27 C
Makassar
Friday, July 26, 2024
HomeEdukasiHipma Gowa Gelar Pengabdian Masyarakat di Bissoloro

Hipma Gowa Gelar Pengabdian Masyarakat di Bissoloro

- Advertisement -

GOWA, SULSELEKSPRES.COM – Himpunan Pelajar Mahasiswa (HIPMA) Gowa menggelar program pengabdian masyarakat dengan konsep go to school di sekolah pondok pesantren darul Fallah Unismuh Makassar di Bissoloro, Sabtu, 11 Mei 2024.

Kegiatan ini di hadiri oleh beberapa dosen di berbagai kampus yang ada di makassar yakni Politeknik LP3i Makassar,  UNM (universitas negeri makassar),Unhas(Univertsitas hasanuddin)  terdiri dari enam orang, yaitu Nurul Fitrah Yani, S S, M.Hum. Bungatang, S S., M.Hum, Dr.Dirk Rukka Sandarupa, S S., M.Hum, Dr.Sumarlin Rengko HR, S.S, M.Hum, Fitriansal, S.Pd., M.Pd,  Filawati, S.S., M. Hum.

Pengabdian ini di isi dengan kegiatan diskusi terkait dengan “dinamika Perempuan dalam Pendidikan dan pengembangan pariwisata kekinian”.

Kegiatan ini diikuti oleh 30 peserta dari santri maupun Pembina pondok pesantren darul Fallah di bissoloro.

Fokus pengabdian masyarakat ini, yaitu pengembangan potensi kawasan pedesaan di Bissoloro agar desa yang berpotensial menjadi desa wisata dapat menonjolkan wisata budaya lokal, tetapi belum dimanfaatkan, padahal potensi budaya ini dapat menjadi sumber mata pencaharian masyarakat desa. Maka melalui diskusi yang di adakan di harapkan agar pemuda dan pemudi terkhusus kaum santriwati itu memiliki kesadaran dan pola pikir yang bersifat jangka Panjang untuk mampu bersaing di era digital.

Menurut  Dr. Sumarlin Rengko HR, S.S., M.Hum, akademisi Departemen Ssatra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin,

“saat ini peluang ekonomi berbasis  pariwisata sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), misalnya; bisnis  kuliner (pangan), solusi dari kemiskinan, menumbuhkan kehidupan sehat dan sejahtera, sejalan dengan kesetaraan gender baik laki-laki dan Perempuan dalam melihat peluang bisnis destinasi wisata,”jelasnya.

Ditambahkan, dosen yang biasa disapa Pak Rengko’ di Fakultas Ilmu Budaya Unhas, pada Pengabdian Kepada Masyarakat yang diselenggarakan oleh Himpunan Pelajar Mahasiswa (HIPMA) Gowa dengan tema Dinamika Perempuan dalam Pendidikan dan Pengembangan Pariwisata Kekinian, rumah tangga merupakan sekolah pertama yang lebih  banyak memberikan  perhatian dan menanamkan pentingnya pendidikan pada generasi kini, misalnya ibu dan kolaborasi keluarga di rumah seeloknya mendampingi anak-anak mempergunakan gadget, oleh  karena itu  perlu  diadakan pelatihan lebih lanjut yang  lebih  spesifik membahas Perempuan kreatif yang mengambil berbagai peluang perannya,” jelasnya.

By: Nurul Fitrah Yani (Akademisi Politeknik LP3I)

“PEREMPUAN sebagai madrasah dasar atau pendidik bagi anak-anaknya tentunya perlu memiliki pendidikan yang mumpuni. Peran ganda yang harus dijlani oleh seorang perempuan menjadi masalah bagi dirinya, Perempuan dituntut menjadi seorang ibu yang menjadi madrasatul ula atau sekolah pertama untuk anaknya terutama saat anaknya sedang berada di masa-masa golden age dan di samping itu, seorang perempuan juga harus dituntut melayani suami sebagai seorang istri serta harus bersikap profesionalisme saat bekerja).

