32 C
Makassar
Friday, April 19, 2024
HomeHeadlineIman Melawan Pandemi

Iman Melawan Pandemi

- Advertisement -
Kepala Satpol PP Makassar, Imam Hud

Semasa kecil, Iman terkenal aktif. Bahkan ia mengaku tergolong anak nakal. Tetapi, lebih tepatnya, Iman memiliki karakter. Ia tidak berhenti mencoba sebelum berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan. Hal itu sudah muncul sejak ia duduk di bangku SD.

Demikian pula dalam hal melawan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Iman tidak pernah main-main. Boleh dikata, Iman adalah panglima di medan perang melawan Covid-19. Sebab, ia adalah orang yang tidak pernah absen dalam setiap operasi penegakan perwali dan peraturan terkait Covid-19.

Baginya, tidak perlu menunggu lagi siapa yang harus berbuat. Tetapi atas dasar kesadaran pribadi, menjadi modal kuat pemicu semangat mengajak masyarakat Makassar untuk tetap sehat agar terhindar dari penularan virus asal kota Wuhan, China, tersebut.

“Kita kan tidak perlu menunggu lagi siapa yang harus berbuat. Kita yang sadar, ayo ajak yang lain untuk sadar juga bahwa menerapkan protap Covid itu penting,” ujar Iman kepada Sulselekspres.com.

Bagi Iman, gelombang transisi kepemimpinan di kota Makassar tidak boleh dijadikan alasan untuk menyerah melawan Covid. Meskipun sejumlah peraturan walikota tidak jarang berubah, tetapi pada intinya, menurut Iman, kesehatan masyarakat yang menjadi poin pokok untuk diselamatkan.

Memang, dibalik sikap tegasnya, Iman memiliki sisi lembut dan perhatian yang besar kepada sesama. Ia pernah lelah, bahkan mengeluh. Tetapi hal itu bukan alasan untuk berhenti berjuang melawan ancaman kematian yang terpampang jelas di depan mata.

“Kami juga lelah, capek. Tapi bukan berarti kita harus menyerah. Suka duka banyak yang kita lalui. Apalagi kita memang menghadapi masyarakat yang tidak semua pemikirannya sama. Ada yang bebal juga. Tapi kita harus tetap humanis dalam memberikan edukasi,” beber Iman.

BACA: Virus Corona Bermutasi Ditemukan di Indonesia

“Soalnya saya punya keluarga yang harus saya jaga. Masyarakat punya keluarga juga. Kalau cuma satu pihak yang bekerja, kemudian pihak itu menyerah, habislah kita. Ini memang harus dilawan bersama,” lanjutnya.

Di sela-sela perbincangan kami, sesekali terdengar imbauan dari para petugas melalui pengeras suara. “Diingatkan kembali kepada seluruh pengunjung Pantai Losari agar tetap menggunakan masker dan menerapkan protokol kesehatan. Selamat menikmati dan selamat malam” demikian kira-kira bunyi imbauan tersebut.

Malam terus berjalan. Tapi, perbincangan kami tidak berhenti di situ. Iman masih bersedia berkisah, saya pun masih antusias mendengar. Iman membeberkan upaya edukasi yang ia mulai dari lingkungan keluarganya. Semua butuh metode berbeda dan tentu tidak mudah.

“Edukasi saya terapkan mulai dari keluarga. Caranya beda-beda. Sama anak, istri, tetangga, masyarakat luas, semua beda caranya. Target kami bukan mengajari, tapi membuat masyarakat sadar akan bahaya virus ini,” beber Iman dengan dialek khas Makassar-nya.

Usaha Iman tidak sia-sia. Seperti yang ia yakini, tidak ada kebaikan yang berhasil sia-sia. Hal ini bisa dilihat dari hasil yang disampaikan oleh satgas Covid-19, bahwa kota Makassar sudah keluar dari zona merah dan duduk di zona oranye. Kondisi ini terus digenjot Iman agar Makassar bisa benar-benar bebas dari Covid-19.

Ia meminta masyarakat tidak lengah dengan status oranye. Bukan karena Iman tidak sanggup lagi memberikan edukasi, tetapi perkara ini memang harus dilawan bersama. Terlebih lagi, pemerintah telah membuka sejumlah sektor untuk aktif kembali, seperti halnya pariwisata. Tujuannya, tentu untuk memulihkan perekonomian.
\
Tetapi, upaya pemerintah tersebut bukan berarti mempersilakan masyarakat untuk leluasa melupakan protap Covid. Pertumbuhan ekonomi tidak boleh mengesampingkan kesehatan.

Apalagi, beberapa waktu lalu kota Makassar sempat mengalami peningkatan penularan dengan rt 1,1. Hal inilah yang tidak diinginkan Iman. Sehingga ia terus melakukan upaya penekanan dengan menegakkan Perwali 53 dan Perwali 51.

Ia tidak pernah lupa melaksanakan operasi Yustisi, khususnya razia warga yang tidak mengenakan masker di luar rumah.

“Ya kita berharap masyarakat tidak usah keluar rumah dulu lah kalau tidak urgent. Tapi kalau memang harus keluar, jangan lupa maskernya,” ucap Iman dengan penuh harap..

Sejenak Iman menghela napas. Perbincangan sempat jeda, sampai Iman kembali berbicara.

“Upaya menjaga orang lain itu harus dimulai dari diri sendiri. Kalau kita bisa memperhatikan diri sendiri berarti kita sudah mulai memperhatikan orang lain,” cetus Iman, seperti berusaha membuka kembali perbincangan yang terjeda.

“Kalau saya mau masa bodoh, kan tidak ada masalahnya untuk saya. Tapi bagaimana dengan warga yang lain? Kita juga dilema.”

“Kamu mau kena Covid juga?” tanya Iman kepada saya dengan nada bercanda dan diselingi gelak tawa.

Perlahan tapi pasti. Waktu berhasil menggilas kami lewat perbincangan. Petang terlalu jauh meninggalkan kami. Dingin yang mulai menusuk tulang menandakan malam sudah larut. “Saat kau menentukan jalan hidup, saat itu pula kau memilih jalan kematian” Kalimat itu menutup perbincangan kami.

spot_img

Headline

Populer

spot_img