dosen di Kampus Makassar Marak, Korban Diremas Hingga Diraba

“Dia Ajak Saya ke Hotel”

Malam hari pada pertengahan 2013, bunyi dering gawai milik Eva berbunyi, rupanya dering itu, dari pemberitahuan pesan instan Prof, dosen pembimbing skripsinya.

“Dia ajak saya ke Hotel,” katanya.

Setelahnya, bersama seorang teman skripsinya bernama Iva, mahasiswi angkatan 2007 tersebut, bergegas menuju ke salah satu Hotel langganan Prof.

Setelah berkeliling lama mencari alamat, Eva dan Iva akhirnya menemukan Hotel yang terletak di Jalan Panakkukang, Hotel Pannakkukang, Kota Makassar itu. Tepat dibelakang pusat perbelanjaan.

Saat sampai, Eva dan Iva pun bergegas ke kamar yang telah direservasi oleh Prof. Dengan menjinjing tas yang berisikan skripsinya, langkah Eva akhirnya terhenti di depan pintu.

Di dalam, Eva melihat Prof sudah tanpa busana, tubuh dosennya hanya tertutup kain selimut yang telah disediakan hotel di kamar.

“Sama ma itu temanku pas ki tiba, ternyata dia sudah TB (Telanjang Bulat), kan dia (Prof) duluan mi di dalam. Kan kita nda tau, dia cuma arahkan kita bahwa ke kamar sekian,” kata Eva menceritakan, “Pas kita dipanggil masuk, bukan ki panggil nama, tapi “siniki sayang”. Kagetki, langsung ki lompat keluar.”

Baca: Mengapa Korban Tak Melawan Saat Dilecehkan ?

Setelahnya, Eva dan Iva pun kembali ke lobby hotel, dengan rasa resah keduanya hanya bingung dan duduk melongo di lobby.

“Keluar mki di lobi, duduk. Kek ih kenapa ini (Prof) orang? Tapi mau ki juga pulang, tapi di pikir ki juga skripsi yang hari Senin harus ujian. Saking maunya mki (Drop Out) DO waktu itu. Di pikir lagi,” katanya.

Tak lama, pesan singkat Prof masuk.

“Dia BBM, dia bilang, masukmi amanji,” terangnya.

Karena dikejar masa tenggat waktu skripsinya, Eva dan Iva pun memutuskan untuk kembali ke kamar Prof, dengan menjaga jarak, perlahan keduanya memasuki kamar itu.

“Jadi dia (Prof) bilang “buka sedikit itu pintu, kenapa kek orang takut?. Bukan ji anak kecil, dewasami pahamilah dunia kek gitu.”,” ujar Eva mengulas peristiwa itu.

“Paham sih paham, tapi ndak segituya ji juga,” tambahnya dengan nada kesal.

Sadar akan niat Prof. Dengan memanfaatkan perut ‘buncit’nya, Eva lantas mengelabui Prof dengan alasan Ia tengah hamil; “Perutku besar, saya mengaku bahwa saya hamil dan beliau percaya, jadi skripsi saya di tanda tangani”

“Jadi dia (Prof) bilang “di luar mko pale dulu Eva pesan makan, kasihan anakmu,” kata Eva mengulang perkataan Prof.

Baca: Tolak Kriminalisasi Korban Pelecehan, Solidaritas Makassar Untuk Ibu Nuril Aksi di CFD

Setelah berhasil kabur dari percobaan Prof, di luar Eva menunggu Iva yang masih di dalam kamar berduaan dengan Prof. Sejak itu, Eva tak tahu lagi apa yang terjadi.

“Di situma juga tunggu temanku (Iva) karena dia belum disentuh skripsinya tadi,” teranya.

Sekira setengah jam-an, Iva pun akhirnya menemui Eva di pusat perbelanjaan yang tak jauh dari hotel tersebut. Dari jauh, Eva melihat Iva sedang menangis.

“Datang ki menangis, karena basah mi di sini (menunjuk bagian perut) bajunya. Spermanya beliau (Prof) yang tumpah di bajunya,” kesal Eva. “Ini temanku gemetaran kan, sebenarnya saya sudah prediksi (pelecehan seksual terjadi), karena dia sudah gemetaran. Dan dia dua orang ji. Tapi begitumi walaupun melawan.”

Baca: UPT P2TP2A Sulsel: Korban Pelecehan di Kampus Ada Ditiap Angkatan

Modus Prof: Manipulasi Kuasa dan Desakan Akademik

 

Sejak ajakan Prof melalui pesan instan, Eva sudah menduga niat awal dosen pembimbingnya, mengingat tempat yang dijanjikan untuk konsultasi bukan lokasi publik. Apalagi, kata Eva, ‘coret-coret’ skripsi untuk revisi tak ada waktu itu.

“Biar satu lembar dia buka tidak juga skripsiku,” katanya.

Menurut Eva, Prof tidak sendiri di Fakultas tempatnya menimbah ilmu. Dan kebetulan, dosen penguji skripsinya, merupakan salah seorang diantara yang memiliki popularitas kelakuan mesumnya.

“Tapi yang satu ini karena ngambek gegara dia tahu saya datang ketemu Prof di hotel. Alasannya dia tidak mau ujika karna dia alasan tidak maumi liatka, tapi dia kasiji nilai,” aku Eva.

Prof menurut Eva, memang kerap memanfaatkan situasi mendesak para mahasiswinya. Seperti yang disebut Eva “yang sudah expire” dan tidak lagi menemukan jalan keluar untuk menutup studinya.

Namun, dengan situasi demikian, Prof pula tidak berwenang untuk memilih mahasiswi ‘expire’ sesukanya, sebab domain tersebut menjadi wewenang pihak Fakultasnya.

“Bukan dosen yang memilih, memang dari fakultas keluar. Ada di acak,” ujarnya.

Baca: Hentikan Pelecehan Di Kampus dengan Suara Berani Para Korban

Kata Eva, kejadian ini bukan kali pertama dan mungkin bukan yang terakhir. Sebelumnya, pada 2012, yang Eva tahu, kejadian serupa pernah menimpa salah seorang seniornya.

“Ada sebelum tahun 2012, ada beberapa seniorku ternyata,” ungkap Eva.

Modus Prof lanjut Eva, hampir sama pada tiap tahunnya, namun laku Prof menyesuaikan tergantung tahap jelang tutup studi. Seperti tahap proposal, kata Eva, modus Prof paling hanya mengajak mahasiswinya untuk makan di kafe dan hanya sekedar ditemani bercerita.

“Skripsikan tiga tahap, jadi proposal itu dulu, kayak masih muda-mudanya itu, kayak ajakan makan, ngobrol-ngobrol, temani habiskan waktunya,” jelas Eva.

Hingga saat ini, Prof masih menjadi pengampu mata kuliah di Fakultas Eva. Namun tidak lagi bertatap muka langsung dengan para mahasiswa di dalam kelas. Prof diwakili oleh Asisten Dosennya.

“Masih mengajar, banyak dia pegang karena dosen senior, tapi biasanya ada asistennya. Tapi kalau pembimbing harus mereka karena mereka yang membimbing. Ndak mungkin asistennya membimbing,” ringkasnya.

Penulis: Agus Mawan

————————
Bagi korban, keluarga dan teman korban yang mengetahui dan berkenan menceritakan kisah pelecehan secara seksual yang diterima dari Dosen, silahkan kontak penulis dengan klik: http://bit.ly/sendpenulis.

spot_img
spot_img

Headline

spot_img