Terlepas dari tanggungjawab sebagai seorang ibu, peran perempuan pada era sekarang ini telah mengalami perkembangan dan perubahan yang signifikan. Pendidikan yang inklusif, peluang kerja yang setara, dan pengakuan terhadap peran perempuan di segala bidang merupakan landasan penting untuk memperkuat peran Perempuan. Kesimbangan dan kekuatan Perempuan di era modern memungkinkan terciptanya dunia yang lebih dinamis, inklusif, dan kompetitif. Sekarang ini, perempuan menjadi agen perubahan dalam isu-isu lingkungan, Pendidikan , dan Kesehatan. Hal tersebut membuktikan bahwa Kuantitas perempuan dalam dunia kerja semakin meningkat (sumber daya sebagai penggerak/pendorong pembangunan negara).

Dinamika  Pendidikan Perempuan di Era Digital, Perempuan lebih mandiri dalam peningkatan kualitas/ taraf hidup mereka. Salah satu wujud kekuatan Perempuan di era modern ini adalah adanya keterlibatan dalam dunia bisnis dan kepemimpinan. Pemanfaatan aplikasi digital sebagai media dalam berbisnis telah banyak dilakukan oleh kaum Perempuan dalam meningkatkan taraf hidup dan membantu perekonomian dalam keluarga.”

Ibu Bungatang, S.S., M.Hum

“Bagi perempuan, pendidikan adalah sarana mengembangkan potensi diri dan bisa menjadikan perempuan sebagai pribadi terdidik,  tangguh, dan percaya diri.   Perempuan yang berpendidikan tinggi, buka ingin terlihat hebat atau menyaingi laki-laki. Tapi pendidikan pertama seorang anak berasal dari kecerdasan Ibunya. Hilangkan persepsi orang-orang yang mengatakan bahwa “perempuan yang berpendidikan tinggi nantinya  susah dapat jodoh karena laki-laki merasa tersaingi, perempuan lebih baik tinggal di rumah dan laki laki lah yang mengejar pendidikan yang tinggi, atau ngapain sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya menikah, punya anak, dan menjadi Ibu rumah tangga. Peryataan negatif seperti itu bisa dialami oleh kaum perempuan sehingga membatasi dirinya sendiri untuk setara dengan laki-laki dari berbagai hal salah satunya dari segi pendidikan.

Menurut data dari BPS dan Kemendikbud, pada tahun 2018 ada sebesar 2,2 juta penyandang buta aksara. Di antaranya merupakan perempuan dan mayoritas ibu rumah tangga. Hal ini lebih banyak jika dibandingkan dengan pria yakni sebesar 1,1 juta jiwa. Berdasarkan data tersebut, kebanyakan kelompok perempuan jumlah buta aksara umunya lebih besar daripada laki-laki. Data tersebut bisa menjadi pembelajaran bagi perempuan bahwa pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan tentunya akan beguna untuk dirinya, keluarga, dan orang lain.

Yang pertama, perempuan adalah sekolah pertama bagi anak anaknya. Perempuan memiliki kodrat menjadi ibu. Ibulah yang mendidik anaknya dan menanamkan akhlak yang baik bagi anaknya. Yang kedua, pendidikan menjadi modal perempuan harus memiliki keterampilan. Dan ketiga, perempuan kekinian mampu mengikuti zaman dan teknologi. Dibutuhkan ibu yang melek teknologi minimal untuk menjaga  sang anak dari konten konten yang tersebar di internet. Dan yang kelima, mencegah pernikahan dini. Di Indonesia anak diwajibkan bersekolah selama 12 tahun. Setidaknya jika perempuan dinikahkan setelah lulus SMA, maka usianya sudah diatas 17 tahun. Yang keenam mandiri dan percaya diri. Dengan skill yang dimiliki perempuan tidak akan bergantung sepenunhnya pada suami setelah menikah dan tentunya perempuan akan lebih percaya diri karena memiliki status kemampuan yang sama dengan suami. Yang ketujuh mencegah perdagangan manusia. Dengan pendidikan tinggi, perempuan dapat terhindar dari perdagangan perempuan.”

