SULSELEKSPRES.COM – Pandemi covid-19 telah membuat banyak perubahan yang baik pada kebiasaan masyarakat. Salah satunya, telah terbiasa menggunakan dan mengoptimalkan perangkat gawai untuk melancarkan aktivitas sehari-hari yang serba terbatas. Salah satunya memanfaatkan gawai untuk mendapatkan layanan kesehatan, seperti layanan konsultasi online dengan dokter (telekonsultasi).
Kebutuhan akan telekonsultasi melonjak saat pandemi seiring dengan pemberlakuan PPKM yang masih berlangsung sampai saat ini. Hal ini disebabkan keterbatasan mengakses fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) demi menghindari penyebaran virus covid-19. Padahal, fasyankes merupakan tempat yang sangat penting untuk mendapatkan penanganan medis dan obat untuk kesembuhan terutama saat pandemi.
Prosedur tindakan medis saat pandemi pun menjadi lebih panjang dan tidak seleluasa dulu karena ada beberapa ketentuan. Misalnya, harus tes swab PCR, Rontgen thorax, dan prosedur medis lainnya sebelum dilakukan tindakan medis oleh dokter. Itu sebabnya, kehadiran aplikasi kesehatan untuk beberapa penyakit ringan dirasa sangat membantu.
Dokter, Garda Terdepan Menyehatkan Masyarakat
Dokter dan para tenaga kesehatan telah menjadi garda terdepan dan kunci dalam penanganan covid-19. Namun, upaya para tenaga kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan membantu penyembuhan kerap menghadapi kendala. Diantaranya, penyebaran jumlah tenaga kesehatan yang tidak merata dan infrastruktur fasyankes yang tidak memadai membuat sebagian masyarakat merasa semakin sulit mendapatkan pengobatan. Ditambah lagi masih banyak masyarakat yang tidak patuh pada protokol kesehatan sehingga permasalahan penularan covid tidak kunjung usai.
Tantangan dunia medis terutama saat pandemi diungkapkan oleh Spesialis Penyakit Dalam Siloam Hospitals Kebon Jeruk Jakarta dr Jeffri Aloys Gunawan, Sp.PD bahwa layanan kesehatan yang berkualitas telah menjadi kebutuhan penting dalam masyarakat tapi kondisi dan jumlah fasyankes tidak sebanding dengan jumlah pasien yang meningkat.
“Terjadi banyak antrian pasien untuk berkonsultasi dengan dokter, melakukan terapi, dan mengambil obat rujukan dokter. Ada saja pasien yang harus mengantri panjang untuk CT Scan hingga berbulan-bulan karena keterbatasan biaya. Bahkan ada yang harus bolak-balik untuk mengambil obat ke rumah sakit karena jangka waktu pemberian resep obat yang diberikan terlalu lama. Padahal, dengan bolak balik ke rumah sakit dalam situasi pandemi akan menyebabkan kelelahan yang menyebabkan imun turun dan berpotensi terinfeksi covid-19,”sebut dr. Jeff yang aktif membagikan pengetahuan medis dan kesehatan di sosial media.
Persoalan kesehatan yang masih menjadi tugas rumah kita bersama adalah sulit mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas. “Keterbatasan pertanggungan yang diberikan BPJS menjadi persoalan bagi pasien. Ini pun membuat dokter tidak dapat melakukan tindakan medis dengan leluasa. Namun, kondisi ini tidak serta merta membuat kita jadi saling menyalahkan karena anggaran negara memang terbatas ditambah lagi kondisi pandemi yang belum juga usai. Tetapi, tidak dapat disangkal terjadi penumpukan jumlah pasien yang perlu mendapatkan diagnosa dokter, CT Scan, USG, rontgen. Sebagai dokter, kami harus untuk memberikan pelayanan kesehatan berkualitas terbaik tanpa perlu membebani pasien,“ tambah dr. Jeff.
Menghadapi tantangan tersebut, kita butuh lompatan teknologi dan kemudahan mengakses layanan fasyankes terutama saat pandemi. Sebab, saat kesehatan terganggu perlu segera ditangani oleh dokter. Sayangnya, keterbatasan akses memperlambat proses pengobatan. Ditambah lagi prosedural medis yang panjang berdampak pada meningkatnya biaya pemeriksaan medis. Pada akhirnya memengaruhi finansial masyarakat yang semakin terbatas karena ancaman pandemi.
Salah satu solusi untuk menolong pasien agar dapat segera mendapatkan solusi atas keluhan rasa sakitnya adalah telekonsultasi karena dokter dapat segera memberikan pertolongan bagi pasien dengan gejala ringan sehingga pasien tidak perlu harus mengantri ke fasyankes. Hal ini diakui oleh CEO & Co-Founder Rey Evan Tanotogono bahwa meningkatnya kebutuhan telekonsultasi adalah cikal bakal hadirnya Rey (rey.id), startup health insurtech berbasis aplikasi yang menyediakan layanan kesehatan.
Kata Evan, keterbatasan mengakses fasyankes telah dicarikan solusinya dengan menghadirkan layanan telekonsultasi oleh berbagai aplikasi kesehatan. Telah banyak masyarakat yang memanfaatkannya untuk berinteraksi dengan dokter saat pandemi. Kehadiran fitur telekonsultasi telah mempermudah pasien mengakses layanan kesehatan dan tidak lagi khawatir akan risiko penularan covid-19.
