Menengok Sejarah Kerajaan Gowa Lewat Museum Balla Lompoa

Bangunan Museum Balla Lompoa Gowa berada di sebuah kompleks cukup luas

Museum balla lompoa gowa

GOWA – Sahabat traveler, belajar sambil berwisata mungkin bisa ditemui di semua daerah se-Indonesia, bahkan sampai di seluruh negara. Peradaban dan budaya suatu daerah dapat dilihat dari peninggalan sejarahnya seperti arsitektur bangunan hingga kesenian.

Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) salah satu daerah yang memilik banyak peninggalan sejarah, budaya hingga kesenian merupakan salah satu tujuan menarik sahabat traveler untuk melakukan perjalanan liburan. Selain wisata alam juga terdapat banyak peninggalan sejarah seperti Rumah adat, Benteng, Makam Kuno hingga proses pembuatan kapal Phinisi di Bulukumba.

Nah, jika sahabat traveler berkunjung ke Sulsel, wisata sejarah seperti istana dan peninggalan kerajaan sangat tepat jika sahabat mengunjungi Museum Balla Lompoa Gowa yang berada dijalan. Sultan Hasanuddin 48, Kelurahan Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.

Museum Balla Lompoa Gowa merupakan museum yang koleksinya sangat mengesankan. Museum ini menempati sebuah rumah panggung khas Makassar dan menyimpan benda pusaka dan berharga yang merupakan sebagian dari peninggalan Kerajaaan Gowa masa lalu.

Bangunan Museum Balla Lompoa Gowa berada di sebuah kompleks cukup luas. Lokasinya agak masuk ke dalam di Jl. Sultan Hasanuddin 48, Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Gowa. Pada puncak atap museum tampak kepala kerbau dengan tanduknya yang melengkung ke atas.

Struktur bangunan museum dibuat dari kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri), yang juga dikenal dengan sebutan kayu besi yang berat dan sangat keras. Bangunan museum yang sangat mengesankan ini dipercaya merupakan rumah panggung dengan struktur bangunan terbuat dari kayu yang terbesar di dunia.

Museum balla lompoa gowa copyright thearoengbinangproject.com

Tampak depan rumah panggung Museum Balla Lompoa. Rumah panggung ini pada mulanya ada sebuah istana kerajaan. Istana itu dibangun pada tahun 1936 oleh Raja Gowa XXXI yang bernama Mangngi-mangngi Daeng Matutu, dengan gaya bangunan berarsitektur Makassar yang khas.

Rumah panggung yang tingginya sekitar 2 meter ini memiliki ruang utama berukuran 60×40 meter dan ruang teras dengan ukuran 40×4,5 meter. Di ruang utama ada kamar pribadi untuk raja, ada bilik penyimpanan benda bersejarah, dan bilik kerajaan, masing-masing berukuran 6×5 meter. Alas kaki pengunjung harus dilepas untuk masuk ke dalam museum, dan juga diminta mengisi buku tamu.

Koleksi Museum Balla Lompoa Gowa berupa ragam jenis badik atau badek, senjata tradisional masyarakat Bugis dan Makassar. Badik bisa bersisi tajam tunggal atau dua dengan panjang bisa sampai setengah meter. Badik-badik itu sering dihiasi pamor pada bilahnya. Senjata lainnya adalah parang, tombak, dan ada pula senjata yang menjadi simbol-simbol kerajaan.

Balla adalah sebuah kata dalam bahasa Makassar yang berarti rumah, sedangkan Lompoa berarti besar, sehingga artinya adalah rumah yang besar. Di bagian tengah museum terdapat ruangan utama dimana singgasana Raja berada, dan di sana tanda-tanda kebesaran kerajaan Gowa disimpan. Ruangan ini didominasi warna kuning dan merah yang kuat.

Silsilah para penguasa Kerajaaan Gowa juga dipajang di sebelah payung kerajaan di ruangan utama itu. Dimulai dari Raja Gowa I Tomanurunga pada abad ke-13 sampai Raja Gowa terakhir Sultan Moch Abdulkadir Aididdin A. Idjo Karaeng Lalongan (1947-1957), yang kemudian menjadi bagian dari pemerintahan Republik Indonesia.