(Dr. Filawati, S.S., M.Pd.) Akademisi Fakultas Sastra dan Bahasa UNiversiatas Negeri Makassar

“Kegiatan yang dilaksanakan di Sekolah Darul Falah Bisoloro oleh HIPMA Gowa merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan untuk membantu kegiatan masyarakat khususnya di bidang Pendidikan. Tema yang diusung dalam kegiatan mereka ialah Dinamika Perempuan dalam Pendidikan dan Pengembangan Pariwisata Kekinian. Saya pribadi ketika bertemu dengan panitia dan masyarakat sangat kagum, hal ini dikarenakan penerimaan dari mereka yang sangat ramah dan terbuka. Panitia sangat kompak dan aktif dalam menjalankan kegiatan ini. Gotong royong, sikap ramah tamah, solidaritas yang tinggi serta sopan santun mewarnai segala tindak tanduk dalam kegiatan mereka. Terima kasih kepada ketua panitia, Sekretaris Panitia, dan panitia lainnya yang telah mengundang saya sebagai pemateri di kegiatan PKM ini. Semoga ke depannya kita terus berkolaborasi pada kegiatan-kegiatan selanjutnya.  Diundang sebagai narasumber pada kegiatan ini menjadi kebanggaan bagi saya pribadi. Materi Urgensi Perempuan dalam Ruang Pendidikan di Era digital Native (Generasi Digital)  ini menjadi wujud bakti saya sebagai dosen UNM untuk memberikan sumbangsih secara langsung dimasyarakat dengan cara meningkatkan lierasi Masyarakat. Hal ini sangat penting  saya lakukan untuk mengeksplorasi dan mengakselerasi proses transformasi yang mampu mendorong pertumbuhan disejumlah sektor bagi Masyarakat khususnya bagi perempuan.  Seperti yang kita ketahui bahwa di era global saat ini perempuan memiliki peran yang sangat besar bagi kemajuan bangsa dan negara. Oleh sebab itu, kita tidak boleh hanya bersikap pasif sebab perempuan tidak hanya menjalani rutinitas domestik saja seperti ibu rumah tangga atau pengasuh anak saja, melainkan juga ikut serta dalam memajukan dunia publik dan perkembangan pendidikan yang ada di Indonesia. Pengetahuaan akan membuat kita cerdas, bijaksana dan semakin multitasking. Dengan pengetahuan dan kecerdasan yang dimiliki oleh perempuan, tentu akan membuat mereka bisa bergerak paling depan dalam memerani berbagai kegiatan untuk kemajuan desanya. Perempuan harus cerdas dan hebat sebab tugas kita adalah mempersiapkan generasi muda yang unggul, adaptif, berkarakter, berakhlak serta memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa dan negara. Selain itu, perempuan juga harus memiliki keterampilan dalam ruang digital agar tidak lagi terkotak dalam perbedaan hak, peran dan kesempatan antara perempuan dan laki-laki. Sebuah keharusan bagi Perempuan untuk memiliki Pendidikan yang baik, layak dan berkualitas serta berdaya saing  yang baik khususnya di ruang digital agar bisa terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Media sosial bisa menjadi salah satu wadah positif dan paling mudah bagi siswa dan guru untuk mempromosikan kearifan lokal yang ada di sana misalnya melalui tulisan. Alamnya yang indah bisa menjadi ruang imajinasi bagi siswa dan guru dalam menulis karya sastra seperti puisi, cerpen dan sebagainya. Lingkungan alam di sana juga bisa dijadikan sebagai ruang belajar bagi siswa untuk mengeksplorasi materi pelajarannya. Jadi belajar itu tidak selalu harus di dalam kelas, sekali-sekali anak atau siswa boleh dibawa keluar ruangan untuk belajar. Di samping itu, di bidang pariwisata, hutan pinusnya menjadi destinasi pariwisata yang menjajikkan bagi masyarakat apabila dikelola dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat di sana. Bagi saya, kegiatan PKM yang dilakukan oleh HIPMA Gowa ini telah mampu mengurangi setidaknya beban yang dirasakan oleh masyarakat terkait. Harapan saya semoga informasi terkait generasi digital bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi guru, siswa, dan masyarakat di sana sehingga muncul kesadaran dalam menerapkan pembelajaran berbasis praksis pemberdayaan perempuan dan kearifan lokal dalam kerangka islam yang berkemajuan berlandaskan nilai-nilai Islam.”