Peranan Dokter Dalam Aplikasi Layanan Kesehatan
Rey hadir untuk membantu masyarakat agar dapat bisa menjangkau layanan kesehatan yang berkualitas. “Kami menawarkan asuransi jiwa dan kesehatan dalam program Membership berbasis langganan (subscription). Para Member dapat menikmati ekosistem layanan kesehatan dalam bentuk digital. Misalnya, melakukan pemeriksaan gejala mandiri, telekonsultasi dengan dokter, dan mendapatkan obat sesuai resep dokter. Obat tersebut bahkan akan diantar sampai ke rumah. Semua diberikan gratis karena biaya ditanggung oleh Rey sesuai paket manfaat yang telah dipilih oleh pengguna (Member Rey). Preminya dirancang terjangkau dan lebih murah dari berlangganan film atau musik online karena Member hanya mengeluarkan dana sebesar Rp69 ribu/bulan,” sebut Evan.
Kecepatan dan kemudahan mendapatkan layanan kesehatan yang disediakan Rey dalam fitur telekonsultasi tentu tidak terlepas dari kontribusi para dokter. “Ketahanan para dokter saat berperang melawan covid-19, tetap mengedukasi masyarakat agar peduli pada kesehatan melalui pemeriksaan medis, dan berupaya menangkal hoax soal covid atau penyakit yang kerap beredar di tengah masyarakat. Bahkan masih ikut berperan dalam perluasan aksesibilitas layanan kesehatan dengan melayani masyarakat yang membutuhkan melalui telekonsultasi adalah pengabdian tulus yang patut diapresiasi dan dihormati,” kata Evan.
Katanya, permasalahan keterbatasan mengakses layanan kesehatan kini dapat dijawab dengan kehadiran telekonsultasi. Namun, telekonsultasi tidak akan dapat berjalan mulus jika jumlah tenaga dokter terus berkurang karena dampak covid-19. Untuk itu, Evan berpesan agar masyarakat mengambil hikmat dengan saling menjaga dan tidak hanya memikirkan diri sendiri dengan cara mematuhi protokol kesehatan. Sebab, saat kita tertular covid-19 dan membutuhkan pengobatan, sebenarnya para tenaga kesehatan sedang berhadapan dengan risiko yang besar. Saat mengobati pasien, para tenaga kesehatan berpotensi tertular covid dan mengalami kelelahan fisik dan mental.
“Hari Dokter yang baru saja kita peringati pada 24/10 kemarin bukan hanya milik tenaga kesehatan tapi menjadi sinyal bagi masyarakat karena kita membutuhkan tenaga dan keahlian mereka. Mari kita tetap patuh pada protokol kesehatan, memberi diri untuk divaksin covid-19, dan mencari informasi mengenai penyakit dan pengobatannya pada sumber yang benar, yaitu ke dokter dengan memanfaatkan fasilitas telekonsultasi jika tidak memungkinkan berkunjung ke fasyankes sebagaimana yang disediakan oleh Rey sehingga bisa mendapatkan tips, diagnosa, dan resep dari dokter . Kita juga bisa terhindar dari tidak salah persepsi dalam menangani keluhan kesehatan dan tidak sembarang mengonsumsi obat dan. Ini adalah cara sederhana yang bisa lakukan untuk mendukung para tenaga kesehatan agar tetap bertahan melaksanakan tugas mulianya,” seru Evan.
Telekonsultasi Haruslah Akurat
Kini, masyarakat dapat leluasa memanfaatkan fitur telekonsultasi pada berbagi aplikasi kesehatan karena sangat mudah diunduh, dipelajari, dan digunakan. Namun demikian, apakah diagnosa tersebut akurat? Masalah ini mengemuka saat memanfaatkan layanan telekonsultasi. Rey, sebagai aplikasi kesehatan yang menyediakan fitur telekonsultasi, pun menghadapi tantangan serupa. Menyadari hal tersebut maka Rey merasa perlu mempertegas keakuratan Rey.
“Kami menyadari bahwa masih ada masyarakat yang ragu akan keakuratan aplikasi kesehatan sebab biasanya pasien mendapatkan pemeriksaan fisik dari dokter. Kami ingin menegaskan bahwa Member tidak perlu khawatir memanfaatkan aplikasi Rey karena telah menggunakan teknologi Artificial Intelligence yang memampukan para pengguna melakukan self-diagnostics untuk menentukan diagnosa awal dengan lebih baik dan akurat sebelum mendapatkan diagnosa lanjutan dari dokter. Hasil pemeriksaan melalui aplikasi Rey akan membantu dokter membuat post diagnosa dokter terkait gangguan kesehatan yang dialami pasien dengan lebih efektif dan efisien,” tutur Evan.
Pengecekan kesehatan sendiri atau Self-diagnostics dengan memanfaatkan aplikasi kesehatan yang diagnosanya akurat dan dapat menjadi masukan secara holistik bagi dokter saat pasien melakukan telekonsultasi. Tentunya, lebih baik dan aman ketimbang mencari-cari informasi mengenai penyakitnya di search engine atau bertanya kepada teman dan keluarga. Menurut Evan, hal ini adalah kelebihan Rey. “Kami percaya definisi dari layanan kesehatan digital yang berkualitas bukan hanya sekadar terjangkau atau menyediakan produk kesehatan saja tapi juga dapat memberikan diagnosa yang akurat,” tutup Evan.
Demi memantapkan kehadiran Rey di Indonesia, sebagai start-up health insurtech berbasis aplikasi, yang berfokus pada asuransi kesehatan, jiwa dan penyakit kritis, Rey ingin semakin dekat dengan masyarakat melalui kontes berhadiah menarik bagi Member baru yang memberikan ulasan pada produk yang diambil pada periode 1 Oktober s.d 11 November 2021. Pemenang terpilih bisa mendapatkan Samsung Galaxy A52S 5G, sepeda lipat united stylo 20 inch, treadmill xiaomi Kingsmith WalkingPad C1,smartwatch Samsung galaxy fit 2, dan smart body fat scale Xiaomi. Kunjungi: rey.id/blog/kabar/lomba-reyward/.(Rls)