Skenario Penjegalan Danny Pomanto Sejak November Tahun Lalu

Dua bakal calon Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin dan Danny Pomanto

MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Salah satu ulasan artikel politik Sulselekspres.com berjudul, “Begini Peta Kekuatan Besar Lawan Danny Pomanto” memberikan gambaran kalau skenario penjegalan Ramdhan Pomanto di Pilwali Makassar telah dirancang sejak lama.

Artikel ini terbit pada November 2017 lalu. Sulselekspres.com telah menggambarkan adanya gerakan besar, upaya, serta peluang Danny tidak ikut dalam kontestasi, saat hampir semua pihak pada saat itu berani memberikan garansi Danny bakal melanggeng mulus dengan prestasi dan survei tinggi sebagai calon petahana.

Baca Juga:

Jika Appi-Cicu Lawan Kotak Kosong, Ini yang Akan Dilakukan Danny Pomanto

Danny Pomanto Ungkap Rentetan 8 Proses Penjegalan Dirinya di Pilwali Makassar

Soal Reklamasi: Danny Serupa Ahok, Appi Seperti Anies Baswedan

Awalnya, skenario politik Pilwali Makassar memang dirancang hanya diikuti dua pasang calon. Upaya ini kemudian berkembang lewat skenario lanjutan, Pilwali tanpa petahana.

“Akan ada gelombang tsunami besar. Pergerakan politik luar biasa yang tak terpikirkan selama ini,” kata sumber terpercaya Sulselekspres.com, November 2017 lalu.

“Danny dirancang tidak bisa masuk dalam gelanggang pertarungan,” tambahnya.

Berikut artikel usang terkait ulasan politik Sulselekspres.com yang jauh hari telah menggambarkan Danny bakal gagal maju di Pilwali Makassar. (Artikel ini terbit pada 1 November, 2017 lalu)

Begini Peta Kekuatan Besar Lawan Danny Pomanto

Status sebagai petahana calon wali kota Makassar, tak membuat Ramdhan ‘Danny’ Pomanto begitu diunggulkan terpilih kembali di Pilwali Makassar 2018 mendatang.

Berbagai pihak memberikan prediksi kalau Danny akan tumbang dalam pertarungan yang diskenariokan bakal berlangsung head to head atau satu lawan satu. Bahkan tidak sedikit pula pihak berani menyebut, Danny tidak akan ikut bertarung lantaran tidak mendapatkan parpol pengusung.

Lantas bagaimana gambaran kekuatan besar yang harus ditaklukkan Danny agar bisa duduk dua periode ?. Berikut hasil penelusuran Sulselekspres.com.

Dijadikan Publik Enemy

Menjatuhkan Danny Pomanto dengan status sebagai petahana bukanlah pekerjaan mudah. Hal itu cukup disadari sejumlah elite-elite yang tidak suka dengan kepala daerah berstatus arsitektur tersebut.

Danny dibanyak elite dijadikan sebagai ‘publik enemy’ atau musuh bersama dari berbagai kekuatan kelompok politik. Kondisi hampir serupa yang dialami Ahok di Pilkada Jakarta beberapa waktu lalu.

Langkah pertama yang dilakukan para elite ini adalah menyatukan kekuatan bersama. Membuang segala ego politik untuk berkuasa demi visi bersama, ‘Danny Harus Tumbang’.

Upaya penyatuan kekuatan bersama ini cukup terlihat jelas lewat pergerakan dua elite Golkar, Farouk M Betta dan Rahman Pina belakangan ini. Keduanya menjadi figur yang ‘mempelopori’ pergerakan lawan Danny dengan menemui sejumlah elite hingga pertemuan dengan beberapa figur bakal calon. Gerakan yang kemudian melahirkan simbol salam ‘X’ atau salam perlawanan.

Beberapa simpul-simpul kekuatan politik kemudian berhasil disatukan. Kekuatan besar mantan mantan Wali Kota Makassar Ilham Arif Sirajuddin (IAS), Kekuatan keluarga Bosowa, hingga kekuatan partai-partai politik seperti Golkar bergabung didalamnya.

Tak terkecuali sebagian kekuatan klan keluarga Yasin Limpo dikabarkan juga ikut didalamnya. Belum lagi adanya kabar keluarga besar Adi Rasyid Ali ikut kecewa lantaran tidak dijadikan wakil.

Munafri Arifuddin sebagai refresentasi keluarga Bosowa, Rahmatika Dewi dari klan keluarga IAS. Adapun Golkar dan partai-partai lain ‘Dipaksa’ mengalah demi memuluskan langkah menumbangkan Danny.

Skenario Kotak Kosong

Upaya menghadang Danny dengan memborong partai politik coba dilakukan. Sejauh ini, gerakan borong partai ini terlihat cukup berhasil.

Beberapa partai yang sejak awal menyatakan sikap dukungan secara perlahan terlihat mulai menarik diri. Lihatlah bagaimana PKS, dan PAN yang terlihat mulai ‘mencari alasan’ untuk hengkang di barisan pendukung Danny.

Pihak tertentu menyebut kalau dalam Pilwali Makassar akan ada gelombang tsunami besar. Pergerakan politik luar biasa yang tak terpikirkan selama ini.

Danny dirancang tidak bisa masuk dalam gelanggang pertarungan.

Simulasi Figur Tepat

Para lawan Danny telah menyepakati Munafri Arifuddin yang juga menantu Aksa Mahmud sebagai figur calon wali kota melawan Danny. Namun diskusi alot terjadi mengenai pendampingnya.

Cicu yang mewakili klan IAS sepenuhnya tak bisa diterima oleh kelompok Golkar. Kader Golkar berharap pendampimg Appi sapaan Munafri dari kader beringin.

Appi yang awalnya dikabarkan fix berpasangan dengan Rahmatika belakangan buyar. Adalah nama Rusdin Abdullah sebagai refresentasi Golkar ikut diwacanakan mendampingi Appi.

Penyatuan para kekuatan ‘gajah’ dengan balutan skenario politik nampak menjadi sesuatu yang mengerikan.

Meskipun begitu, kekuatan Danny tak bisa dianggap remeh. Danny sebagai petahana bukanlagi Danny lima tahun lalu dengan survey awal yang memiriskan.

Kini, Danny sudah punya basis kekuatan sendiri. Tentu saja tak akan lagi mengandalkan figuritas IAS sebagai ‘Dewa’ penolong seperti Pilwali Makassar lalu.