Ita Rosvita, S. S., M. Hum “Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilaksanakan di Bissoloro’ dengan mengangkat tema Dinamika Perempuan  dalam Pendidikan dan Pengembangan Wisata Kekinian adalah kegiatan yang patut dilaksanakan. Bagaimana tidak, kegiatan ini bisa mengedukasi perempuan yang berada di tempat tersebut. Pendidikan yang disuguhkan kepada perempuan bisa meneguhkan posisi perempuan yang tidak hanya ada pada “dapur, sumur, dan kasur”. Eksistensi perempuan yang terdidik dengan bekal pengetahuan teknologi dan ilmu pengetahuan lainnya menjadikan perempuan bisa bermanfaat di masyarakat.  Perempuan bisa menjadi mutiara publik, tak hanya menjadi mutiara bilik (meminjam ucapan dari Ibu Dr. Ery Iswary). Dengan adanya pendidikan bagi kaum perempuan, mereka bisa terdidik dan tentu saja menjadi pendidik terbaik. Ini mengembalikan peran perempuan “Ibu adalah sekolah pertama dan utama”.

“Hubungan dua konsep, pendidikan dan pariwisata dalam dinamika perempuan merupakan suatu konsep perpaduan yang unik untuk didiskusikan terutama di era kekinian. Dalam konteks pendidikan, dinamika perempuan mengacu pada bagaimana perempuan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem pendidikan. Upaya untuk meningkatkan akses perempuan terhadap pendidikan dapat membantu merangsang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial yang inklusif. Pendidikan yang memperhatikan kesetaraan gender dapat membuka peluang lebih besar bagi perempuan dalam mencapai potensi mereka secara penuh.

Sementara dalam industri pariwisata, dinamika perempuan memainkan peran penting. Pariwisata dapat menjadi sumber ekonomi yang signifikan bagi perempuan di banyak negara, terutama di daerah pedesaan di mana lapangan kerja lain mungkin terbatas. Namun, perlu diperhatikan bahwa pariwisata juga dapat membawa tantangan seperti eksploitasi atau ketimpangan gender jika tidak diatur dengan baik.

Oleh karena itu, memahami dinamika perempuan dalam konteks pendidikan dan pariwisata adalah kunci untuk memastikan inklusi, kesetaraan, dan kemajuan yang berkelanjutan dalam Masyarakat”, ucap Dr. Dirk Sandarupa, S. S., M. Hum (dosen S1 Pariwisata Unhas/Pengurus HPBD).

Kemudian menurut Nasrullah selaku sekretaris umum hipma gowa komisariat uinam “ bahwa kegiatan pengabdian ini di lakukan agar mampu menumbuhkan pola pikir siswa untuk mengembangkan potensi wisata di bissoloro, sehingga ada sesuatu yang menjadi nilai di desa bissoloro”

Khaerunnisa selaku kabid keperempuanan hipma gowa komisariat uinam “ kenapa memilih Perempuan sebagai audiens karena ini merupakan sebuah gebrakan kami untuk menyongsong Perempuan yang mampu berkarya dan eksis di era digital, jadi bukan hanya kaum laki-laki yang mampu bekerja tetapi kami juga perempuan memiliki peluang yang saama”.

