25 C
Makassar
Saturday, December 21, 2024
HomeEdukasiDekan FKIP Unimerz : Konsep Belajar Perlu Inovasi Baru

Dekan FKIP Unimerz : Konsep Belajar Perlu Inovasi Baru

- Advertisement -

MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Megarezky (Unimerz) baru saja menggelar Webinar Nasional mengenai konsep dan moril pembelajaran yang dinilai perlu didesain ulang.

Diketahui, selama masa pandemi Covid-19 melanda, konsep belajar tatap muka diganti dengan konsep belajar dari rumah yang menggunakan media dalam jaringan (Daring) yang notabenenya berbasis online.

Metode ini dinilai tidak terlalu efektif, sebab tidak semua peserta didik dapat mengakses. Selain itu, etika belajar juga dianggap mulai tergerus, sebab tidak bisa dilihat secara jelas seperti pada belajar tatap muka.

“Jadi Webinar kemarin kita bahas soal model dan desain pembelajaran menuju New Normal. Sekarang ini kan musimnya sekolah daring, sekolah online. Meskipun tidak ada pilihan lain, tapi banyak juga menimbulkan polemik,” ujar Dr Abdul Malik Iskandar, sekali Dekan FKIP Unimerz.

“Disebut polemik itu karena pembahasannya sudah masuk di perdebatan-perdebatan publik, di media, dan lain-lainnya. Sehingga harus ada pemikiran ulang, baik sementara Covid berlangsung maupun setelahnya,” lanjutnya kepada Sulselekspres.com, Selasa (23/6/2020).

Selain menjadi perdebatan, tingkat partisipasi peserta didik yang rendah dianggap sebagai problem tersendiri. Hal ini tentu disebabkan dengan tidak adanya akses bagi guru untuk mengontrol peserta didik.

“Partisipasi daring sekarang kan masih sangat rendah. Nah ini siapa yang mau kontrol jadwal daring ditengah padatnya pelajaran. Mana ada guru yang bisa kontrol jelas daring.”

BACA: Lomba Inovasi Jelang New Normal, Sinjai Juara 2 Kategori Pelayanan Terpadu Satu Pintu

“Bisa saja ada murid masuk ke jaringan daring, dia tutup kamera terus pergi main. Jadi guru sudah tidak bisa mengontrol etika moral. Ataukah justru gurunya yang berpakaian tidak rapi saat mengajar. Itu bisa saja,” lanjutnya.

Kelas daring juga bisa saja menjadi beban bagi pihak-pihak tertentu, khususnya bagi masyarakat kurang mampu. Sebab segala perangkat yang dibutuhkan harus ditanggung sendiri.

“Kelas daring itu berbeda dengan kelas biasa. Kalau belajar biasa fasilitasnya disiapkan pemerintah, kalau daring peserta sendiri yang siapkan. Harus beli laptop, HP, kuota, dan segala macamnya.”

Dengan begitu Malik berharap ada gebrakan baru yang bisa dilahirkan untuk memaksimalkan proses belajar-mengajar, agar mitu pendidikan juga bisa lebih berkualitas.

“Harus ada model baru untuk melibatkan metode belajar yang tanpa pilih orang kaya dan miskin. Misalnya, di daerah tertentu yang tidak bisa akses jaringan, ya gunakan modul. Jadi harus ada pengiriman materi belajar di rumah siswa.”

“Karena jujur saja, partisipasi belajar sekarang sangat rendah. Jangankan SD, SMP, mahasiswa saja masih ada yang tidak pernah ikut kuliah daring. Gurunya juga jangan kaku, selalu mau pakai Zoom, padahal bisa juga lewat email, whatsapp, dan sebagainya yang lebih mudah,” tutupnya.

Webinar Nasional ini turut dihadiri oleh Dr. Jalal, M.Pd, dan Dr. Sandi Budi Iriawan, M.Pd, sebagai narasumber.

spot_img
spot_img

Headline

spot_img