MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Playing victim dan victim blaming bisa terjadi pada hubungan mana pun, baik itu pasangan, keluarga, pertemanan, atau pekerjaan. Jika dilihat sekilas, playing victim dan victim blaming menggambarkan suatu kondisi yang tidak jauh berbeda, yaitu sama-sama menyalahkan. Namun, ada perbedaan signifikan di antara keduanya.
Playing victim tidak hanya menimbulkan dampak buruk bagi orang lain, tetapi juga diri sendiri. Dilansir dari laman Alodokter dijelaskan bahwa orang yang playing victim bisa menjadi marah, frustasi, putus asa, dan tidak bisa merasakan kebahagiaan karena terus bersikap manipulatif.
Jika terus dilakukan, bukan tidak mungkin pelaku dapat kehilangan orang-orang di sekitarnya dan berujung pada perasaan terisolasi, terintimidasi, hingga menjadi depresi.
Sementara itu, victim blaming bisa membuat korbannya merasa malu, marah, frustrasi, atau kesepian, dan bisa melampiaskan emosinya pada kebiasaan buruk, seperti menggunakan narkoba atau minum minuman beralkohol. Jika intimidasi terus berlanjut, korban berisiko mengalami depresi bahkan berpikir untuk bunuh diri.
Sekarang kamu sudah tahu kan bedanya playing victim dan victim blaming? Kalau kamu melihat adanya sikap playing victim pada dirimu, coba deh mulai belajar untuk membangun rasa tanggung jawab. Nggak perlu malu untuk mengakui kesalahan karena berbuat salah itu normal, kok.
Kalau kamu merasa mendapatkan victim blaming, bicaralah kepada orang yang kamu percayai untuk membantu menyelesaikan masalahmu. Bila perlu, kamu bisa berkonsultasi dengan psikolog untuk mendapatkan saran agar kamu terhindar dari dampak buruk akibat perilaku ini.