- Advertisement -

GOWA, SULSELEKSPRES.COM – Himpunan Pelajar Mahasiswa (HIPMA) Gowa menggelar program pengabdian masyarakat dengan konsep go to school di sekolah pondok pesantren darul Fallah Unismuh Makassar di Bissoloro, Sabtu, 11 Mei 2024.

Kegiatan ini di hadiri oleh beberapa dosen di berbagai kampus yang ada di makassar yakni Politeknik LP3i Makassar,  UNM (universitas negeri makassar),Unhas(Univertsitas hasanuddin)  terdiri dari enam orang, yaitu Nurul Fitrah Yani, S S, M.Hum. Bungatang, S S., M.Hum, Dr.Dirk Rukka Sandarupa, S S., M.Hum, Dr.Sumarlin Rengko HR, S.S, M.Hum, Fitriansal, S.Pd., M.Pd,  Filawati, S.S., M. Hum.

Pengabdian ini di isi dengan kegiatan diskusi terkait dengan “dinamika Perempuan dalam Pendidikan dan pengembangan pariwisata kekinian”.

Kegiatan ini diikuti oleh 30 peserta dari santri maupun Pembina pondok pesantren darul Fallah di bissoloro.

Fokus pengabdian masyarakat ini, yaitu pengembangan potensi kawasan pedesaan di Bissoloro agar desa yang berpotensial menjadi desa wisata dapat menonjolkan wisata budaya lokal, tetapi belum dimanfaatkan, padahal potensi budaya ini dapat menjadi sumber mata pencaharian masyarakat desa. Maka melalui diskusi yang di adakan di harapkan agar pemuda dan pemudi terkhusus kaum santriwati itu memiliki kesadaran dan pola pikir yang bersifat jangka Panjang untuk mampu bersaing di era digital.

Menurut  Dr. Sumarlin Rengko HR, S.S., M.Hum, akademisi Departemen Ssatra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin,

“saat ini peluang ekonomi berbasis  pariwisata sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), misalnya; bisnis  kuliner (pangan), solusi dari kemiskinan, menumbuhkan kehidupan sehat dan sejahtera, sejalan dengan kesetaraan gender baik laki-laki dan Perempuan dalam melihat peluang bisnis destinasi wisata,”jelasnya.

Ditambahkan, dosen yang biasa disapa Pak Rengko’ di Fakultas Ilmu Budaya Unhas, pada Pengabdian Kepada Masyarakat yang diselenggarakan oleh Himpunan Pelajar Mahasiswa (HIPMA) Gowa dengan tema Dinamika Perempuan dalam Pendidikan dan Pengembangan Pariwisata Kekinian, rumah tangga merupakan sekolah pertama yang lebih  banyak memberikan  perhatian dan menanamkan pentingnya pendidikan pada generasi kini, misalnya ibu dan kolaborasi keluarga di rumah seeloknya mendampingi anak-anak mempergunakan gadget, oleh  karena itu  perlu  diadakan pelatihan lebih lanjut yang  lebih  spesifik membahas Perempuan kreatif yang mengambil berbagai peluang perannya,” jelasnya.

By: Nurul Fitrah Yani (Akademisi Politeknik LP3I)

“PEREMPUAN sebagai madrasah dasar atau pendidik bagi anak-anaknya tentunya perlu memiliki pendidikan yang mumpuni. Peran ganda yang harus dijlani oleh seorang perempuan menjadi masalah bagi dirinya, Perempuan dituntut menjadi seorang ibu yang menjadi madrasatul ula atau sekolah pertama untuk anaknya terutama saat anaknya sedang berada di masa-masa golden age dan di samping itu, seorang perempuan juga harus dituntut melayani suami sebagai seorang istri serta harus bersikap profesionalisme saat bekerja).

