SULSELEKSPRES.COM – Mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli mengkritik Mentri Keuangan Sri Mulyani pasca rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terkait neraca perdagangan internasional periode April 2019.
BPS mencatat bahwa ekspor Indonesia ambruk hingga 13,1% secara tahunan. Neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 2,5 miliar, jauh lebih besar dibandingkan konsensus yang hanya sebesar US$ 497 juta. Defisit pada bulan April menjadi yang pertama dalam 3 bulan terakhir.
BACA: Neraca Perdagangan Terancam, Sandiaga Uno Kritik Pemerintah
Rizal Ramli mengatakan, tim ekonomi pemerintah bekerja tidak becus. Kritik Rizal Ramli ini dia sampaikan melalui akun Twitter pribadinya, Kamis (16/5/2019).
“Memang Tim Ekonomi pemerintah tidak becus, tapi dibungkus dgn pencitraan tiada henti. Apalagi pemimpin tidak paham ekonomi, ngertinya hanya proyek,” kata Rizal Ramli.
Defisit April 2019, Terparah Sepanjang Sejarah RI Merdeka! Memang Tim Ekonomi pemerintah tidak becus, tapi dibungkus dgn pencitraan tiada henti. Apalagi pemimpin tidak paham ekonomi, ngertinya hanya proyek 🙂🙏 https://t.co/kKBT1BREge
— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) May 16, 2019
Dalam cuitan lain, Rizal Ramli kembali mengkritik alasan Sri Mulyani yang menyebut kalau masa Pemilu serta masa Lebaran menjadi salah satu pemicu neraca perdagangan mengalami defisit besar di bulan April 2019.
“Itu mah lucu2an saja. Wong sudah 3 tahun kok melorot terus. Memang ndak becus, biasanya cuman ngutang bunga semakin tinggi.. payah,” katanya lagi.
BACA: Tanggapi Seruan Arief Poyuono, Moeldoko : Itu Pendidikan yang Tidak Baik
Dilansir dari ANTARA, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memperkirakan masa Pemilu serta masa Lebaran menjadi salah satu pemicu neraca perdagangan mengalami defisit besar di bulan April 2019.
“Bisa jadi karena banyaknya keputusan yang diambil itu harusnya Januari sampai Maret, tapi akhirnya terealisasi bulan April karena menunggu Pemilu. Kemudian juga karena mengejar masa sebelum Lebaran, akhirnya membuat decision banyak yang dikejar di bulan April ini, sehingga semua menumpuk pada bulan April,” kata Menkeu usai menjadi pembicara di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Rabu.
Namun Sri Mulyani menjelaskan bahwa itu masih asumsi dan ia mengatakan akan meninjau lagi komposisi apa yang mempengaruhi defisit neraca perdagangan.
Beberapa saat sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 mengalami defisit sebesar 2,5 miliar dolar AS, yang disebabkan oleh defisit sektor migas dan nonmigas masing-masing sebesar 1,49 miliar dolar AS dan 1,01 miliar dolar AS.
(*)