Terlepas dari tanggungjawab sebagai seorang ibu, peran perempuan pada era sekarang ini telah mengalami perkembangan dan perubahan yang signifikan. Pendidikan yang inklusif, peluang kerja yang setara, dan pengakuan terhadap peran perempuan di segala bidang merupakan landasan penting untuk memperkuat peran Perempuan. Kesimbangan dan kekuatan Perempuan di era modern memungkinkan terciptanya dunia yang lebih dinamis, inklusif, dan kompetitif. Sekarang ini, perempuan menjadi agen perubahan dalam isu-isu lingkungan, Pendidikan , dan Kesehatan. Hal tersebut membuktikan bahwa Kuantitas perempuan dalam dunia kerja semakin meningkat (sumber daya sebagai penggerak/pendorong pembangunan negara).

Dinamika  Pendidikan Perempuan di Era Digital, Perempuan lebih mandiri dalam peningkatan kualitas/ taraf hidup mereka. Salah satu wujud kekuatan Perempuan di era modern ini adalah adanya keterlibatan dalam dunia bisnis dan kepemimpinan. Pemanfaatan aplikasi digital sebagai media dalam berbisnis telah banyak dilakukan oleh kaum Perempuan dalam meningkatkan taraf hidup dan membantu perekonomian dalam keluarga.”

Ibu Bungatang, S.S., M.Hum

“Bagi perempuan, pendidikan adalah sarana mengembangkan potensi diri dan bisa menjadikan perempuan sebagai pribadi terdidik,  tangguh, dan percaya diri.   Perempuan yang berpendidikan tinggi, buka ingin terlihat hebat atau menyaingi laki-laki. Tapi pendidikan pertama seorang anak berasal dari kecerdasan Ibunya. Hilangkan persepsi orang-orang yang mengatakan bahwa “perempuan yang berpendidikan tinggi nantinya  susah dapat jodoh karena laki-laki merasa tersaingi, perempuan lebih baik tinggal di rumah dan laki laki lah yang mengejar pendidikan yang tinggi, atau ngapain sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya menikah, punya anak, dan menjadi Ibu rumah tangga. Peryataan negatif seperti itu bisa dialami oleh kaum perempuan sehingga membatasi dirinya sendiri untuk setara dengan laki-laki dari berbagai hal salah satunya dari segi pendidikan.

Menurut data dari BPS dan Kemendikbud, pada tahun 2018 ada sebesar 2,2 juta penyandang buta aksara. Di antaranya merupakan perempuan dan mayoritas ibu rumah tangga. Hal ini lebih banyak jika dibandingkan dengan pria yakni sebesar 1,1 juta jiwa. Berdasarkan data tersebut, kebanyakan kelompok perempuan jumlah buta aksara umunya lebih besar daripada laki-laki. Data tersebut bisa menjadi pembelajaran bagi perempuan bahwa pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan tentunya akan beguna untuk dirinya, keluarga, dan orang lain.

Yang pertama, perempuan adalah sekolah pertama bagi anak anaknya. Perempuan memiliki kodrat menjadi ibu. Ibulah yang mendidik anaknya dan menanamkan akhlak yang baik bagi anaknya. Yang kedua, pendidikan menjadi modal perempuan harus memiliki keterampilan. Dan ketiga, perempuan kekinian mampu mengikuti zaman dan teknologi. Dibutuhkan ibu yang melek teknologi minimal untuk menjaga  sang anak dari konten konten yang tersebar di internet. Dan yang kelima, mencegah pernikahan dini. Di Indonesia anak diwajibkan bersekolah selama 12 tahun. Setidaknya jika perempuan dinikahkan setelah lulus SMA, maka usianya sudah diatas 17 tahun. Yang keenam mandiri dan percaya diri. Dengan skill yang dimiliki perempuan tidak akan bergantung sepenunhnya pada suami setelah menikah dan tentunya perempuan akan lebih percaya diri karena memiliki status kemampuan yang sama dengan suami. Yang ketujuh mencegah perdagangan manusia. Dengan pendidikan tinggi, perempuan dapat terhindar dari perdagangan perempuan.”

(Dr. Filawati, S.S., M.Pd.) Akademisi Fakultas Sastra dan Bahasa UNiversiatas Negeri Makassar

“Kegiatan yang dilaksanakan di Sekolah Darul Falah Bisoloro oleh HIPMA Gowa merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan untuk membantu kegiatan masyarakat khususnya di bidang Pendidikan. Tema yang diusung dalam kegiatan mereka ialah Dinamika Perempuan dalam Pendidikan dan Pengembangan Pariwisata Kekinian. Saya pribadi ketika bertemu dengan panitia dan masyarakat sangat kagum, hal ini dikarenakan penerimaan dari mereka yang sangat ramah dan terbuka. Panitia sangat kompak dan aktif dalam menjalankan kegiatan ini. Gotong royong, sikap ramah tamah, solidaritas yang tinggi serta sopan santun mewarnai segala tindak tanduk dalam kegiatan mereka. Terima kasih kepada ketua panitia, Sekretaris Panitia, dan panitia lainnya yang telah mengundang saya sebagai pemateri di kegiatan PKM ini. Semoga ke depannya kita terus berkolaborasi pada kegiatan-kegiatan selanjutnya.  Diundang sebagai narasumber pada kegiatan ini menjadi kebanggaan bagi saya pribadi. Materi Urgensi Perempuan dalam Ruang Pendidikan di Era digital Native (Generasi Digital)  ini menjadi wujud bakti saya sebagai dosen UNM untuk memberikan sumbangsih secara langsung dimasyarakat dengan cara meningkatkan lierasi Masyarakat. Hal ini sangat penting  saya lakukan untuk mengeksplorasi dan mengakselerasi proses transformasi yang mampu mendorong pertumbuhan disejumlah sektor bagi Masyarakat khususnya bagi perempuan.  Seperti yang kita ketahui bahwa di era global saat ini perempuan memiliki peran yang sangat besar bagi kemajuan bangsa dan negara. Oleh sebab itu, kita tidak boleh hanya bersikap pasif sebab perempuan tidak hanya menjalani rutinitas domestik saja seperti ibu rumah tangga atau pengasuh anak saja, melainkan juga ikut serta dalam memajukan dunia publik dan perkembangan pendidikan yang ada di Indonesia. Pengetahuaan akan membuat kita cerdas, bijaksana dan semakin multitasking. Dengan pengetahuan dan kecerdasan yang dimiliki oleh perempuan, tentu akan membuat mereka bisa bergerak paling depan dalam memerani berbagai kegiatan untuk kemajuan desanya. Perempuan harus cerdas dan hebat sebab tugas kita adalah mempersiapkan generasi muda yang unggul, adaptif, berkarakter, berakhlak serta memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa dan negara. Selain itu, perempuan juga harus memiliki keterampilan dalam ruang digital agar tidak lagi terkotak dalam perbedaan hak, peran dan kesempatan antara perempuan dan laki-laki. Sebuah keharusan bagi Perempuan untuk memiliki Pendidikan yang baik, layak dan berkualitas serta berdaya saing  yang baik khususnya di ruang digital agar bisa terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Media sosial bisa menjadi salah satu wadah positif dan paling mudah bagi siswa dan guru untuk mempromosikan kearifan lokal yang ada di sana misalnya melalui tulisan. Alamnya yang indah bisa menjadi ruang imajinasi bagi siswa dan guru dalam menulis karya sastra seperti puisi, cerpen dan sebagainya. Lingkungan alam di sana juga bisa dijadikan sebagai ruang belajar bagi siswa untuk mengeksplorasi materi pelajarannya. Jadi belajar itu tidak selalu harus di dalam kelas, sekali-sekali anak atau siswa boleh dibawa keluar ruangan untuk belajar. Di samping itu, di bidang pariwisata, hutan pinusnya menjadi destinasi pariwisata yang menjajikkan bagi masyarakat apabila dikelola dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat di sana. Bagi saya, kegiatan PKM yang dilakukan oleh HIPMA Gowa ini telah mampu mengurangi setidaknya beban yang dirasakan oleh masyarakat terkait. Harapan saya semoga informasi terkait generasi digital bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi guru, siswa, dan masyarakat di sana sehingga muncul kesadaran dalam menerapkan pembelajaran berbasis praksis pemberdayaan perempuan dan kearifan lokal dalam kerangka islam yang berkemajuan berlandaskan nilai-nilai Islam.”

Ita Rosvita, S. S., M. Hum “Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilaksanakan di Bissoloro’ dengan mengangkat tema Dinamika Perempuan  dalam Pendidikan dan Pengembangan Wisata Kekinian adalah kegiatan yang patut dilaksanakan. Bagaimana tidak, kegiatan ini bisa mengedukasi perempuan yang berada di tempat tersebut. Pendidikan yang disuguhkan kepada perempuan bisa meneguhkan posisi perempuan yang tidak hanya ada pada “dapur, sumur, dan kasur”. Eksistensi perempuan yang terdidik dengan bekal pengetahuan teknologi dan ilmu pengetahuan lainnya menjadikan perempuan bisa bermanfaat di masyarakat.  Perempuan bisa menjadi mutiara publik, tak hanya menjadi mutiara bilik (meminjam ucapan dari Ibu Dr. Ery Iswary). Dengan adanya pendidikan bagi kaum perempuan, mereka bisa terdidik dan tentu saja menjadi pendidik terbaik. Ini mengembalikan peran perempuan “Ibu adalah sekolah pertama dan utama”.

“Hubungan dua konsep, pendidikan dan pariwisata dalam dinamika perempuan merupakan suatu konsep perpaduan yang unik untuk didiskusikan terutama di era kekinian. Dalam konteks pendidikan, dinamika perempuan mengacu pada bagaimana perempuan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem pendidikan. Upaya untuk meningkatkan akses perempuan terhadap pendidikan dapat membantu merangsang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial yang inklusif. Pendidikan yang memperhatikan kesetaraan gender dapat membuka peluang lebih besar bagi perempuan dalam mencapai potensi mereka secara penuh.

Sementara dalam industri pariwisata, dinamika perempuan memainkan peran penting. Pariwisata dapat menjadi sumber ekonomi yang signifikan bagi perempuan di banyak negara, terutama di daerah pedesaan di mana lapangan kerja lain mungkin terbatas. Namun, perlu diperhatikan bahwa pariwisata juga dapat membawa tantangan seperti eksploitasi atau ketimpangan gender jika tidak diatur dengan baik.

Oleh karena itu, memahami dinamika perempuan dalam konteks pendidikan dan pariwisata adalah kunci untuk memastikan inklusi, kesetaraan, dan kemajuan yang berkelanjutan dalam Masyarakat”, ucap Dr. Dirk Sandarupa, S. S., M. Hum (dosen S1 Pariwisata Unhas/Pengurus HPBD).

Kemudian menurut Nasrullah selaku sekretaris umum hipma gowa komisariat uinam “ bahwa kegiatan pengabdian ini di lakukan agar mampu menumbuhkan pola pikir siswa untuk mengembangkan potensi wisata di bissoloro, sehingga ada sesuatu yang menjadi nilai di desa bissoloro”

Khaerunnisa selaku kabid keperempuanan hipma gowa komisariat uinam “ kenapa memilih Perempuan sebagai audiens karena ini merupakan sebuah gebrakan kami untuk menyongsong Perempuan yang mampu berkarya dan eksis di era digital, jadi bukan hanya kaum laki-laki yang mampu bekerja tetapi kami juga perempuan memiliki peluang yang saama”.

spot_img
spot_img
spot_img

Headline

Populer

spot_img